Sebuah granat meledak di sebuah bar di kota Grenoble pada Rabu (12/2) malam waktu setempat. Akibat ledakan tersebut, 12 orang mengalami luka-luka, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis.
"Seseorang datang dan melemparkan granat, tampaknya tanpa mengatakan sepatah kata pun, dan melarikan diri," ujar Jaksa Penuntut Francois Touret-de-Courcy kepada wartawan di lokasi kejadian, seperti dikutip dari AFP, Kamis (13/2/2025). Petugas darurat segera menutup area tersebut guna mengamankan lokasi.
Ledakan terjadi tak lama setelah pukul 20.00 waktu setempat (19.00 GMT) di sebuah bar yang terletak di kawasan Desa Olimpiade. Wilayah ini dibangun ketika Grenoble menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 1968.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga saat ini, penyelidik masih mencari tahu motif di balik serangan tersebut. Namun, Touret-de-Courcy menegaskan bahwa insiden ini tidak menunjukkan indikasi sebagai aksi terorisme.
"Tidak ada yang membuat kami berpikir bahwa ini terkait dengan terorisme," katanya. Ia menambahkan bahwa kejadian ini merupakan "tindakan kekerasan ekstrem" yang kemungkinan besar berhubungan dengan aksi balas dendam.
Penyelidik juga tengah menyelidiki kemungkinan keterkaitan insiden ini dengan jaringan perdagangan narkoba. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa tersangka mungkin juga membawa senapan serbu Kalashnikov.
Wali Kota Grenoble, Eric Piolle, mengutuk keras peristiwa tersebut. "Saya mengutuk dengan sekeras-kerasnya tindakan kriminal kekerasan luar biasa ini," tulisnya dalam unggahan di media sosial X.
Baca juga: Tren Lansia Kesepian Meningkat di Singapura |
Sementara itu, Wakil Wali Kota Chloe Pantel mengungkapkan bahwa bar yang menjadi lokasi kejadian merupakan tempat yang sering dikunjungi masyarakat lokal maupun pendatang, terutama untuk menonton pertandingan sepak bola.
Pihak berwenang terus melakukan penyelidikan mendalam guna mengungkap pelaku dan motif di balik serangan ini.
Artikel ini telah tayang di detikNews.
(ita/sud)