Antara Nasionalisme dan Kebutuhan di Balik Penjual Bendera Dadakan

Antara Nasionalisme dan Kebutuhan di Balik Penjual Bendera Dadakan

Deden Rahadian - detikJabar
Sabtu, 02 Agu 2025 06:30 WIB
Penjual bendera dadakan di Alun-alun Tasikmalaya.
Penjual bendera dadakan di Alun-alun Tasikmalaya. (Foto: Deden Rahadian/detikJabar)
Tasikmalaya -

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, suasana kebangsaan mulai terasa di sudut-sudut kota. Di Alun-alun Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (1/8/2025), deretan bendera merah putih mulai menghiasi pagar dan area sekitar. Namun yang menarik, bendera-bendera ini bukan dipasang oleh pemerintah, melainkan oleh para pedagang dadakan.

Tanpa menyewa lapak, para pedagang memanfaatkan pagar alun-alun sebagai tempat berjualan. Mereka hadir bukan hanya untuk meramaikan suasana kemerdekaan, tetapi juga untuk mencari nafkah dengan cara yang tetap sarat semangat nasionalisme.

"Gak ada sewa lapak, kita izin aja. Kan gak makan tempat juga. Malahan jadi semarak Alun-alun ada kami mah," ujar Furqon, salah satu pedagang bendera, kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai jenis dan ukuran bendera dijajakan. Mulai dari bendera mini hingga ukuran besar, umbul-umbul panjang, serta beragam pernak-pernik khas perayaan 17 Agustus. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp100.000 per buah, tergantung bahan dan ukuran.

ADVERTISEMENT

"Paling murah 5 ribuan, Pak. Kalau mahal yang besar sama umbul-umbul panjang ini bisa 100 ribuan satunya," kata Furqon.

Meski demikian, Furqon menegaskan bahwa dirinya tidak mengambil untung besar. Keuntungan maksimal yang ia peroleh dari satu bendera hanya sekitar Rp2.000. Bagi Furqon, yang terpenting adalah tetap bisa berjualan dan ikut menyemarakkan momen kemerdekaan.

Ia pun optimistis penjualan akan meningkat jelang tanggal 17 Agustus. Berdasarkan pengalamannya, lonjakan penjualan biasanya terjadi mulai tanggal 5 Agustus, bahkan mencapai kenaikan hingga 70 persen dibanding hari biasa.

"Biasanya tanggal 5 Agustus bakal mulai rame, tahun lalu saja 70 persen naik," tuturnya.

Di antara para pembeli yang mulai berdatangan, Aji (52), warga Cigalontang, menjadi salah satu pelanggan setia bendera merah putih setiap tahun. Ia mengaku selalu membeli bendera baru bukan karena yang lama sudah rusak, tetapi demi menghormati nilai-nilai nasionalisme.

"Kan pejuang mah berjuang darah dulu, kita mah hanya beli bendera aja masih itungan. Jangan lah," ujar Aji.

Menurutnya, tampilan bendera di depan rumah harus tetap bersih dan layak. Ia tak ingin menunjukkan simbol negara dalam keadaan lusuh atau usang.

"Demi nasionalisme, saya beli terus bendera. Tidak apa-apa tiap tahun juga," lanjutnya.

Aji pun berharap, memasuki usia ke-80 tahun kemerdekaan Indonesia, pemerintah semakin berpihak pada rakyat, terutama dalam sektor ekonomi. Ia menyoroti kebijakan-kebijakan yang menurutnya tidak relevan, seperti rencana pemblokiran rekening yang tidak aktif dalam waktu tiga bulan.

"Saya berharap ekonomi dan persatuan negara terjaga. Pemerintah di ultah RI ke-80 ini jangan bikin kebijakan aneh, kaya yang lagi rame, blokir rekening gak aktif 3 bulan, apa coba pentingnya? Uruslah supaya rakyat sejahtera," tegasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads