Dilema dirasakan Azan (42), warga Jakarta Barat (Jakbar). Anaknya yang berusia 8 tahun meminta main air di lokasi banjir, padahal rumahnya sendiri tak kebanjiran.
Dikutip dari detikNews (5/3/2025), ketinggian air mencapai betis orang dewasa di Jalan Puri Kembangan. Azan pun tampak mengawasi anak-anak yang bermain air di sana.
"Dia minta. Dia bilang mau banjir-banjiran, saya bilang jangan deh takutnya hanyut doang gitu, udah nangis ya saya ajak," kata Azan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh nggak (kebanjiran). Dia (rumah) tinggi dia, pas jembatan itu naik," sambungnya.
Dia mengatakan anaknya memang tak betah di rumah karena terbiasa main di luar. Dia akhirnya mengalah dan memilih mengawal anaknya bermain banjir.
"Saya juga nggak tega sama anak nggak betahan di rumah. Daripada berisik di rumah, saya bilang yaudah," ujarnya.
Dia merasa wajar jika anak-anak senang main air banjir. Sementara, katanya, dirinya sangat tidak senang dengan banjir.
"Memang sering sih kalau ada banjir main. Biasanya kan kalau lagi banyak (banjir) juga senang banget main air. Tapi ini baru banjir lagi kan. Ya anaknya yang senang, saya mah nggak mau sebenarnya," ujarnya.
Bahaya Anak Berenang di Air Banjir
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mewanti-wanti tentang bahaya yang mengintai dari aktivitas tersebut.
Dikutip dari detikHealth, salah satu penyakit yang berisiko adalah leptospirosis, ditularkan melalui air banjir yang terkontaminasi oleh bakteri yang berada pada urine tikus. Infeksi ini dapat masuk ke tubuh melalui luka terbuka atau selaput lendir dan menyebabkan gangguan kesehatan serius.
![]() |
Air banjir, lanjutnya, juga bisa mengandung bakteri berbahaya seperti E Coli dan Salmonella.
"Air banjir ini kan sering mengandung bakteri seperti E.coli, Salmonella atau Vibrio cholerae yang bisa menyebabkan diare parah atau tifusnya dan selain juga Hepatitis A dan E yang ditularkan melalui air tercemar," katanya kepada detikcom, Rabu (5/3/2025).
"Itu kan air banjir itu air kotor, itu bisa mengandung bakteri jamur yang menyebabkan infeksi kulit seperti selulitis atau dermatitis. Nah bahkan luka terbuka ya misalnya ada luka ya di tangan, badan atau kakinya terpapar air banjirnya ini berisiko mengalami infeksi berat apalagi berenang-berenang seperti itu ya," sambungnya.
Tak hanya itu, Dicky menyebut anak-anak yang berenang di air banjir juga berisiko terkena konjungtivitis atau peradangan pada mata, infeksi telinga luar (otitis eksternal), serta gangguan pada tenggorokan jika airnya terminum.
Kandungan limbah industri, pestisida, atau bahan kimia rumah tangga dalam air banjir, lanjut Dicky, juga dapat menyebabkan iritasi kulit, terutama jika seseorang terpapar dalam waktu lama.
Ancaman dari Hewan Beracun
Selain itu juga kan air banjir ini bisa membawa hewan beracun ya atau maksudnya seperti ular ya, yang bisa menggigit atau menyengat ini yang termasuk resiko seperti lintah juga kan bisa ada meningkat," kata Dicky.
"Airnya ini juga tidak bening ya, kotor. Sering menutupi juga bukan hanya ada puing-puing kaca pecah logam berkarat, yang bisa melukai dan menyebabkan tetanus kalau tidak segera ditangani," katanya.
Dicky menekankan bahwa kebiasaan berenang di air banjir harus dihindari karena dapat berujung pada komplikasi kesehatan yang serius hingga kecelakaan fatal seperti tersedot ke dalam gorong-gorong.
Artikel ini telah tayang di detikNews dan detikHealth
(yum/yum)