Pakar Unpas: Program MBG Bagus, Tapi Food Safety Harus Jadi Prioritas

Pakar Unpas: Program MBG Bagus, Tapi Food Safety Harus Jadi Prioritas

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 19 Sep 2025 16:35 WIB
Ilustrasi MBG
Ilustrasi MBG (Foto: Istimewa)
Bandung -

Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah Jawa Barat menuai sorotan banyak pihak. Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Universitas Pasundan (Unpas), Yusman Taufik menilai, program MBG seringkali mengesampingkan aspek keamanan pangan.

"Program MBG ini potensinya besar untuk meningkatkan gizi dan kesejahteraan anak. Tapi yang kasus keracunan ini dari aspek keamanan, rata-rata mereka mengabaikan food safety-nya," kata Yusman saat dihubungi, Kamis (18/9/2025).

Menurut Yusman, ada beberapa titik rawan yang harus dibenahi. Mulai dari sistem pengadaan bahan, proses pengolahan di dapur, distribusi makanan ke sekolah, hingga pengawasan yang masih lemah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang harus diperbaiki itu dari sistem pengadaan, sistem pengolahan, kemudian distribusi dan pengawasan. Kalau itu dijalankan, risikonya pasti minimal," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Yusman menjelaskan, makanan lebih mudah terkontaminasi bila prosesnya tidak higienis. Beberapa menu, seperti lauk bersantan, telur setengah matang, hingga potongan buah, rentan basi dan terkontaminasi bakteri bila dibiarkan terlalu lama di suhu ruang.

Ia juga menyoroti praktik memasak nasi dalam jumlah besar. Jika dimasak sehari sebelumnya dan disimpan tidak sesuai standar, makanan bisa memicu pertumbuhan bakteri berbahaya seperti bacillus cereus.

"Jadi yang harus dilakukan ke depan adalah prinsip CHS (cook, hold, serve) masak dengan sempurna, simpan dalam kondisi baik, dan sajikan maksimal 4 jam setelah dimasak. Jangan terlalu lama," jelasnya.

Selain itu, kata Yusman, sanitasi dapur yang mengolah beragam menu MBG harus benar-benar diperhatikan, termasuk pencucian bahan dan alat, serta penggunaan air bersih.

Opsi Kantin Sehat di Sekolah

Untuk meminimalisasi risiko, Yusman mengusulkan, agar program MBG diarahkan ke sekolah dengan memanfaatkan kantin sehat dimana makanan bisa dimasak langsung sehingga lebih mudah diawasi dan standar higienitasnya terjaga.

"Makanya lebih baik program ini menurut saya ke sekolah langsung, mengangkat kantin sehat masak di sekolah menu di standarkan akan meminimalkan keracunan dan mudah diawasi," ucap Yusman.

Ia juga menilai penggunaan buah utuh lebih aman dibanding buah yang sudah dipotong sejak awal, serta perlunya pelatihan bagi para pengelola dapur.

"Makanya perlu penyusunan menu, kemudian standar yang sederhana lah, soal penyimpanan, distribusi, kalau mau pakai buah lebih baik buah utuh jangan dipotong dikupas. Kemudian ada pelatihan bagi yang mengelola dapur," ucap dia.

Pengawasan adalah Kunci

Menurut Yusman, sebenarnya menu MBG yang selama ini disajikan kepada pelajar tidak ada yang salah. Masalah muncul lebih pada proses penyimpanan, distribusi, serta kurangnya pengawasan.

"Kalau menu yang disajikan sebenarnya sudah sesuai. Hubungan dengan makanan mah food safety-nya harus betul-betul karena kaitannya dengan mikrobiologi," katanya.

"Dalam proses penyimpanannya itu yang rata-rata kurang baik, suhu tidak sesuai waktu penyajian lama jadi bakteri cepat mengkontaminasi, dapur kurang sanitasi, itu saja sehingga makanan bisa cepat terkontaminasi," lanjutnya.

Karena itu, dia menegaskan agar proses pengolahan menu MBG ke depannya agar harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Sebab segala urusan dengan makanan kata Yusman tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Jadi untuk pengelola dapur harus betul-betul higienis dijaga, pengawasannya. Kalau bermain dengan makanan jadi keamanan pangan harus diperhatikan. Kalau pengawasan dijalankan dan dapur MBG bersih serta SOP dijalankan aman sebetulnya," tandasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Siswa Keracunan MBG Capai Ratusan dalam Waktu Sepekan"
[Gambas:Video 20detik]
(bba/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads