Sebuah konten yang viral di media sosial menyebut bahwa latihan beban merupakan olahraga paling bodoh. Pernyataan tersebut langsung memicu perdebatan, terutama terkait kaitan antara aktivitas fisik dan kecerdasan seseorang.
Namun, sejumlah penelitian menunjukkan fakta sebaliknya. Latihan beban bukan hanya bermanfaat bagi otot, tetapi juga berkontribusi besar terhadap kesehatan otak. Aktivitas ini diketahui mendukung peningkatan fungsi kognitif, seperti memori yang lebih tajam, proses belajar yang lebih cepat, serta pemikiran yang lebih jernih dan efisien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam studi yang dimuat di British Journal of Sports Medicine, para peneliti menjelaskan bahwa manfaat kognitif dari latihan beban berkaitan dengan meningkatnya aliran darah ke otak. Peningkatan ini membantu menyehatkan sel-sel otak sekaligus merangsang produksi faktor pertumbuhan. Senyawa kimia tersebut berperan penting dalam pembentukan serta pemeliharaan koneksi saraf baru.
Lebih lanjut, latihan angkat beban dan latihan resistensi turut mendorong pelepasan endorfin-hormon yang dikenal sebagai "hormon bahagia". Kehadiran endorfin dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. Dampaknya, daya tahan terhadap stres membaik dan fungsi otak pun terjaga.
Tak hanya itu, latihan beban juga menantang sistem saraf melalui gerakan-gerakan yang membutuhkan kontrol motorik dan koordinasi. Hal ini menjadikan otak tetap aktif, bahkan pada usia lanjut. Artinya, manfaat latihan beban tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, melainkan dapat dirasakan sepanjang rentang kehidupan.
Artikel ini telah tayang detikHelath.
(kna/sud)