Kabar Kampus

Kala Warga Pesisir dan ITB Sulap Rumput Liar Jadi Produk Kreatif

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 26 Nov 2025 21:06 WIB
Produk kreaif buatan mahasiswa ITB dan warga pesisir Bekasi. (Foto: istimewa)
Bandung -

Kreativitas memang bisa datang dari mana saja. Salah satunya dilakukan ibu-ibu di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi yang menyulap rumput liar bernama wlingi laut (Cyperus malaccensis) menjadi kerajinan tangan sebagai sumber ekonomi baru.

Ide ini pun muncul lewat pendampingan dari Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Rumput liar yang tumbuh di daerah payau pesisir itu biasanya hanya dianyam menjadi tikar sederhana sebagai alas duduk atau tidur di rumah, namun kini jadi produk berharga yang diolah menjadi dompet hingga tas.

Semuanya bermula saat ibu-ibu di daerah itu sudah lama ingi mengembangkan kerajinan ini menjadi berbagai produk fungsional. Tim FSRD pun kemudian datang dan memberikan pendampingan hingga bisa menyulap rumput liar tersebut menjadi produk yang lebih berharga.

Rumput yang kerap disebut 'dot' ini setelah diteliti memiliki potensi signifikan karena kekuatan dan elastisitasnya. Terlebih, wlingi laut tumbuh begitu cepat sehingga dapat dipanen beberapa tahun sekali, sehingga material ini mudah didapat dan ramah lingkungan.

"Sejak 2024, kami mendampingi sebagian ibu-ibu di Muara Gembong mengembangkan anyaman tikar. Setelah Kami sudah melakukan tahapan eksplorasi anyaman dan pengembangan produk hasil anyaman, Ibu-ibu ternyata dapat mengembangkan kreativitasnya. Setelah itu, program termutakhir adalah mengenalkan pengrajin pada kualitas hasil produk yang sudah mereka hasilkan," kata Intan Prameswari, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari FSRD ITB, Rabu (26/11/2025).

"Selain itu, kami juga mengenalkan cara memeriksa kualitas hasil kerja (quality control), mulai dari kerapihan anyaman, ketebalan anyaman, kekuatan sambungan, hingga kerapihan ujung lembar anyaman," tambahnya.

Tim pengabdian memberikan beragam pelatihan agar para warga makin terampil dengan teknik anyaman. Di antaranya, memberi pengetahuan mengenai cara menyambung pola dasar melalui teknik jahit menggunakan mesin jahit, dan juga penggunaan material pendukung lainnya seperti, kain pelapis atau kulit sintetis sebagai bahan pendukung untuk membuat tas atau dompet.

Kreasi mahasiswa FSRD ITB dan Warga Pesisir Bekasi buat produk kreatif Foto: istimewa

Tak hanya itu, pengrajin juga diajak bereksperimen untuk mengaplikasikan dekorasi tambahan menggunakan kain tradisional, bordir sederhana dengan benang sulam, hingga dekorasi menggunakan kulit kerang yang banyak dihasilkan dari hasil laut sekitar pesisir Muara Gembong.

"Setiap karya terasa istimewa karena menggabungkan sentuhan tradisi dan imajinasi baru dari para perempuan pesisir. Selain fungsional dan cantik, karya-karya ini mengingatkan kita bahwa Indonesia sangat berpotensi menghasilkan produk ramah lingkungan," terang Intan.

Salah seorang Ibu di Pantai Bahagia, Siti Maunah, mengatakan awal mula kegiatan menganyam ini mereka lakukan di waktu luang. Namun karena dampak dari abrasi, menganyam wlingi laut menjadi lebih diharapkan sebagai sumber pendapatan alternatif bagi warga Muara Gembong.

Bagi mereka, perubahan ini bukan hanya soal meningkatkan pendapatan. Namun tentang rasa percaya diri. Tentang keyakinan bahwa keterampilan yang diwariskan turun-temurun bisa berkembang mengikuti zaman, tanpa kehilangan jati diri.

"Dulu kami hanya tahu cara menganyam tikar. Sekarang kami bisa bikin tas, dompet, bahkan dekorasi rumah. Rasanya bangga sekali," ujar salah satu warga. Karya mereka kini mulai diminati oleh warga Jakarta.

Selain memperkaya keterampilan, kegiatan ini juga memberi harapan baru bagi warga yang terdampak abrasi laut. Ketika lahan pertanian semakin sempit, kerajinan wlingi laut menjadi pendapatan ekonomi alternatif bagi warga yang memanfaatkan potensi alam tanpa merusaknya.

Ke depan, para pengrajin berencana memperluas pasar lewat media sosial dan pameran lokal. Harapannya sederhana, agar produk wlingi laut dari Pantai Bahagia bisa dikenal luas, bukan hanya sebagai hasil anyaman, tapi sebagai simbol ketekunan, inovasi, dan semangat perempuan pesisir yang tak pernah berhenti belajar.



Simak Video "Video: Ada 'Paus Raksasa' Terdampar di Pasar Seni ITB"

(ral/dir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork