Klarifikasi Aang soal Cuek Saat Istri-Anak Jadi Korban Banjir

Kabupaten Sukabumi

Klarifikasi Aang soal Cuek Saat Istri-Anak Jadi Korban Banjir

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Senin, 10 Mar 2025 18:45 WIB
Aang Encis.
Aang Encis. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Setelah sempat viral dengan pengakuannya yang kontroversial, Aang Encis akhirnya angkat bicara. Pria yang sempat dikritik karena menyatakan istri dan anaknya selamat, padahal mereka ditemukan meninggal dunia akibat banjir di Sukabumi, mengaku ada hal yang ingin ia luruskan.

detikJabar berhasil menemui Aang di Pasar Semi Modern Palabuhanratu saat ia sedang berbincang dengan beberapa kenalannya. Ia tampak tenang dan semringah saat memperkenalkan diri dan mulai menceritakan ulang kronologi kejadian yang menimpa keluarganya.

"Iya saya viral ke mana-mana, situasi saat itu saya masih benar-benar kebingungan," tuturnya, Senin (10/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Aang, pada Kamis (6/3/2025) lalu sebelum hujan deras mengguyur, ia sempat pulang ke rumah kontrakannya pada pukul 17.00 WIB sambil membawa sayur asem dan ikan asin untuk dimasak. Saat itu, cuaca masih normal dan belum ada tanda-tanda banjir besar.

Ia kemudian menghubungi istrinya, Santi alias Zahra, untuk menanyakan apakah makanan sudah matang. Santi menjawab belum, karena sedang salat dan wiridan, sebagaimana kebiasaannya di malam Jumat.

ADVERTISEMENT

Setelahnya, sekitar pukul 18.00 WIB, hujan mulai turun. Aang masih sempat keluar untuk membeli gorengan dan kembali ke rumah. Ia kemudian mengambil makanan dan membawanya ke toko untuk disantap bersama pegawai.

Saat itu, listrik sudah padam, dan ia meninggalkan ponselnya di rumah kontrakan karena merasa repot membawa makanan sambil menggunakan payung. Setibanya di toko, ia makan bersama pegawainya, tanpa mengetahui situasi di kontrakan akan segera berubah drastis.

Sekitar pukul 20.00 WIB, Santi datang ke toko dan menyampaikan niatnya pulang ke rumah di Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak. Aang sempat bertanya kepastian rencana istrinya, sebelum akhirnya Santi kembali ke kontrakan untuk bersiap-siap.

"Iya, dia pulang lagi ke kontrakan, terus balik lagi ke toko bilang katanya jadi pulangnya. Saya cuma bilang hati-hati di jalan," ujar Aang.

Saat itulah, air mulai naik dan banjir mulai merendam pasar. Santi datang lagi ke toko membawa anak mereka, Nurul, dan berpamitan untuk pergi.

Namun, Aang mulai kesulitan menghubungi istrinya karena ponselnya masih dibawa oleh Santi. Ia pun meminjam telepon pegawai untuk menghubunginya, tetapi panggilannya tidak diangkat.

"Saya baru tahu belakangan, ternyata saat saya telepon, istri saya sedang teleponan dengan adiknya yang mau menjemput di kontrakan," jelas Aang.

Menurut informasi dari adik iparnya, Santi sempat menunjukkan kondisi kontrakan melalui video call. Dalam panggilan itu, air sudah naik hingga ke depan pintu rumah.

Detik-Detik Terakhir Santi dan Nurul

Saat masih berbicara dengan adiknya, Santi sempat mengeluhkan kakinya pegal. Setelah itu, panggilannya terputus. Hingga pukul 22.00 WIB, tidak ada lagi kabar darinya.

Aang mengaku baru mengetahui fakta bahwa istrinya tidak sempat keluar dari kontrakan dan menjadi korban banjir. "Saya datang saat kontrakan roboh, tapi karena sulit komunikasi, saya tidak tahu apakah istri saya sudah pulang ke kampung atau masih di kontrakan," katanya.

Aang juga menegaskan bahwa semua keterangannya sudah dikonfirmasi polisi. Polisi bahkan mengonfrontasi ceritanya dengan para saksi, termasuk adik iparnya.

"Adik ipar saya, semua saksi dipanggil polisi, dicek keterangannya. Semua sinkron, tidak ada yang melenceng. Saya sendiri juga bingung, karena yang saya tahu istri saya pamitan mau pulang ke kampung," ujar Aang.

(sya/orb)


Hide Ads