Tragedi Demo Berdarah Nepal: 51 Orang Tewas hingga Ribuan Napi Kabur

Tragedi Demo Berdarah Nepal: 51 Orang Tewas hingga Ribuan Napi Kabur

Novi Christiastuti - detikJabar
Jumat, 12 Sep 2025 23:00 WIB
A burnt vehicle lies in front of the Singha Durbar office complex that houses the Prime Ministers office and other ministries, following protests against Mondays killing of 19 people after anti-corruption protests triggered by a social media ban which was later lifted, in Kathmandu, Nepal, September 10, 2025. REUTERS/Navesh Chitrakar
Sisa-sisa Kebakaran Buntut Demo Ricuh Tolak Blokir Medsos di Nepal. Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
Jakarta -

Jumlah korban tewas akibat unjuk rasa yang disertai kekerasan dan kerusuhan di Nepal bertambah menjadi 51 orang. Puluhan ribu narapidana yang memanfaatkan situasi kacau untuk kabur dari penjara hingga kini masih dalam pengejaran aparat.

Kepolisian Nepal dalam pernyataan resminya pada Jumat (12/9/2025) mengumumkan peningkatan jumlah korban jiwa. "Lebih dari 12.500 narapidana yang kabur dari berbagai penjara di seluruh negeri masih buron hingga kini," ujar juru bicara Kepolisian Nepal, Binod Ghimire.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aksi protes awalnya dipicu pemblokiran akses media sosial. Generasi muda atau Gen Z memimpin gelombang unjuk rasa. Meskipun pemblokiran dicabut pada Senin (8/9) malam, demonstrasi tidak mereda.

Kericuhan pecah pada Selasa (9/9) dan berkembang menjadi kritik luas terhadap pemerintah Nepal, termasuk tuduhan korupsi di kalangan elite politik. Situasi semakin panas ketika aparat kepolisian menembakkan peluru ke arah massa. Amnesty International menegaskan bahwa peluru tajam digunakan dalam pengendalian demonstrasi.

ADVERTISEMENT

Kematian para demonstran memicu kemarahan warga. Gelombang protes berlanjut dengan aksi pembakaran rumah sejumlah pejabat tinggi dan gedung parlemen Nepal.

Di tengah situasi genting, Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli mengumumkan pengunduran diri pada Selasa (9/9). Namun, langkah itu tidak mampu meredakan amarah publik.

Militer kemudian dikerahkan untuk mengendalikan keadaan. Sejak Rabu (10/9), jam malam diberlakukan secara nasional. Tentara berpatroli di jalan-jalan Kathmandu dan mendirikan pos pemeriksaan militer. Setiap kendaraan yang melintas diperiksa identitasnya.

"Jangan bepergian yang tidak perlu," imbau militer Nepal melalui pengeras suara.

Militer juga memperingatkan bahwa aksi kekerasan dan vandalisme akan ditindak tegas. Sejauh ini, 27 orang ditangkap terkait penjarahan dan kerusuhan. Selain itu, aparat menemukan 31 senjata api di lokasi berbeda.

Di sisi lain, sejumlah demonstran menyuarakan kekhawatiran bahwa aksi protes mereka ditunggangi pihak ketiga. Klaim serupa turut disampaikan oleh militer Nepal.

Artikel ini telah tayang di detikNews.

(nvc/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads