Riuh perayaan 17 Agustus tahun ini nampak terasa berbeda. Bukan hanya kemunculan video keseruan lomba warga yang tersebar di sosial media, tapi justru sebuah fenomena yang kemudian memunculkan tanda tanya.
Ya, jagat maya saat ini sedang ramai dengan perbincangan pengibaran 'Jolly Roger', bendera legendaris dari anime One Piece. Bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami itu banyak dipasang di depan rumah warga, mobil hingga truk yang melintas di sejumlah jalan raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepintas, fenomena ini seakan nampak biasa. Namun kemudian, potongan-potongan videonya yang viral dibumbui narasi bahwa fenomena itu punya pesan mendalam sebagai bentuk sindiran bagi pemerintah Prabowo-Gibran.
Bagi yang belum tahu, Jolly Roger adalah bendera milik kru Topi Jerami, kelompok bajak laut pimpinan Monkey D. Luffy di anime One Piece. Di anime itu, Luffy dan kelompoknya dikisahkan bukan sebagai bajak laut yang jahat, namun jadi andalan masyarakat lemah melawan penindasan pemerintah.
Kemunculannya pun kini masih mengundang rasa penasaran. Namun di Kota Bandung, fenomena ini belum dilaporkan terjadi meski langkah pencegahan tetap dilakukan dengan mengerahkan tim intelijen ke lapangan.
Dalam perbincangannya dengan detikJabar, Kabid kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Kesbangpol Kota Bandung Tatang Hamdani mulai menaruh perhatian mengenai fenomena pengibaran bendera One Piece jelang Agustusan. Meski hanya sebatas anime, tapi Tatang menyadari ada upaya lain dari fenomena tersebut.
"Kalau secara umum lihat one piece kebanyakan kartun ya, teman-teman juga baru tahu dimanfaatkan oleh kelempok tertentu. Nah ini yang harus kita dalami untuk memastikan informasi itu dan teman-teman intel yang punya kapasitas yang lebih meyakinkan sumbernya dari mana kiri-kira siapa yang menjadi pendorong dan penggerak aktivitas itu," ungkapnya.
"Tapi memang ini sinyalnya ke arah disintegrasi dan radikalisme larinya kesana dikhawatirkan kesana," tambahnya.
Lebih jauh, Tatang mengaku bakal ada tindakan jika memang fenomena tersebut mengarah ke tindakan yang tidak diinginkan. Jika menemukan laporan itu di lapangan, Pemkot Bandung menurutnya bisa mengambil sikap tegas dengan menurunkan bendera tersebut.
"Nah kita pastikan dulu apakah memang informasi awal itu betul bahwa ini sebagai langkah upaya dari pihak-pihak yang ingin mengganggu keberadaan kita selaku masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Kalau memang sinyal itu mengarah ke aktivitas yang kita tidak harapkan, tentunya ada pihak-pihak yang punya kapasitas untuk menurunkan bendera itu. Kita lihat apakah Satpol punya kewenangan disana kita telusuri dulu secara aturan. Takutnya dinilai ada urusannya karena ini bendera kartun biasa," tuturnya.
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Unpad Prof Muradi punya pandangan sendiri akan fenomena ini. Baginya, ada dua makna yang bisa dilihat dari aksi pengibaran bendera one piece menjelang Agustusan.
Makna pertama tersirat ada semacam kebebasan dari warga yang ikut mengibarkan bendera Jolly Roger. Namun jika maknanya sebaliknya, bisa saja fenomena ini merupakan sindiran dari warga untuk pemerintahnya.
"Nah, kalau ngeliat pola itu, maka sebenarnya kita melihat dua hal itu. Apakah orang kemudian merasa memasang bendera One Piece itu adalah bagian dari kritik ke pemerintah, berkaitan dengan kebijakan yang ada," tambahnya.
Muradi pun menyebut bahwa akhir-akhir ini banyak keresahan-keresahan yang timbul di muka publik diakibatkan oleh program-program yang dikeluarkan pemerintah. Mulai dari kebijakan tentang ojek online, pengaturan truk besar atau ODOL hingga kasus yang melibatkan aktivis hingga mahasiswa.
Namun menurutnya, di balik itu, ada juga pihak yang belum paham atau asal ikut-ikutan meramaikan. Meski demikian, Muradi meyakini golongan ini akan berkata serempak bahwa aksi yang mereka lakukan adalah bentuk kritik kepada pemerintahan.
Untuk itu, Muradi mengatakan pemerintah jangan merespon terlalu vulgar atau terlalu berlebihan. Karena di momen 17 Agustus dianggap sebagai momen untuk kemudian mengevaluasi diri, mengevaluasi kebijakan dan seterusnya.
"Saya melihatnya dua sisi tadi, bahwa ini adalah bagian dari kritik masyarakat yang kemudian nggak bisa lagi misalnya melakukan kritik terbuka. Terbuka itu misalnya begini contohnya mengkritik di sosial media, itu kan yang dihajar buzzer-buzzer pemerintah banyak, yang kemudian kritik terbuka di publik, pulangnya dikuntit gitu loh, pulangnya atau prosesnya diintimidasi dan sebagainya," jelasnya.
"Artinya memang ini adalah bagian yang kemudian, saya sih nyebutnya selama-lamanya iman untuk melakukan bahwa ada yang kurang pas dengan kebijakan pemerintahan hari ini, Itu yang kemudian direspon dalam bentuk pemasangan benda One Piece bersama dengan bendera merah putih," pungkasnya.
(ral/dir)