Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, menegaskan bahwa Sekretaris Daerah di kabupaten/kota bukan lagi sekadar administrator, melainkan mesin penggerak pembangunan. Herman menyebut Sekda sebagai engine administration yang menentukan arah birokrasi sekaligus engine of growth bagi pembangunan daerah.
"Berbicara birokrasi pemerintahan sebagai mesinnya pemerintah, decision maker ada kepala daerah. Tapi engine-nya itu Sekda," kata Herman kepada detikjabar, di Gedung UID Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Jumat (12/12/2025).
Perumus awal kebijakan selalu berada di tangan Sekda sebelum diputuskan kepala daerah. Karena itu, menurutnya, kekompakan antar-Sekda di Jawa Barat menjadi prasyarat agar keputusan strategis menjadi lebih optimal dan selaras satu sama lain.
Dengan 27 kabupaten/kota yang bergerak dalam dinamika pembangunan berbeda-beda, Herman memandang peran Sekda semakin krusial.
Birokrasi modern, katanya, membutuhkan kapasitas kepemimpinan yang mampu mengorkestrasi organisasi besar dengan ritme cepat.
"Provinsi ini kan agregat. Tidak bisa kerja sendiri tanpa bahu-membahu dengan 27 kabupaten/kota," ujarnya.
Namun Herman menegaskan bahwa peran Sekda sebagai mesin perubahan tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman atau intuisi. Perubahan daerah, menurutnya, membutuhkan tiga fondasi yang harus berjalan bersama: kepemimpinan, sistem, dan nilai.
"Kepemimpinan itu 40 persen kontribusinya terhadap keberhasilan," ujar Herman.
Kepemimpinan yang ia maksud bukan hanya pada level provinsi, tetapi mencakup seluruh jenjang: kabupaten/kota, kecamatan, sampai unit-unit pelayanan. Tanpa kepemimpinan yang kuat, birokrasi akan kehilangan arah dan energi.
Fondasi kedua adalah sistem yang ia nilai menyumbang 35 persen dalam keberhasilan perubahan. Sistem yang ia maksud mencakup tata kelola, proses kerja, manajemen data, hingga arsitektur organisasi yang memungkinkan kebijakan berjalan secara konsisten. Tanpa sistem yang kuat, kepemimpinan mudah kehilangan daya ungkit.
Yang terakhir, Herman menempatkan nilai sebagai unsur penting dalam perubahan birokrasi. "Nilai-nilai itu yang membentuk energi perubahan," katanya.
Ia menggaungkan nilai "petarung sabubukna" sebagai simbol etos kerja: keberanian mengambil inisiatif, integritas, dan niat yang berorientasi pada pelayanan rakyat.
Sekda Herman menegaskan, pembangunan Jawa Barat ke depan membutuhkan Sekda yang tidak hanya mahir mengelola birokrasi, tetapi juga menggerakkan perubahan dengan kepemimpinan yang kuat, sistem yang adaptif, dan nilai yang kokoh
"Sekda itu engine of growth. Kalau engine-nya kuat dan saling terhubung, maka keputusan kepala daerah akan jauh lebih optimal," kata Herman.
Simak Video "Video: Wagub-Sekda Jabar Sepakat Islah Usai Sempat Berkonflik"
(tya/tya)