10 Fakta Pilu Kehidupan Pahit Saodah di Arab Saudi

Round Up

10 Fakta Pilu Kehidupan Pahit Saodah di Arab Saudi

Tim detikJabar - detikJabar
Rabu, 01 Okt 2025 10:30 WIB
Kepulangan Saodah (56), buruh migran asal Kampung Nangerang
Kepulangan Saodah (56), buruh migran asal Kampung Nangerang (Foto: Syahdan Alamsyah)
Sukabumi -

Saodah (56), buruh migran asal Kampung Nangerang, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Sukabumi, pulang pada 25 Mei 2025 setelah 16 tahun tanpa kabar. Kepulangannya membawa luka, trauma, dan persoalan hak yang belum selesai.

Berikut 10 fakta yang dihimpun detikJabar:

1. Disiksa Sejak Hari Pertama

Sesampainya di Riyadh, Saodah bukan mendapat pekerjaan layak, melainkan mengalami kekerasan fisik berulang selama bertahun-tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Niat saya ke Arab Saudi itu untuk bekerja, tapi tiba di sana saya malah dipukulin sama majikan, jadi memang selama bekerja saya dipukulin sama majikan, terus dipukulin," kata Saodah.

ADVERTISEMENT

2. Nyaris Menjadi Korban Pelecehan

Selain pukulan, Saodah mengaku mendapat ancaman pelecehan seksual dan sama sekali tidak diizinkan berkomunikasi dengan keluarga.

"Saya mau diperkosa sama majikan itu, saya enggak bisa komunikasi ke kampung halaman, beli hp enggak boleh. Saya dimarahi terus. Di Saudi itu 16 tahun, jadi enggak bisa komunikasi dengan keluarga. Penyiksaan terus saya alami," ungkapnya.

3. Diperlakukan Seperti Budak

Ia mengaku pernah diikat di luar rumah, dijemur di bawah terik, lalu dipukuli dan disiram air sehingga mengalami kelaparan dan trauma.

"Saya cuma bisa menangis, enggak makan, minta uang buat beli makan malah dimarahin," ucapnya.

4. Penelusuran Bermula dari Paspor Lusuh

Jejak puluhan tahun hilang dilacak setelah keluarga menyerahkan fotokopi paspor yang kondisinya lusuh; stempel di paspor mengarah ke perusahaan PJTKI di Jakarta.

"Saya melacak menelusuri dan mendapatkan dokumen yang kondisinya sudah lusuh. Nah di dokumen yang ternyata paspor itu kami menemukan stempel perusahaan yang memberangkatkan Bu Saodah," ujar Bung Awing.

5. Diberi Uang dan Cek yang Jauh Dari Layak

Majikan hanya memberi uang tunai sedikit dan selembar cek, total yang diterima jauh di bawah upah yang seharusnya untuk 16 tahun kerja.

"Hanya sangat disayangkan, majikannya hanya memberikan gaji tidak stimpal dengan apa yang dilakukan ibu Saodah selama 16 tahun mendapat penganiayaan berat. Ibu Saodah hanya dibekali 6 ribu real uang cash dan cek sebesar 35 ribu real cek Bank Riyadh," ujar Bung Awing.

Saodah ditemani putranya Heri, berulangkali mengucap syukur bisa pulang ke kampung halaman setelah 15 tahun tanpa kabarSaodah ditemani putranya Heri, berulangkali mengucap syukur bisa pulang ke kampung halaman setelah 15 tahun tanpa kabar Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

6. Cek Tidak Bisa Dicairkan di Dalam Negeri

Upaya keluarga mencairkan cek ke bank di Sukabumi menemui jalan buntu karena bank menyatakan pencairan harus dilakukan langsung di Riyadh.

"Kami sudah datangi bank di Kota Sukabumi, katanya tidak bisa dicairkan. Karena kata pihak bank harus orang yang bersangkutan langsung datang ke bank di Riyadh. Itu jelas mustahil," tutur Bung Awing.

7. Seharusnya Haknya Jauh Lebih Besar

Berdasarkan kebijakan gaji TKI di 2009, perhitungan menunjukkan hak Saodah untuk 16 tahun kerja mestinya jauh melebihi nominal yang diterima.

"Kalau 16 tahun, seharusnya hak ibu Saodah itu lebih dari Rp1 miliar. Tapi ini hanya diterima Rp140 juta, dan tidak bisa dicairkan. Sangat tidak manusiawi," tegas Bung Awing.

8. Keluarga Sempat Menganggap Saodah Meninggal

Selama 16 tahun tanpa kabar, keluarga sempat pasrah dan bahkan mendatangi orang pintar yang memberi kabar bahwa Saodah telah meninggal.

"Sampai kami pernah ke orang pintar katanya sudah meninggal," kenang Heri.

9. Ditemukan di Rumah Sakit dalam Kondisi Koma

Hasil penelusuran mengungkap Saodah berada di sebuah rumah sakit di Riyadh dan sempat dalam kondisi koma sebelum dipulangkan.

"Yang mengagetkan ketika saya telepon ke majikannya itu berada di rumah sakit di Riyadh dalam keadaan koma. Akhirnya saya kompak dengan keluarga membaca Alquran setiap malam kita komunikasi terus dengan majikan," tuturnya.

10. Keluarga Minta Pemerintah Perjuangkan Hak Saodah

Keluarga meminta bantuan negara untuk menuntaskan hak dan keadilan atas penderitaan yang dialami Saodah selama puluhan tahun.

"Hak haknya segera kasih ke ibu saya. Mohon bantuannya ke bapak presiden sama bapak gubernur," pinta Heri.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads