Gebrakan Hari Pertama Dedi Mulyadi

Round-Up

Gebrakan Hari Pertama Dedi Mulyadi

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 21 Feb 2025 07:30 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menghadiri acara pelantikan kepala dan wakil daerah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (Foto: Grandyos Zafna/detikcom)
Bandung -

Dedi Mulyadi langsung membuat gebrakan di hari pertamanya menjabat Gubernur Jawa Barat. Dedi langsung memecat kepala sekolah yang dianggapnya tidak patuh.

Hal tersebut diungkap Dedi usai mengikuti rangkaian pelantikan oleh Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Kamis (20/2/2025).

Kepala sekolah yang dipecat oleh Dedi yakni Kepala SMAN 6 Depok. Dedi menyebut yang bersangkutan melanggar surat edaran gubernur terkait larangan study tour ke luar provinsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya langsung kerja, hari ini juga langsung kerja. Hari ini sudah ada keputusan tentang penonaktifan Kepala SMA Negeri 6 Depok karena dia melanggar surat edaran gubernur yang tidak boleh siswanya bepergian ke luar provinsi," kata Dedy.

Di awal masa kepemimpinannya, Dedi menegaskan ingin membenahi dunia pendidikan di Jabar yang dianggapnya banyak terjadi masalah. Selain soal larangan study tour, dia bahkan mengungkap masih marak terjadi pungutan liar di sekolah.

ADVERTISEMENT


"Nah ini salah satu bagian yang akan kita benahi. Dan hari ini juga sudah diperintahkan inspektur untuk memeriksa sekolah itu ada pungutan-pungutan di luar ketentuan atau tidak," ucap Dedi.

"Ini kinerja saya pertama ingin membenahi manajemen di kependidikan di provinsi Jawa Barat, karena kan isu PIP (Program Indonesia Pintar), pungutan, study tour, itu isu yang begitu meresahkan masyarakat di Jawa Barat," lanjutnya.

Dedi mengungkapkan, surat edaran larangan study tour sebelumnya telah dibuat dengan pertimbangan melihat beban kepada siswa. Untuk SMAN 6 Depok menurutnya, siswa harus membayar Rp 3,5 juta hingga Rp 5,5 juta hanya untuk study tour.

"Kalau kita mau fokus pada kalimat study tour, maka sebenarnya gampang, sampah di Depok menjadi masalah besar. Itu bisa menjadi rangkaian studi di mana anak-anak di jurusan biologi atau jurusan IPA bisa menggunakan metodologi bakteri pengurai sampah," kata Dedi di akun Instagramnya.

Menurutnya, kegiatan sekolah bepergian ke luar daerah seperti Yogyakarta, Bali dan daerah lainnya bukanlah kegiatan pembelajaran, namun lebih kepada piknik. Karenanya, hal tersebut justru memberatkan keluarga siswa yang kurang mampu.

"Nggak usah deh study tour-nya, gunakan uangnya untuk kepentingan yang lain," tegasnya.

(bba/orb)


Hide Ads