Kabar royalti lagu belakangan ramai. Musisi memperdebatkan hak cipta, pelaku usaha diminta membayar lisensi, pemerintah bicara soal regulasi. Sorotan publik mengarah pada sengketa dan besaran uang yang berputar di industri musik.
Namun di tengah hiruk pikuk itu, ada satu kisah yang luput dari perhatian. Syam Permana, pencipta ratusan lagu dangdut yang pernah dipopulerkan artis-artis ternama, justru hidup terlupakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Syam kembali mendapat sorotan dari aktivis sosial, Kristiawan Saputra dari lembaga filantropis Sahabat Kristiawan Peduli (SKP) yang mengangkat kembali kisah pilu itu. Ia menulis di akun Instagram miliknya.
"Riuh tentang royalti lagu, tidak menyentuh Syam Permana, pencipta ratusan lagu dangdut populer yang dinyanyikan artis-artis dangdut ternama," kata Kris melalui aplikasi perpesanan kepada detikJabar, Kamis (14/8/2025).
"Namun jangankan royalti, namanya saja ada yang dihapus dari lagu ciptaannya itu. Kini sang pencipta lagu berprofesi sebagai pemulung saya pernah bertemu dengan beliau di awal tahun 2025, itu karena karyanya tak dihargai," sambungnya.
Bagi Kristiawan, cerita Syam adalah ironi di tengah riuh perdebatan royalti. Kristiawan memang ada di balik kisah Syam sejak tahun 2021 silam, ketika media arus utama mulai ramai mengangkat kisah Syam.
"Saat ini ketika artis, musisi, dan lembaga sibuk memperdebatkan siapa dapat apa, di pelosok Sukabumi seorang pencipta lagu besar justru dilupakan. Inilah wajah nyata ketidakadilan bagi pencipta yang tidak punya kuasa," ujarnya.
Sejak 2021, detikJabar telah menulis kisah Syam. Saat itu ia mengaku heran karena banyak lagunya digunakan ulang oleh konten kreator di YouTube tanpa izin maupun penyebutan nama.
"Saya heran, kok tiba-tiba lagu hasil karya saya banyak digunakan orang di YouTube. Tidak ada izin dan penulisan nama saya disebut sebagai penciptanya," kata Syam di kediamannya di Sukabumi, dikutip dari detikJabar, Senin (15/2/2021) silam.
Syam sempat tercatat di Karya Cipta Indonesia (KCI), namun nilai royalti yang ia terima sangat kecil. Dikutip dari detikJabar, ia hanya memperoleh Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per tahun, pernah sekali lebih dari Rp 2 juta.
"Setahun bisa dapat segitu, kalau dibilang cukup ya dicukup-cukupin. Sehari-hari serabutan saja kerja," ucapnya lirih.
Pada 2022, detikJabar kembali mengisahkan kehidupannya. Tidak ada perubahan berarti. Syam harus menerima kenyataan putrinya putus sekolah karena biaya transportasi ke SMK sebesar Rp 30 ribu per hari tak sanggup dipenuhi. Di usia senja, ia bekerja serabutan, membantu istri menjadi buruh tani di sawah orang, dan menjual kayu bakar ke pabrik tempe.
Kini ketika kabar royalti ramai diperbincangkan. Kini nasib Syam seharusnya diperhitungkan.
Sekadar diketahui, Syam Permana bukan nama kecil dalam dunia dangdut. Sejak awal 1980-an, ia menulis ratusan lagu yang kemudian dibawakan oleh penyanyi-penyanyi papan atas.
Beberapa karyanya yang tercatat antara lain Benalu Cinta yang dinyanyikan Imam S Arifin, Belum Sembuh yang dipopulerkan Meggy Z, serta Biarkan Berlalu yang dibawakan Muchsin Alatas. Pada 1982, Syam juga menulis lagu berjudul Terima Kasih, yang kemudian melejit bersama suara Inul Daratista.
Selain nama-nama tersebut, Syam juga pernah menceritakan soal menciptakan lagu untuk penyanyi dangdut lain seperti Inne Chintya, Asep Irama, dan Ona Sutra. Deretan lagu ciptaannya sempat akrab di telinga penikmat dangdut lewat siaran radio maupun televisi pada masa jayanya. Namun, di balik karya - karya yang populer itu, nasib sang pencipta justru jauh dari kata mapan.
"Royalti jangan hanya menjadi perdebatan di kota besar. Harus ada keberpihakan nyata kepada pencipta lagu di daerah. Kasus Syam Permana adalah alarm keras untuk kita semua," tegas Kristiawan.
(sya/sud)