Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Palabuhanratu Distrik XXVIII Deboskab turut menjadi saksi dahsyatnya bencana banjir yang melanda Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis (6/3/2025) malam.
Dinding gereja jebol seketika dihantam luapan Sungai Cipalabuhan, hingga jemaat yang tersisa harus dievakuasi dari atap bangunan oleh petugas Pemadam Kebakaran.
Pendeta Erpinna Duasy Lumbantoruan, pimpinan jemaat gereja tersebut menceritakan, detik-detik mengerikan saat air menerjang bangunan gereja mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, ia tengah bersama tiga anaknya, Josua, Evan Wilbert Otniel, dan Shiloh. Mereka bahkan harus diselamatkan warga melalui atap gereja.
"Tiga anak saya di tangga, sambil ngambil video, tujuan mau ngasih tahu ke warga jemaat, langsung di grup WA keluarga jemaat. Jadi tujuannya memberi tahu kepada jemaat supaya langsung datang ke lokasi untuk melakukan pertolongan. Tetapi hitungan detik dari situ tembok langsung jebol. Keluarga jemaat kan aksesnya cuma satu ke gereja, nggak bisa lagi kami menolong ke sini," ungkap Pendeta Erpinna kepada detikJabar, Sabtu (8/3/2025).
Saat itu, salah seorang putra pendeta Erpinna menghubungi petugas pemadam kebakaran berharap bisa segera dievakuasi.
"Saya bersama tiga anak saya minta tolong supaya kami diselamatkan. Anak saya nomor dua telepon 'kami, Pak, tolong kami bersama mama dan adik saya di sini, di atas lantai dua kami nggak bisa keluar, kami terjebak di sini'," tuturnya.
Erpinna mengatakan, proses evakuasi berlangsung dramatis. Petugas dan warga jemaat akhirnya mengevakuasi mereka dari atap bangunan.
"Petugas Damkar bilang 'iya nak, kami datang ya,' cuma karena aksesnya sulit jadi warga dan jemaat membantu supaya bisa tembus ke lantai tiga. Kami akhirnya diselamatkan dari atap, dua jam setelah kejadian. Peristiwa mulai jam 10 malam, jam 12 kami baru bisa dievakuasi," lanjut Erpinna.
Pantauan detikJabar di lokasi, Sabtu (8/3/2025), suasana di dalam gereja terlihat masih porak-poranda. Lumpur tampak menggenangi lantai gereja, kursi-kursi kayu jemaat berserakan, dan peralatan elektronik serta ratusan Alkitab rusak parah terendam lumpur. Dinding gereja menunjukkan bekas batas ketinggian air setinggi leher orang dewasa.
Erpinna memperkirakan kerugian material akibat bencana ini mencapai sekitar Rp 200 hingga Rp 400 juta. "Semua musik, Alkitab, sound system, mixer semuanya rusak, termasuk tembok gereja yang jebol," lirihnya.
Pendeta Erpinna menjelaskan bahwa Gereja HKBP Palabuhanratu telah berdiri sejak 37 tahun lalu, dan ini bukan kali pertama gereja tersebut diterjang banjir.
"Tahun 2000 pernah terjadi, 2003 juga pernah terjadi seperti ini. Karena itu kami sampaikan ke Bapak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat kunjungan tadi agar kami direlokasi, diberi sarana tempat ibadah yang lebih aman," harap Erpinna.
(sya/mso)