Efisiensi Anggaran, Perayaan HUT Garut 2025 Digelar Sederhana

Efisiensi Anggaran, Perayaan HUT Garut 2025 Digelar Sederhana

Hakim Ghani - detikJabar
Jumat, 14 Feb 2025 03:30 WIB
Foto udara objek wisata Situ Bagendit di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (11/9/2022). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berharap kawasan wisata Situ Bagendit yang baru selesai direvitalisasi dapat menjadi ikon pariwisata baru di Jawa Barat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi setempat. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.
Potret Udara Wisata Situ Bagendit, Bagus Banget (Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Garut -

Perayaan Hari Jadi Garut (HJG) yang ke-212 tahun ini akan dirayakan tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Sebab, Pemkab Garut hanya akan menyelenggarakan perayaan sederhana, demi efisiensi anggaran.

Menurut Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Garut, Budi Gangan, perayaan HJG tahun ini secara sederhana sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, yang mengarahkan efisiensi anggaran.

Pelaksanaan HJG ini juga diselaraskan dengan Peraturan Daerah (Perda) yang mengamanatkan perayaan berlangsung sederhana dan khidmat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inpres dan Perda itu sebangun. Sehingga Pak Pj Bupati memerintahkan kami untuk melaksanakan sesuai amanat itu," kata Budi.

Jika biasanya digelar pesta rakyat hingga hiburan sampai berhari-hari, perayaan HUT Garut kali ini hanya akan digelar di Gedung Pendopo, Kecamatan Garut Kota, dengan peserta terbatas.

ADVERTISEMENT

Yang akan menjadi pesertanya, hanya 15 orang Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Garut, Sekretaris Daerah, para asisten, serta bupati dan wakil bupati terpilih.

Acara ini, juga akan disiarkan melalui zoom meeting, agar dapat diikuti oleh seluruh SKPD hingga tingkat kecamatan. "Intinya tidak ada acara seperti sebelumnya. Kita sederhanakan sesuai arahan Presiden," ungkap Budi.

Kendati demikian, masyarakat tetap bisa berpartisipasi dalam memeriahkan perayaan HUT Garut yang akan digelar di SOR RAA Adiwijaya. Penyelenggaraan perayaan ini, digelar dengan dukungan pihak swasta, tanpa dana dari APBD.

Garut Berusia 212 Tahun

Kabupaten Garut sendiri akan berulang tahun yang ke-212 pada hari Minggu, 16 Februari 2025 mendatang. Setelah didirikan oleh Belanda, di tahun 1811 silam.

Dalam jurnal berjudul Sejarah Perkembangan Kabupaten Garut yang ditulis Farizal Hami dan Samsudin dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, berdirinya Garut tak lepas dari dibubarkannya Kabupaten Limbangan.

"Produksi kopi yang ada di Limbangan menurun drastis, hingga titik paling rendah. Dan bupati menolak menanam bila (indigo)," katanya.

Dua tahun kemudian, di tahun 1813, Letnan Gubernur Belanda di Indonesia yang kala itu dijabat Raffles mengeluarkan surat keputusan pembentukan kembali Kabupaten Limbangan.

Namun, dalam keputusannya, Raffles ingin memindahkan ibu kota kabupaten ke kawasan Utara, tepatnya di wilayah Suci, yang kini termasuk ke dalam Kecamatan Karangpawitan.

Tempat ini dipilih karena memiliki mata air langsung dari Sungai Cimanuk. Selain itu, dikelilingi panorama indah Gunung Guntur, Gunung Papandayan dan Cikuray.

Dikutip dari laman resmi Pemkab Garut, garutkab.go.id, saat itu, kabarnya ada seorang anggota panitia yang 'kakarut' atau tergores, oleh tanaman berduri di semak belukar.

Kejadian ini dilihat oleh seorang dari Eropa yang ikut dalam rombongan panitia. Orang ini lantas bertanya kenapa sang anggota panitia terluka di bagian tangan. Setelah dijelaskan panitia tersebut 'kakarut', rupanya sang Meneer berupaya menirukan perkataan tersebut.

"Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata 'kakarut' dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi 'Gagarut'," katanya.

Dari situlah, konon kabarnya nama Garut kemudian populer hingga dijadikan nama yang menggantikan Kabupaten Limbangan. Sebab, setelah momen itu, panitia menamai pohon berduri yang menggores lengan rekannya dengan nama 'Ki Garut'. Sedangkan sumber mata air yang juga ditemukan di dekat lokasi tadi, dinamai 'Ci Garut' dan akhirnya, daerah itu dinamai Garut.

Berdasarkan SK Gubernur Jenderal Nomor 60 tertanggal 7 Mei 1813, nama Kabupaten Limbangan kemudian diganti menjadi Kabupaten Garut, dengan ibu kota di Garut, terhitung mulai 1 Juli 1813.

Selanjutnya, pada 15 September 1813, di bawah kepemimpinan Bupati RAA Wiratanudatar dilaksanakan acara peletakan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibu kota. Meliputi pendopo, alun-alun, penjara, babancong, hingga masjid agung.

"Kota Garut saat itu meliputi tiga desa. Yakni Kota Kulon, Kota Wetan dan Margawati. Sementara Kabupaten Garut meliputi distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Leles, Tarogong, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk," katanya.

14 Agustus 1925, Kabupaten Garut kemudian disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri, atau otonom. Kala itu Garut dipimpin Bupati RAA Soeria Kartalegawa.

"Garut dianggap sebagai jantungnya Priangan, sebelum Bandung populer. Penjelajah Belanda menganggap bahwa Garut memiliki keindahan geografis dan perkebunan yang memikat juga menjadi magnet bagi pengunjung dari mancanegara," kata Sejarawan Garut, Warjita.

Dengan segudang potensi yang dimiliki, Garut kemudian melejit menjadi kota yang terkenal dan menjadi destinasi para pelancong. Bukan sekadar pelancong, mulai dari Charlie Chaplin, Archduke Franz Ferdinand, hingga Tsar Nicholas II dan Presiden Soekarno berulang kali datang ke sini.

Atas keindahannya itu pula, Garut juga mendapatkan julukan Swiss van Java yang kira-kira berarti 'Swiss-nya Jawa', hingga Mooi Garoet (Garut Indah) yang konon disematkan oleh para pelancong yang datang.

Terkait tanggal lahir Garut sendiri, diketahui ada beragam versi yang berbeda, yang menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Namun, berdasarkan Perda Kabupaten Garut Nomor 30 tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 16 Februari setiap tahunnya.

(yum/yum)


Hide Ads