Batu Hajar Aswad dikenal sebagai batu yang istimewa. Batu yang ditempatkan di salah satu bagian Ka'bah ini disebut-sebut bukan berasal dari Bumi.
Bahkan, diyakini batu ini berasal dari surga. Benarkah hal ini? Beriku ini ulasan lengkapnya!
Dikutip dari detikHikmah, batu hitam di sudut tenggara Ka'bah ini dipercaya berasal dari surga.
Keyakinan ini bersumber dari sabda Rasulullah SAW sebagaimana dikutip dari buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah oleh Muslim H. Nasution:
"Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga." (HR At-Tirmidzi)
Dalam sejarah Islam, dikatakan bahwa batu tersebut dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS untuk diletakkan di Ka'bah, dan pada masa Nabi Muhammad SAW, batu itu kembali ditempatkan setelah renovasi bangunan suci tersebut. Hingga kini, menyentuh atau mencium Hajar Aswad menjadi bagian dari ritual sunnah tawaf dalam ibadah haji dan umrah.
Menariknya, keyakinan bahwa Hajar Aswad berasal dari surga turut mendorong para peneliti modern untuk menelusuri asal fisiknya.
Salah satunya adalah Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen, yang melalui karyanya berjudul "New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba" meneliti asal-usul batu tersebut. Thomsen menemukan bahwa Hajar Aswad memiliki kemiripan dengan kaca impaksit, material yang terbentuk akibat tumbukan meteorit besar di permukaan bumi. Batu ini bahkan dikaitkan dengan kawah Wabar di wilayah Arab Saudi.
Bukti Hajar Aswad yang Mengarah pada Meteorit
Penelitian Elsebeth Thomsen mencantumkan sejumlah penjelasan ilmiah terkait karakteristik Hajar Aswad, di antaranya sebagai berikut.
Menurut penjelasan Dietz dan McHone (1974), Hajar Aswad terdiri dari delapan potongan kecil yang direkatkan dengan perak. Warna permukaannya hitam berkilau, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih seperti susu. Batu ini juga diketahui dapat mengapung di air, ciri yang tidak ditemukan pada batu biasa atau meteorit logam.
(inf/orb)