Hujan Picu Banjir dan Longsor di Jabar, 3.824 Warga Terdampak

Hujan Picu Banjir dan Longsor di Jabar, 3.824 Warga Terdampak

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 05 Des 2025 08:47 WIB
Hujan Picu Banjir dan Longsor di Jabar, 3.824 Warga Terdampak
Ilustrasi banjir. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Bandung -

Sejumlah bencana melanda berbagai wilayah di Jawa Barat pada Kamis (4/12/2025), menimbulkan dampak luas bagi ribuan warga. Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Jawa Barat, Jumat (5/12/2025) pukul 08.00 WIB, tercatat 9 kejadian bencana sepanjang hari tersebut.

BPBD mencatat dari 9 kejadian tersebut berupa banjir, tanah longsor hingga cuaca ekstrem yang tersebar di lima daerah yaitu Kabupaten Sukabumi 3 kejadian, Kabupaten Bandung 2 kejadian, Subang 2 kejadian, serta Bandung Barat dan Cianjur masing-masing 1 kejadian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat bencana itu, sedikitnya 3.824 jiwa terdampak dan 87 jiwa lainnya mengungsi. Bencana juga berimbas pada kerusakan fasilitas mulai dari rumah hingga sawah.

Data menunjukkan 11 bangunan mengalami kerusakan berat, 40 unit rusak sedang, 41 unit rusak ringan dan 3.097 terendam. Terdampak pula 4 fasilitas pendidikan serta 1 rumah ibadah. Sedangkan lahan sawah yang terdampak mencapai 53 hektare.

ADVERTISEMENT

Mayoritas kejadian terjadi di kawasan rawan bencana di Jawa Barat, terutama wilayah dengan potensi banjir dan longsor saat intensitas curah hujan tinggi. Hujan lebat yang melanda beberapa hari terakhir kemungkinan ikut memperparah kondisi.

Kepala Pelaksana BPBD Jabar Teten Ali Mulku Engkun mengungkapkan, intensitas hujan tinggi berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Sebab mengacu data BMKG, Jabar diprediksi menghadapi dua puncak musim hujan, yakni pada Desember 2025 serta Februari-Maret 2026.

"Puncak musim hujan berada di depan mata. Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor," ujar Teten.

Karenanya, masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan diminta lebih sensitif terhadap tanda-tanda awal pergerakan tanah seperti munculnya retakan, kemiringan bangunan yang berubah, atau suara pergeseran tanah.

"Jika terdapat tanda-tanda pergerakan tanah, segera menjauh dari lokasi dan menuju titik aman. Pastikan juga seluruh anggota keluarga mengetahui jalur evakuasi terdekat," ucap Teten.

Teten juga mengingatkan, mitigasi bencana tidak hanya bergantung pada kesiapsiagaan teknis, tetapi juga pada perilaku manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kerusakan alam akibat penebangan pohon atau pengubahan fungsi lahan dapat meningkatkan risiko bencana.

"Kalau kita menjaga alam, maka alam akan menjaga kita. Mengembalikan fungsi alam adalah bagian penting dari upaya mengurangi risiko bencana," tegasnya.

(bba/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads