Kepala Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Wardi Sutandi mengaku dirinya akan dipanggil ke Gedung Pakuan, Bandung, untuk menjelaskan kasus meninggalnya balita Raya (4) yang tubuhnya dipenuhi cacing.
"Insyaallah tadi staf KDM nelepon, katanya saya harus menghadap Pak KDM, bawa keluarga yang meninggal itu orang tuanya, jam 07.30 WIB harus sudah sampai di Gedung Pakuan," kata Wardi kepada awak media, Selasa (19/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wardi, pemanggilan itu kemungkinan terkait dengan peristiwa yang menimpa Raya dan ramai jadi sorotan publik. "Ya mungkin karena ada kejadian ini, yang perlu dijelaskan," ujarnya.
Ia menegaskan, pihak desa sudah berupaya semaksimal mungkin untuk membantu keluarga Raya. "Insyaallah sudah, semaksimal mungkin sudah diupayakan," tutur Wardi.
Ketika ditanya apakah kasus Raya berkaitan dengan kemiskinan, Wardi membantah. "Ah bukan, kalau kemiskinan, tidak. Bisa karena dampak penyakit, bisa juga sehat, enggak semua miskin jadi sakit," ucapnya.
Kepada detikJabar, Wardi juga menyebut masih terikat hubungan kerabat dengan keluarga Raya. "Sebenarnya saya sebagai kepala desa Cihanaga terkait video yang beredar itu sangat jauh salah, saya tidak menerima. Karena di sisi lain ini sebagai masyarakat saya si Udin (ayah Raya) ini masih saudara, dari semenjak dia belum keluarga anak buah lah katakan, suka diajak kerja, sampai pakaian, apa segala, dari dulu sampai saat ini," kata Wardi kepada detikJabar.
Ia menegaskan, urusan medis di luar kewenangannya sebagai kepala desa. "Kalau masalah penyakit itu di luar saya, saya enggak hapal, enggak tahu karena ada bagiannya, ada bidangnya medis. Pihak desa hanya melaksanakan apa tentang pemerintah atas desa, baik KK, KTP saya laksanakan dengan jajaran, baik masyarakat setempat maupun pak kadusnya sendiri," ujar dia.
Meski begitu, Wardi mengaku sudah berupaya maksimal membantu. "Insyaallah sudah, semaksimal mungkin sudah diupayakan," katanya.
Terkait administrasi kesehatan, Wardi mengungkapkan keluarga Raya memang mengalami kendala. "Betul, masalah BPJS karena jangankan Raya saja, sekian masyarakat susah, kecuali BPJS bayar mandiri. Sebenarnya awalnya kan ini dikasih nama Rizaludin, dia cetak KTP nomor NIK muncul. Setelah di-clearkan nomor NIK buat pengajuan BPJS ternyata nomor NIK itu namanya Udin, bukan Rizaludin. Ada hambatan di situ mengenai NIK antara di KK dengan di KTP munculnya namanya Udin," jelasnya.
Wardi juga menyinggung kondisi psikologis orang tua Raya. Menurutnya, keduanya tidak termasuk orang dengan gangguan jiwa, namun sering menunjukkan perilaku yang membingungkan.
"Iya kalau ODGJ sih enggak, cuman sekilas kadang nyambung sekilas enggak. Kadang saya juga suka heran, inilah salah satu contoh, Din mau ke mana, mau ke hutan enggak pakai baju, saya kasih baju, eh pas pulang udah dibuang, enggak tahu faktor apa," ucap Wardi.
Ia menambahkan, saat proses pemakaman Raya sempat terjadi kendala karena sang ayah menghilang.
"Waktu kejadian persis saya di sini beserta perangkat desa, pak camat, dari medis, sampai ke penguburan sampai setengah 10 malam dia malah pergi katanya takut banyak orang, akhirnya menghilang. Ini juga menghambat proses. Tunggu-tunggu sampai jam 8 lebih ya udah kita buat keputusan sampai setengah 10 di pemakaman, dia belum datang. Saya tugaskan ke tokoh masyarakat di sini tolong cariin nama si Udin tersebut. Ya sekitar jam 2 malam katanya si Udin udah pulang setelah orang-orang enggak ada," pungkasnya.
(sya/sud)