Sebuah insiden mencekam terjadi di pusat riset Sanae IV, fasilitas milik Afrika Selatan yang terletak di wilayah terpencil Antartika. Seorang ilmuwan dilaporkan mengamuk, menyerang anggota tim secara fisik, bahkan mengancam akan membunuh rekan-rekannya.
Mengutip dari detikINET, laporan mengenai insiden ini pertama kali muncul dari email yang dikirim oleh salah satu anggota tim riset. Dalam email tersebut, pelapor mengungkapkan bahwa mereka merasa ketakutan dan keselamatannya terancam, sehingga mendesak adanya tindakan segera.
Menteri Lingkungan Afrika Selatan, Dion George, membenarkan bahwa telah terjadi serangan dalam tim tersebut. "Intervensi sudah dilakukan. Orang yang menyerang pemimpin tim merasa menyesal dan mau dievaluasi kembali psikologisnya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut George, konflik bermula dari tugas yang diberikan oleh pemimpin tim terkait dengan kondisi cuaca. Lokasi yang sangat terpencil turut memperburuk situasi. Tim yang beranggotakan 10 orang ini dijadwalkan baru akan dievakuasi pada Desember mendatang.
Email yang dikirim pelapor juga menyoroti eskalasi tindakan pelaku. "Yang disesalkan, tindakannya meningkat sampai taraf menyeramkan. Secara spesifik, dia menyerang salah satu anggota, yang adalah pelanggaran berat keamanan pribadi dan norma-norma pekerjaan," tulisnya.
Lebih lanjut, email tersebut menyatakan bahwa pelaku juga mengeluarkan ancaman pembunuhan yang menimbulkan ketakutan dan intimidasi di antara anggota tim lainnya. "Saya juga sangat cemas tentang keselamatan diri sendiri, terus-menerus berpikir apakah saya mungkin akan menjadi korban selanjutnya," lanjutnya.
Saat ini, berbagai opsi tengah dipertimbangkan, termasuk kemungkinan mengevakuasi tim lebih awal. Kementerian Lingkungan menyatakan bahwa tim kesehatan terus berkoordinasi dengan anggota ekspedisi untuk mencari solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. "Unit kesehatan terus menerus berhubungan dengan tim di pangkalan untuk menemukan solusi dan cara berkelanjutan untuk kesejahteraan anggota tim yang berada di pangkalan terpencil tersebut," terang pernyataan resmi kementerian.
Afrika Selatan telah memiliki stasiun penelitian di Antartika sejak tahun 1960, setelah mengambil alih pangkalan milik Norwegia. Sanae IV terdiri dari tiga bangunan bertingkat dua yang saling terhubung, dengan ukuran 44 meter panjang dan 14 meter lebar. Para ilmuwan di sana meneliti berbagai aspek ilmiah, termasuk medan elektromagnetik Bumi, geologi, serta keanekaragaman hayati.
Ini bukan kali pertama tim peneliti Afrika Selatan mengalami insiden kekerasan di Antartika. Pada tahun 2017, seorang anggota tim peneliti di Pulau Marion diduga menghancurkan laptop rekannya dengan kapak.
Baca juga: Kisah Pemburu Ular Piton di Everglades |
Para psikolog menilai bahwa kondisi isolasi ekstrem dapat memicu perilaku agresif. "Ketika sesuatu yang buruk terjadi di situasi isolasi, sering hal-hal kecil meledak menjadi konflik," ujar Craig Jackson, profesor psikologi di Birmingham City University.
Dengan meningkatnya ketegangan di stasiun riset ini, keputusan apakah tim akan segera dievakuasi atau tetap menunggu hingga Desember masih menjadi pertimbangan utama pihak berwenang.
Artikel ini telah tayang di detikINET.
(fyk/sud)