Profil Lengkap Acil Bimbo, Legenda Balada Indonesia dan Tokoh Sunda Panutan

Profil Lengkap Acil Bimbo, Legenda Balada Indonesia dan Tokoh Sunda Panutan

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Selasa, 02 Sep 2025 08:13 WIB
Acil Bimbo
Almarhum Acil Bimbo (Foto: Instagram Sofia Yulinar Surachman)
Bandung -

Dunia musik Indonesia berduka atas wafatnya musisi legendaris Acil Bimbo. Personil grup Bimbo tersebut meninggal dunia pada usia 82 tahun di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Jenazah disemayamkan di rumah duka di Jalan Biologi nomor 4, Kota Bandung dan akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Cimahi pada pagi ini. Anak kedua Acil, Mario Saladin Akbar Kusumawardhana, membenarkan kabar duka ini. Ia mengungkapkan bahwa ayahnya menghembuskan napas terakhir tepat pukul 22.13 WIB.

Kabar duka juga diumumkan melalui unggahan Instagram sang keponakan, Asri Dewi Hardjakusumah (@achihardjakusumah). Ia menuliskan doa perpisahan, "Innalillahi wainnailaihi rojiun. Selamat jalan paman kami tercinta, Acil Bimbo."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ucapan duka juga mengalir deras dari keluarga besar, termasuk cucu beliau, Zara Adhisty. Mantan anggota JKT48 tersebut membagikan foto-foto kenangan bersama sang kakek di Instagramnya.

ADVERTISEMENT

Profil Acil Bimbo

acil bimboAlmarhum Acil Bimbo saat bernyanyi. Foto: dok Instagram zaraadhsty

Acil Bimbo yang memiliki nama lengkap Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943. Ia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Raden Dajat Hadjakusumah dan Uken Kenran. Tumbuh besar di Bandung, Acil hidup dalam keluarga yang memiliki kecintaan besar terhadap seni.

Ia kemudian menikah dengan Ernawati. Dari pernikahan itu lahirlah anak-anak dan beberapa orang cucu. Di antaranya adalah dua kakak beradik yang pernah menjadi anggota grup idola JKT48, yakni Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara.

Meski sibuk dengan musik, pendidikan tetap menjadi prioritas. Acil menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dan lulus pada tahun 1974. Tak berhenti di sana, Acil melanjutkan pendidikan ke jenjang kenotariatan di kampus yang sama hingga meraih gelar pada 1994.

Acil juga dikenal sebagai pribadi yang aktif di bidang sosial dan kelestarian lingkungan. Pada tahun 2000, ia mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bandung Spirit yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan kebudayaan. Selain itu, ia tercatat sebagai pembina dan penasehat di berbagai organisasi lain.

Salah satu yang paling ia perjuangkan adalah pemulihan Sungai Citarum. Ia kerap soal tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan. Komitmen itu bahkan sudah disalurkan melalui musik sejak lama. Bersama Bimbo, ia dan saudara-saudaranya pernah merilis album khusus tentang lingkungan yang mengangkat isu Sungai Ciliwung, Harimau Jawa, hingga Cenderawasih. Selain itu, Acil juga dikenal sebagai sosok yang getol melestarikan seni dan budaya Sunda.

Perjalanan Musik Acil Bimbo

acil bimboAcil Bimbo Foto: dok Instagram zaraadhsty

Di usia muda, Acil dan saudaranya pernah mendirikan beberapa grup musik sebelum Bimbo. Di tahun 1958 misalnya, ia bersama sang kakak, Sjam (kini berganti ejaan menjadi Sam), membentuk band yang diberi nama The Alulas. Menggaet rekan mereka, Jessy Wenas, band ini berhasil menjuarai festival band yang diadakan di Hotel Homann, Bandung.

Setelah lulus SMA, langkah musiknya semakin serius. Sekitar tahun 1961, The Alulas berganti nama menjadi Aneka Nada. Grup ini menjadi wadah eksplorasi musik yang lebih luas, bahkan berhasil menarik perhatian Guntur Soekarnoputra, putra Presiden pertama RI, Soekarno, yang saat itu berkuliah di ITB.

Formasi Aneka Nada kala itu cukup berwarna: Sjam (vokal), Acil (vokal dan gitar melodi), Guntur (gitar melodi), Iwan (bass), Jessy Wenas (gitar dan vokal), Indradi alias Dodo (drum), serta Memet Slamet (vokal). Mereka banyak memainkan lagu-lagu bernuansa Amerika Latin yang sedang populer, termasuk karya Trio Los Panchos dengan irama Cha-Cha-nya yang khas.

Lahirnya Bimbo

Pada tahun 1966, Acil bersama kedua saudaranya, Sam dan Jaka, membentuk grup musik baru bernama Trio Los Bimbos. Nama itu kemudian dipangkas menjadi Bimbo, yang akhirnya menjadi salah satu grup musik legendaris Indonesia hingga saat ini. Formasi grup kemudian dilengkapi dengan adik perempuan mereka, Iin Parlina.

Bimbo berkembang dengan warna musik balada yang kental. Mereka banyak dipengaruhi musisi dunia seperti Bee Gees, Everly Brothers, Cliff Richard, Tommy Steele, hingga Paul Anka. Lagu-lagu mereka banyak yang bertemakan kritik sosial, religi, hingga romansa.

Beberapa karya mereka bahkan melekat dalam ingatan kolektif masyarakat, dan masih sangat populer hingga saat ini. Di antaranya seperti lagu "Tuhan", "Sajadah Panjang", "Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya", "Melati dari Jayagiri", "Taqobalallahu Minna Wa Minkum", hingga "Lebaran Sebentar Lagi". Lagu-lagu tersebut juga banyak membawakan memori nostalgia akan bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Dalam puluhan tahun berkarya, Bimbo tercatat telah melahirkan sekitar 800 lagu yang terangkum dalam 200 album. Angka tersebut menunjukan konsistensi serta dedikasi tinggi Acil dan kedua saudaranya dalam bermusik.

Penghargaan demi penghargaan pun diraih. Pada Indonesian Choice Awards 2017, Bimbo menerima Lifetime Achievement Award. Dua tahun kemudian, Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2019 memberikan mereka Legend Award sebagai pengakuan atas kontribusi besar dalam industri musik.

Selain itu, pada tahun 2008, majalah Rolling Stone Indonesia menobatkan Bimbo sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa. Penghargaan-penghargaan menegaskan posisi mereka sebagai bagian dari sejarah penting musik Indonesia. Selamat jalan, Acil Bimbo!




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads