Jamur Ini Paling Beracun, Pernah Jadi Alat Pembunuhan

Jamur Ini Paling Beracun, Pernah Jadi Alat Pembunuhan

Khadijah Nur Azizah - detikJabar
Senin, 03 Feb 2025 05:30 WIB
Tak Sengaja Makan Jamur Beracun, Wanita Ini Langsung Tewas
Ilustrasi jamur beracun. Foto: Site News
Jakarta -

Jamur beracun menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat keracunan makanan di seluruh dunia. Dari berbagai jenis jamur beracun, sekitar 90 persen kematian disebabkan oleh satu spesies, yakni jamur death cap.

Mengutip dari detikHealth, jamur death cap memiliki nama ilmiah Amanita phalloides dan sangat beracun. Konsumsi dalam jumlah kecil saja dapat menyebabkan kerusakan permanen pada hati dan ginjal. Saking mematikannya, jamur ini bahkan dilaporkan pernah digunakan sebagai alat pembunuhan selama ribuan tahun. Sejarah mencatat bahwa Kaisar Romawi Claudius diduga dibunuh oleh istrinya, Agrippina, yang menyelipkan jamur death cap ke dalam hidangan favoritnya.

Peristiwa lain yang terkenal adalah kematian Kaisar Romawi Suci Charles VI pada abad ke-18. Ia diduga secara tidak sengaja mengonsumsi jamur death cap, yang kemudian memicu Perang Suksesi Austria pada tahun 1740-an. Kasus ini menunjukkan betapa berbahayanya kesalahan dalam mengidentifikasi jamur liar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan IFL Science, jamur death cap biasanya muncul pada akhir musim panas hingga musim gugur. Awalnya berasal dari Eropa, jamur ini kini telah menyebar ke berbagai belahan dunia akibat aktivitas manusia. Hifa jamur ini tumbuh di akar pohon berdaun lebar, sehingga menyebar ke Amerika dan Oseania melalui pohon-pohon non-asli yang diimpor.

Kematian akibat jamur death cap terjadi karena racun bernama Îą-amanitin. Zat ini memicu apoptosis atau kematian sel di hati dan ginjal, yang menyebabkan gejala awal seperti muntah, diare, dan sakit perut. Jika tidak segera ditangani, organ vital akan mulai gagal berfungsi, yang dapat berujung pada koma hingga kematian.

ADVERTISEMENT

Penanganan medis yang cepat sangat penting dalam kasus keracunan jamur ini. Perawatan biasanya melibatkan dialisis dan transplantasi organ untuk menyelamatkan nyawa pasien. Namun, hingga kini belum ditemukan penawar untuk Îą-amanitin. Upaya pengembangan obat penawar masih terkendala karena mekanisme kerja racun ini belum sepenuhnya dipahami.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.




(kna/sud)


Hide Ads