Bocah-bocah berkebutuhan khusus bergerak aktif menunggu pembukaan pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SLB Negeri A, Citeureup, Kota Cimahi.
Ada bocah yang mengenakan seragam SD, SMP, serta beberapa dalam balutan pakaian putih abu. Pergerakan mereka lebih aktif ketimbang anak-anak seusianya di sekolah negeri saat hari pertama MPLS. Naik ke kursi di atas panggung, merebut handphone guru, hingga seorang siswa menaiki tubuh siswa lain serupa sedang bergulat.
Pemandangan yang tak bisa dilihat di sekolah biasa, namun mengundang senyum dan tawa kecil dari para orangtua yang mengantar. Bocah-bocah spesial itu sedang mempertontonkan kepolosan mereka sebagai manusia-manusia yang istimewa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahagia namun degdegan, itu yang dirasakan Cahya. Seorang ayah yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus. Putri kecilnya kini menginjak kelas 1 SD di SLBN A Citeureup.
"Senang dan bahagia, anak saya bisa mengikuti MPLS hari pertama. Jadi kebetulan anak saya itu berkebutuhan khusus, jadi dia down syndrome (tuna grahita)," kata Cahya saat ditemui, Senin (14/7/2025).
![]() |
Putrinya kini sudah berusia 8 tahun, namun baru masuk sekolah ketika anak-anak seusianya sudah duduk ke kelas 2. Cahya mengakui kalau anaknya terlambat masuk sekolah karena pertimbangan keluarga.
"Kalau untuk anak-anak spesial gini enggak bisa dipaksakan, kebetulan memang anak saya terlambat masuknya di umur 8 tahun," ujar Cahya.
Ia mempercayakan pendidikan dan tumbuh kembang anaknya di SLB. Menurutnya, tak semua guru bisa memiliki pendekatan seperti pendidik di SLB yang diberkahi kesabaran dan keluasan hati.
"Jadi dia harus bisa menerimanya itu jangan sampai pertama, jangan sampai dia kaget. Kedua jangan sampai dia merasa agak sungkan masuk sekolah. Sangat-sangat beda treatment buat anak-anak seperti ini, saya di rumah saja ngajarinnya kan bermain dan belajar. Nah makanya saya percaya dengan guru di sini," kata Cahya.
Sebagai orangtua, ia bersyukur dikaruniai anak dengan kondisi spesial. Tak semua orangtua mampu menerima karunia tersebut. Tak jarang, orangtua malu dan bingung merawat anak-anak berkebutuhan khusus seperti anaknya.
"Kalau saya sebetulnya malah ini kesempatan yang Allah berikan kepada saya untuk bisa dijaga baik-baik gitu ya. Memang menjaga anak ini sama seperti menjaga orangtua yang sudah sepuh, yang betul-betul kita harus sayangi banget. Harus sabar sekali merawat dan menghadapi mereka," ujar Cahya.
Jalani Pembelajaran Menyenangkan
![]() |
Anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita, tunanetra, tunarungu, hingga disabilitas fisik yang dititipkan untuk menerima pendidikan di SLBN a Citeureup bakal menjalani pembelajaran yang inklusif dan menyenangkan.
"Kita harus menciptakan suasana yang menyenangkan, joyful buat mereka. Selain masuk kelas, belajar, jadi mereka harus nyaman dan senang. Hari ini peserta MPLS ada 284 siswa. Tapi kalau siswa barunya hanya 26," ujar Kepala SLBN A Citereup, Gun Gun Guntara,
Pendekatan guru-guru dengan siswa SLB, tak bisa disamakan dengan pendekatan pada murid di sekolah negeri biasanya. Guru diutamakan bisa lebih ramah dan menyenangkan bagi anak.
"Berbeda dengan sekolah biasa, di sini siswa baru kadang sulit beradaptasi. Maka yang pertama harus dikenalkan adalah guru yang bisa membuat suasana lebih menyenangkan," kata Gun Gun.
Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) pada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Saryadi yang datang langsung ke MPLS SLBN A Citeureup menekankan pentingnya mengenalkan lingkungan sekolah kepada peserta didik, terutama di sekolah luar biasa.
"Jadi hari ini adalah hari pertama MPLS di mana anak-anak atau siswa baru bergabung di SLB Negeri A Citereup," ujar Saryadi.
MPLS termasuk di lingkungan SLB harus terbebas dari praktik-praktik yang tidak mendidik. Siswa mesti menjalani kegiatan dengan nyaman dan siap belajar dengan semangat di lingkungan sekolah yang baru.
"Kami harus memastikan bahwa MPLS dijalankan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah," ujar Saryadi.
(yum/yum)