Hasil Pemeriksaan Sampel MBG Pemicu Keracunan di Jabar

Wisma Putra - detikJabar
Kamis, 25 Sep 2025 13:22 WIB
Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025) (Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura)
Bandung -

Laboratorium Kesehatan Jawa Barat (Labkes Jabar) menerima ratusan sampel makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Januari 2025. Sampel tersebut berasal dari belasan kabupaten/kota di Jabar.

Sampel yang dikirimkan merupakan makanan yang menjadi pemicu keracunan penerima MBG. Kepala Labkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi, mengatakan sampel makanan itu diterima melalui dinas kesehatan kabupaten/kota masing-masing.

"Berdasarkan sampel yang masuk dari Januari-September, didapatkan sampel KLB keracunan makanan dari MBG sebanyak 163 sampel, dengan jumlah instansi pengirim sebanyak 11 dinas kesehatan kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat, antara lain Dinkes Kabupaten Bandung Barat, Dinkes Kabupaten Bandung, Dinkes Kota Bandung, Dinkes Kabupaten Cianjur, Dinkes Kabupaten Garut, Dinkes Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Dinkes Kota Cirebon, Dinkes Kota Cimahi, dan Dinkes Kabupaten Sukabumi," kata Ryan kepada detikJabar, Kamis (25/9/2025).

"Dengan frekuensi KLB MBG sebanyak 20 kali," tambahnya.

Ryan menyebut hasil pemeriksaan KLB MBG di laboratorium mikrobiologi menunjukkan 72% hasil negatif dan 23% hasil positif, antara lain Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus cereus.

Untuk pemeriksaan laboratorium kimia, sebanyak 92% hasil negatif dan 8% hasil positif nitrit. Mayoritas, ada dua bakteri yang mengontaminasi makanan.

"Dari parameter pemeriksaan keamanan pangan pada laboratorium mikrobiologi hasilnya berbeda-beda, secara frekuensi didominasi oleh bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Pada pemeriksaan laboratorium kimia paling banyak dari parameter nitrit," ungkapnya.

Faktor Penyebab Keracunan

Ketika disinggung terkait faktor kebersihan air, peralatan memasak, dan higienitas pekerja Dapur MBG, Ryan menyebut ketiganya berpengaruh.

"Ya, kebersihan air, peralatan, dan higienitas pekerja dapur (food handler) sangat berpengaruh terhadap terjadinya keracunan makanan, dan hal ini diatur jelas dalam regulasi," tuturnya.

Menurut Ryan, air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan, maupun tangan pekerja dapur harus memenuhi syarat kualitas mikrobiologi dan kimia, yakni bebas E. coli dan bahan kimia berbahaya.

"Jika air tercemar, bisa menjadi sumber masuknya kuman penyebab keracunan seperti E. coli, Salmonella, dan Vibrio cholerae," ujarnya.

Ryan menjelaskan, peralatan masak dan saji harus dibersihkan dengan air bersih dan sabun, serta harus ada pemisahan peralatan mentah dan matang untuk mencegah kontaminasi silang, merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Higiene Sanitasi Jasa Boga.

"Higienitas pekerja merupakan faktor utama dalam pencegahan foodborne disease karena manusia sering menjadi pembawa (carrier) bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus. Selain itu, pekerja dapur juga harus memperhatikan kebersihan tangan, kuku, rambut, dan pakaian kerja," jelasnya.

"Pekerja yang sedang sakit dilarang menangani makanan," pungkasnya.




(wip/yum)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork