Jerit Linda Dengar Derita Anak dan Menantu Saat Disekap di Kamboja

Jerit Linda Dengar Derita Anak dan Menantu Saat Disekap di Kamboja

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 07 Jan 2025 19:00 WIB
Purnama Alam
Purnama Alam (Foto: istimewa)
Sukabumi -

Lindawati (40), warga Kampung Cikaramat, Desa Mekarsakti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, tidak menyangka putra sulungnya, Purnama Alam (24), harus mengembuskan napas terakhir di Kamboja setelah menjadi korban dugaan perdagangan manusia. Ia berharap jenazah anaknya segera dipulangkan agar bisa dimakamkan di tanah air.

Lindawati mengaku sempat berkomunikasi dengan putranya saat masih berada di Batam. Kala itu, Purnama masih dalam kegamangan, karena akan dipekerjakan ke Thailand. Purnama sama sekali tidak memberi tahu rencananya untuk bekerja.

"Sebelumnya enggak tahu saya, tahu-tahu anaknya sudah ada di Batam katanya mau ada yang ngajak kerja ke Thailand, katanya begitu. Saya juga sempat marah, dalam artian kenapa enggak bilang dulu ke orang tua. Alasan dia takutnya pasti sama ibu sama nenek katanya enggak diizinin kalau misalkan bilang duluan, katanya begitu," lirih Lindawati kepada detikJabar, Selasa (7/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lindawati mendapat kabar soal kematian putranya itu dari kepala desa setempat, pada Kamis 19 September 2024 sementara putranya itu meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 2024.

"Tanggal 14 Agustus dia bilang pengen pulang minta uang katanya enggak bisa (dibayar) oleh perusahaan, soalnya kondisinya lagi sakit. Jadi di sini saya sama keluarga cari uang itu, udah gitu ditransfer ke sana, jadi saya sama neneknya itu pengen Purnama pulang," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Linda mengaku memang sedikit curiga dengan kondisi putranya itu, yang meninggal tidak lama setelah meminta uang. "Meninggalnya juga tanggal 17 Agustus katanya, saya juga dapat informasinya 19 September. Jadi sudah beberapa bulan di sana baru ada kabar ke sini, enggak tahu meninggal di perjalanan enggak tahu dimana," tambahnya.

Purnama sempat mengungkap kebingungan soal di negara apa ia akan bekerja nanti, awalnya akan diberangkatkan ke Thailand namun tiba-tiba diberangkatkan ke Kamboja.

"Kan anaknya yang bilang, katanya kok Ujang (panggilan keluarga) teh bukan ke Thailand, katanya dibohongin sama orang, katanya Ujang kayak yang dijual, diperjualbelikan. Jadi anaknya yang ngeluh, jadi mungkin dia sadar setelah di Batam itu dibohongin sama yang bawa, jadi kerjanya itu bukan ke Thailand, jadi enggak sesuai sama yang dijanjiin, katanya begitu," ujar Linda.

Purnama juga sempat menyebut memiliki utang ke seseorang sampai puluhan juta rupiah. "Katanya mau pulang juga sudah punya utang sama orang, katanya harus ada uang Rp 30 juta buat pulang ke sini lagi (rumah). Itu teh masih di Batam sebelum ke Kamboja waktu itu," papar Linda heran.

Linda mengungkap, kabar yang ia terima dari pihak KBRI kondisi jasad putranya kini berada di salah satu rumah sakit di Kamboja. Satu-satunya jalan untuk memulangkan, pihak keluarga harus menyiapkan sejumlah uang.

"Ada di rumah sakit, rumah sakit Kamboja, yang itu katanya staf rumah sakitnya ada namanya pak Iwan, saya juga gak tahu itu teh dari KBRI atau dari rumah sakit. Hambatannya kalau misalkan mau dipulangkan itu katanya keuangannya," tuturnya.

"Jadi kendalanya keuangan dari perusahaan itu susah dicari info perusahannya, perusahaan yang di Kamboja itu. Kirain saya itu ada kebijakan dari Pemerintah sebagai warga negara Indonesia, gitu maksudnya biar anak saya bisa kembali ke tanah air," sambungnya.

Linda membenarkan telah mengirimkan uang sebesar Rp 40 juta untuk Purnama. Uang itu dikirim ke rekening Rani Listianita istri Purnama yang juga berada di Kamboja.

"Iya (sudah kirim uang) Rp 40 juta, kalau misalkan kata almarhum mah katanya buat tebusan, kirimnya ke rekening istrinya. Jadi waktu itu waktu almarhum masih hidup, jadi waktu itu sebelum tanggal 14 Agustus pengen pulang minta uang katanya enggak bisa (dibayar) oleh perusahaan, soalnya lagi sakit," tuturnya.

Saat itu Lindawati dan nenek Purnama berusaha mencari uang Rp 40 juta, setelah itu uang dikirim ke Rani."Jadi di sini saya sama keluarga cari uang itu, udah gitu diituin (transfer) ke sana, jadi saya sama neneknya itu pengen anak saya pulang. Setelah itu tidak ada kabar sampai akhirnya mendapat kabar putra sulung saya sudah meninggal dunia," pungkasnya.

(sya/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads