Sunyi MPLS Hari Pertama SMA Swasta Cimahi yang Muridnya 11 Orang

Sunyi MPLS Hari Pertama SMA Swasta Cimahi yang Muridnya 11 Orang

Whisnu Pradana - detikJabar
Senin, 14 Jul 2025 13:30 WIB
Suasana MPLS Hari Pertama di SMA Budi Luhur, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya memiliki 11 siswa saja.
Suasana MPLS Hari Pertama di SMA Budi Luhur, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya memiliki 11 siswa saja. (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Edo Herdianto sedang fokus menggunting kertas karton yang akan dibuat menjadi papan nama atau nametag. Nantinya nametag itu akan dipasang selama pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Remaja 17 tahun itu kini tercatat sebagai siswa kelas 1 di SMA Budi Luhur. Salah sayu SMA swasta di Kota Cimahi yang nasibnya tak seberuntung sekolah lain gegara muridnya cuma sedikit.

Di kala SMA negeri di mana-mana punya banyak peminat, lain hal dengan SMA tersebut yang serupa peribahasa 'hidup enggan mati tak mau'. Muridnya cuma 11 orang, namun kalau tutup kasihan nasih guru-guru yang menggantungkan hidupnya dari mengajar di sekolah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edo duduk bersila tanpa alas di ruang kelas tempatnya belajar kelak. Hanya ada 10 siswa yang menjadi teman sekelasnya. Di ruangan itu ada seorang siswa OSIS kelas 2 yang bertugas sebagai pembina siswa selama MPLS.

"Tadi apel pembukaan MPLS, enggak lama karena kan hujan. Sekarang pindah ke kelas, membuat nametag buat dipakai selama MPLS," kata Edo saat ditemui, Senin (14/7/2025).

ADVERTISEMENT
Suasana MPLS Hari Pertama di SMA Budi Luhur, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya memiliki 11 siswa saja.Suasana MPLS Hari Pertama di SMA Budi Luhur, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya memiliki 11 siswa saja. Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Ia ditugaskan membawa kertas karton, lem, spidol, gunting, dan peralatan lainnya. Tak ada tugas-tugas nyeleneh yang kerap diberikan di masa masa MPLS masih bernama MOS atau Masa Orientasi Siswa (MOS) bertahun-tahun silam.

"Enggak ada yang aneh-aneh, ya cuma disuruh bawa ini aja peralatan untuk membuat nametag," ujar Edo.

Tak Masalah Teman Sekelas Sedikit

Edo bukan tak mendaftar ke sekolah negeri sebelum akhirnya memilih bersekolah di SMA Budi Luhur. Nasib yang tak memilihnya masuk ke sekolah negeri seperti anak-anak lainnya.

"Kebetulan daftar dulu ke SMAN 4 Cimahi jalur nilai rapor, cuma enggak keterima karena nilainya kurang. Sebelumnya saya ikut Paket B (sekolah kesetaraan jenjang SMP)," ujar Edo.

Ia akhirnya memutuskan sekolah ke tempatnya kini menuntut ilmu berdasarkan arahan dari orangtuanya. Ia tak masalah kendari teman sekelasnya selama 3 tahun nanti cuma 10 orang.

"Enggak apa-apa, yang penting kan belajar. Jadi enggak masalah teman sekelasnya cuma sedikit," ujar Edo.

Hal serupa juga dilontarkan Putri, teman sekelas Edo. Ia tak masalah belajar di sekolah swasta yang muridnya cuma sedikit. Menurutnya, hasil akhir lebih penting ketimbang memikirkan soal jumlah teman sekelas.

"Enggak apa-apa cuma sedikitan, yang penting kan tetap belajar. Tujuannya biar lulus, terus bisa lanjut kuliah mengejar cita-cita sebagai perawat," ujar Putri.

Jumlah anak yang terdaftar sebagai murid baru melalui SPMB tahun 2025 di SMA Budi Luhur sebetulnya meningkat lima kali lipat ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, jumlah murid baru SMA Budi Luhur cuma dua orang.

"Ya kalau dibilang bertambah memang lebih banyak tahun sekarang, karena tahun lalu murid kelas 1 cuma 2 orang. Banyak yang pindah ke negeri setelah ada pemberitahuan PPDB tahap 2," kata salah seorang tenaga pendidik SMA Budi Luhur.

Menurutnya hal yang menjadi perhatian guru dan tenaga pendidik soal minimnya murid baru yakni mental dan semangat belajar murid baru. Mereka bisa saja lebih minder jika dibandingkan dengan sekolah negeri.

"Ya bisa jadi mereka ini mentalnya ngedrop, minder karena sekelas cuma 10 orang, kalau negeri kan sampai 50 orang. Itu yang jadi perhatian guru-guru di sini, enggak imbang karena saingan dengan negeri," ujarnya.




(dir/dir)


Hide Ads