Momen Duka Induk Paus Orca Gendong Bangkai Anak

Kabar Internasional

Momen Duka Induk Paus Orca Gendong Bangkai Anak

Ahmad Masaul Khoiri - detikJabar
Jumat, 10 Jan 2025 05:30 WIB
Orca menggendong anak yang mati
Orca menggendong anak yang mati. Foto: CNN
Bandung -

Fenomena induk paus orca yang menggendong anaknya yang sudah mati kembali terjadi dan memicu keprihatinan di kalangan ilmuwan.

Mengutip dari detikTravel, Jumat (10/1/2025), CNN melaporkan, seekor induk paus orca bernama Tahlequah, dengan kode J35, kembali menarik perhatian dunia. Pada tahun 2018, ia sempat menjadi sorotan global karena menggendong anaknya yang telah mati selama 17 hari, menempuh jarak lebih dari 1.600 kilometer.

Kini, Tahlequah menunjukkan perilaku serupa. Anak paus betina terbarunya, yang dikenal sebagai J61, pertama kali terlihat pada 20 Desember di kawasan Puget Sound, wilayah pantai barat laut negara bagian Washington. Penampakan ini dikonfirmasi oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) pada 23 Desember, menurut Dr. Michael Weiss, Direktur Penelitian di Pusat Penelitian Paus. Sayangnya, pada Malam Tahun Baru, anak paus itu dipastikan mati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perilaku Berkabung

Dr. Brad Hanson, ahli biologi satwa liar di Northwest Fisheries Science Center, NOAA, mengungkapkan bahwa Tahlequah terus menyenggol tubuh anak paus yang telah mati dengan moncongnya untuk menjaganya tetap dekat. "Para peneliti telah melaporkan pada tanggal 5 Januari bahwa Tahlequah masih menggendong anak paus tersebut," ujar Hanson.

Tubuh anak paus seberat sekitar 136 kilogram itu tetap dijaga oleh Tahlequah agar tidak terbawa arus laut. Menurut Dr. Weiss, "Ini memperlihatkan bahwa dia jelas tidak siap untuk melepaskannya." Ia juga menyebutkan bahwa perilaku ini menegaskan kuatnya ikatan antara induk dan anak pada paus pembunuh, salah satu hubungan sosial terkuat di antara hewan.

ADVERTISEMENT

Dampak Populasi Orca Southern Resident

Kematian anak paus ini membawa dampak besar, tidak hanya bagi Tahlequah secara individu tetapi juga bagi populasi orca Southern Resident. Populasi ini berada di ambang kepunahan dengan hanya tersisa 73 ekor pada 2019, menjadikannya salah satu populasi mamalia laut yang paling terancam punah di Amerika Serikat.

Tindakan berkabung Tahlequah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan mengenai dampak fisik dan emosionalnya. Membawa tubuh anaknya yang telah mati dapat membebani tubuhnya dan mengganggu kemampuannya untuk mencari makan. Namun, Dr. Weiss mencatat bahwa pada 2018, selama 17 hari Tahlequah berduka, tidak ada penurunan signifikan dalam kondisinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh dukungan kawanannya dalam menyediakan makanan.

Perilaku Langka

Meskipun perilaku berduka pada paus pembunuh betina bukan hal baru, jarak dan durasi yang dilakukan Tahlequah pada 2018 menjadikannya pengecualian. Kini, tindakan serupa kembali mengukuhkan keunikan perilakunya.

"Perilakunya saat ini, yang mencerminkan tindakannya di masa lalu, juga tidak biasa," kata Weiss.

Tahlequah sendiri diketahui sebagai induk dari orca J47 yang kini berusia sekitar 14 tahun, dan juga J57, bayi yang lahir dua tahun setelah peristiwa pada 2018.

Menurut Hanson, paus pembunuh biasanya bereproduksi setiap lima tahun sekali untuk memberikan waktu pemulihan bagi tubuh induknya. Namun, kasus Tahlequah menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh populasi Southern Resident membuat perjuangan mereka semakin berat.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.

(msl/sud)


Hide Ads