Pesan Anggota DPRD Jabar untuk KDM Agar Perhatikan Dunia Pesantren

Pesan Anggota DPRD Jabar untuk KDM Agar Perhatikan Dunia Pesantren

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 21 Feb 2025 17:50 WIB
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Gedung DPRD.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Gedung DPRD Jabar (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).
Bandung Barat -

Pidato perdana Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2025-2030 mendapat sorotan dari salah satu anggota DPRD. Pidato Dedi dianggap kurang menyoroti soal dunia pesantren, madrasah dan santri di Jabar.

Dalam pidatonya di paripurna DPRD Jabar yang digelar Jumat (21/2/2025), Dedi Mulyadi menyebutkan, jika arah pembangunan harus sesuai dengan ajaran Tali Karuhun, yaitu menghormati dan melestarikan nilai-nilai leluhur.

"KDM menyebutkan bahwa pembangunan harus sesuai dengan ajaran Tali Karuhun. Salah satu karuhun Jawa Barat itu adalah Syekh Sunan Gunung Djati dan Mbah Kuwu Cirebon, yang dalam ajarannya jelas menitipkan tajug (masjid) dan fakir miskin," ucap Anggota Komisi V DPRD Jabar, Aceng Malky.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maka, sudah seharusnya perhatian terhadap pesantren dan masyarakat miskin ini menjadi prioritas dalam pembangunan Jawa Barat," ujarnya.

Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah pesantren dan santri terbanyak di Indonesia, Aceng menyebut, pemerintah harus bisa lebih memberikan perhatian terhadap pendidikan keagamaan.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data Kementerian Agama, Jabar tercatat memiliki 8.343 pesantren, dengan 148.987 santri mukim dan 306.728 santri tidak mukim. Selain itu, laporan dari Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA), jumlah pesantren di Jawa Barat mencapai 8.728 dengan total 907.515 santri.

"Pesantren bukan hanya tempat belajar kitab kuning, tetapi juga benteng ekonomi umat. Banyak pesantren yang memiliki koperasi, pertanian, hingga industri kecil yang membantu santri dan masyarakat sekitar bertahan hidup," jelasnya.

Dia juga mengingatkan pesan Sunan Gunung Djati yang berbunyi 'Titip Tajug lan Fakir Miskin'!yang berarti menjaga masjid dan memperhatikan kaum dhuafa. Aceng menegaskan, bahwa pesantren sebagai pusat pendidikan Islam memiliki peran penting dalam mewujudkan pesan tersebut.

"Pesantren dan madrasah adalah perwujudan dari 'tajug' yang disebutkan oleh Sunan Gunung Djati. Dengan memperhatikan dan memberdayakan pesantren, kita sekaligus menjalankan amanat untuk menjaga masjid dan memperhatikan kaum miskin," tuturnya.

Lebih lanjut, Aceng juga mengingatkan, konsep Panca Waluya yang sering disampaikan oleh Dedi Mulyadi, yakni Cager, Bener, Bager, Pinter, dan Singer. Konsep itu menurutnya menekankan keseimbangan antara kesehatan, moralitas, kebaikan hati, kecerdasan dan ketajaman berpikir.

"Adat dan adab itu adalah fondasi. Tanpa itu, sehebat apapun pembangunan yang dilakukan, tidak akan membawa keberkahan dan manfaat bagi masyarakat," ungkap Aceng.

Sebagai anggota Komisi V DPRD Jabar yang membidangi pendidikan dan kesejahteraan rakyat, Aceng mendesak Pemprov Jabar untuk lebih serius mengintegrasikan program-program pesantren dalam kebijakan pembangunan pendidikan.

"Kita ingin pembangunan yang sesuai dengan nilai Tali Karuhun seperti yang dikatakan KDM. Kalau begitu, jangan lupakan amanat Sunan Gunung Djati dan Mbah Kuwu Cirebon. Urus pesantren, perhatikan santri, jaga masjid, dan pedulilah pada fakir miskin," tandasnya.




(bba/mso)


Hide Ads