Kecoak Sang Penyebar Racun

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikJabar
Minggu, 23 Nov 2025 00:05 WIB
Ilustrasi kecoak. (Foto: Thinkstock)
Jakarta -

Selain karena bentuknya, ternyata ada alasan ilmiah mengapa rasa jijik muncul saat melihat kecoak. Apalagi, berdasarkab sebuah penelitian terbaru, terngkap kecoak rumah dapat menyebarkan racun bakteri yang berpotensi membahayakan kesehatan.

Riset dari North Carolina State University (NC State) menemukan bahwa rumah yang dihuni kecoak memiliki kadar alergen dan endotoksin (racun bakteri) jauh lebih tinggi dibandingkan rumah yang bebas kecoak. Endotoksin ini berasal dari mikroba yang hidup di usus kecoak, lalu menyebar melalui tubuh dan tentu saja lewat fesesnya.

"Endotoksin penting bagi kesehatan manusia karena dapat memicu respons alergi ketika terhirup," kata Coby Schal, Profesor Entomologi di NC State, dikutip detikEdu dari Science Daily.

Betina Lebih Berbahaya

Dalam penelitian yang dilakukan di kompleks apartemen di Raleigh, North Carolina, para ilmuwan menemukan fakta mengejutkan: kecoak betina menghasilkan endotoksin dua kali lebih banyak dibanding kecoak jantan.

Madhavi Kakumanu dari laboratorium Schal menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena kecoak betina makan lebih banyak, sehingga fesesnya pun lebih banyak dan lebih beracun. Tak heran bila dapur menjadi lokasi dengan tingkat toksin tertinggi, mengingat kecoak suka berkeliaran di sekitar sumber makanan.

Racun yang Bisa Terbang Lewat Udara

Rumah-rumah yang menjadi objek penelitian dibagi menjadi dua: rumah yang tidak melakukan pembasmian dan rumah yang mendapat perlakuan pengendalian hama. Hasilnya jelas. Rumah yang dibasmi mengalami penurunan besar pada kadar endotoksin dan alergen. Sebaliknya, rumah yang tidak dibersihkan tetap memiliki kadar racun tinggi selama berbulan-bulan.

"Ketika Anda membasmi kecoak, Anda juga membasmi alergennya," kata Schal.

Lebih jauh lagi, tim riset menemukan bahwa alergen dan endotoksin kecoak tidak hanya menempel di permukaan, tapi juga dapat menyebar melalui udara. Itu berarti seseorang bisa terpapar meski tidak pernah menyentuh kecoak.

Schal juga menyebutkan bahwa riset lanjutan akan melihat bagaimana endotoksin dan alergen kecoak memengaruhi hewan yang memiliki kondisi asma, seperti tikus.

"Ada implikasi bahwa asma bisa memburuk karena interaksi antara alergen dan endotoksin. Kami ingin melihat apakah hal itu juga terjadi pada tikus," ujarnya.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology: Global.

Artikel ini telah tayang di detikEdu




(orb/orb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork