Di Kampung Nangerang, Desa Purwasedar, Ciracap, Sukabumi, kepulangan seorang ibu buruh migran seharusnya menjadi kabar bahagia. Namun, bagi Saodah (56), rumah yang akhirnya ia pijak kembali setelah 16 tahun di Arab Saudi, menjadi saksi kisah pilu yang tak terbayangkan.
Ia kembali bukan dengan tangan penuh hasil kerja, melainkan tubuh penuh luka, trauma mendalam, dan hak-hak yang tak sebanding dengan penderitaan panjang.
"Niat saya ke Arab Saudi itu untuk bekerja, tapi tiba di sana saya malah dipukulin sama majikan, jadi memang selama bekerja saya dipukulin sama majikan, terus dipukulin," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (30/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita Saodah bagai potongan mimpi buruk yang tak berkesudahan. Ia bukan hanya dipukuli, tetapi juga nyaris diperkosa, dirantai di halaman rumah, hingga dijemur di bawah terik matahari.
"Saya mau diperkosa sama majikan itu, saya enggak bisa komunikasi ke kampung halaman, beli hp enggak boleh. Saya dimarahi terus. Di Saudi itu 16 tahun, jadi enggak bisa komunikasi dengan keluarga. Penyiksaan terus saya alami," ucapnya.
Tiga kali ia dirantai ke tiang besi, disiram air, dipukuli. Luka-luka itu masih berbekas hingga kini, di paha dan punggungnya, saksi bisu dari penyiksaan panjang.
Hak finansial yang ia dapat pun jauh dari kata layak. Dalam 16 tahun, hanya Rp140 juta yang sempat diberikan, ditambah selembar cek Bank Riyadh senilai 35 ribu riyal-yang hingga kini tak bisa dicairkan.
Penantian Panjang Keluarga
Di Sukabumi, keluarganya bertahun-tahun menunggu kabar. Putra sulungnya, Heri, bahkan sempat mengira sang ibu telah tiada.
"Selama 16 tahun pernah laporan, ke pihak desa, ke pihak sponsor. Hanya sponsor waktu itu bilang enggak tahu, lapor ke desa hingga kecamatan kalau ke polsek belum pernah," tutur Heri.
Putus asa, keluarga sampai meminta bantuan orang pintar. "Sampai kami pernah ke orang pintar katanya sudah meninggal," kenangnya.
Namun, keajaiban itu datang pada Mei 2025. Saodah pulang. "Rasanya seperti mimpi. Dulu saya pikir ibu sudah meninggal, tapi ternyata masih bisa kembali. Walaupun keadaannya begini, tetap saya syukuri," ujar Heri.
Peran Bung Awing
Di balik kepulangan itu, ada peran besar Ma'mun Mochamad Nawawi alias Bung Awing, Ketua Ormas Pemuda Pancasila.
"Ibu Saodah mengalami penyiksaan di Saudi Arabia, bu Saodah berangkat melalui rekrutmen atas inisial A, dan nama perusahaan PJTKI-nya ada di Jakarta. Selama 16 tahun Bu Saodah tidak ada kabar berita sampai akhirnya anak pertamanya meminta tolong ke saya untuk melacak. Karena oleh keluarga dianggap sudah meninggal dunia di Arab Saudi," ungkap Awing.
![]() |
Jejak itu ia temukan lewat paspor lusuh, hingga kabar mengejutkan datang, Saodah terbaring koma di sebuah rumah sakit Riyadh.
"Yang mengagetkan ketika saya telepon ke majikannya itu berada di rumah sakit di Riyadh dalam keadaan koma. Akhirnya saya kompak dengan keluarga membaca Alquran setiap malam kita komunikasi terus dengan majikan," tuturnya.
Perjuangan panjang membuahkan hasil. Saodah dipulangkan, meski dengan kondisi yang masih rapuh.
Namun, hak-haknya jauh dari adil. "Hanya sangat disayangkan, majikannya hanya memberikan gaji tidak stimpal dengan apa yang dilakukan ibu Saodah selama 16 tahun mendapat penganiayaan berat. Ibu Saodah hanya dibekali 6 ribu real uang cash dan cek sebesar 35 ribu real cek Bank Riyadh," katanya.
Upaya mencairkan cek itu kandas. "Kami sudah datangi bank di Kota Sukabumi, katanya tidak bisa dicairkan, karena tidak ada bank koresponden. Kami mohon pemerintah bisa membantu, kami meminta keadilan untuk penderitaan Bu Saodah berikut hak-haknya bisa diperjuangkan," ujarnya.
Luka yang Masih Tersisa
Kini, meski sudah kembali ke pangkuan keluarga, luka Saodah masih jauh dari kata pulih. Patah tulang paha, luka jahitan 40 sentimeter di kaki, hingga lebam di punggung kanan dan kiri masih membekas.
Namun, bagi Heri, kepulangan ibunya tetap sebuah keajaiban. "Perasaannya syukur Alhamdulillah nyampe-nyampe (pulang), menangis engga tahan. Merasa bahagia ada, terus juga ada rasa kaya meninggal katanya akhirnya ada. Tadinya kehilangan jiwa sekarang sudah ada. Alhamdulillah ada," ucapnya.
Meski begitu, ia berharap pemerintah benar-benar memperjuangkan hak ibunya. "Hak haknya segera kasih ke ibu saya. Mohon bantuannya ke bapak presiden sama bapak gubernur," pintanya.
Simak Video "Video Arab Saudi Temani Indonesia ke Round 4, Australia Lolos Piala Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(sya/dir)