Kala Wilayah Jabar Diuji Bencana Pada 2024

Kaleidoskop Jabar 2024

Kala Wilayah Jabar Diuji Bencana Pada 2024

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 27 Des 2024 08:00 WIB
Banjir di Kampung Mariu, Kabupaten Sukabumi.
Banjir di Kampung Mariu, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Bandung -

Berbagai bencana alam terjadi selama tahun 2024 di Jawa Barat, mulai dari gempa bumi yang menerjang Kabupaten Sumedang di malam pergantian tahun 2024, hingga bencana dahsyat yang menerjang Kabupaten Sukabumi hingga menimbulkan banyak korban jiwa di akhir tahun.

Berikut rangkuman kejadian bencana yang sempat menghebohkan Jawa Barat di Tahun 2024:

Sumedang Diguncang Gempa 4,8 M di Malam Tahun Baru 2024

Pergantian tahun 2023 menuju 2024 menjadi momen mencekam bagi warga Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Warga yang malam itu akan merayakan malam tahun baru dengan secara sukacita, berubah jadi duka, di mana gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,8 menerjang wilayah tersebut. Getaran gempa itu dirasakan warga, tidak hanya sekali, getaran gempa terjadi beberapa kali hingga warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus (55) salah satunya. Ia mengaku kaget oleh guncangan gempa ketiga yang dirasakannya. Pada waktu kejadian Agus sedang bersantai di kamarnya. "Gempa lebih terasa bahkan lampu dan gorden terlihat bergoyang. Kaget banget, tadi sedang tidur-tiduran tiba-tiba ada guncangan," katanya kepada detikJabar.

Hal serupa juga dirasakan warga lainnya, yakni Anisa (35). Ia yang saat itu tengah menidurkan anaknya di kamar tidur seketika langsung beranjak ke luar rumah usai merasakan ada guncangan. "Kaget banget, gempanya soalnya terasa banget, saya lagi ngelonin anak tiba-tiba ada guncangan, saya pun langsung boyong ketiga anak saya takutnya gempanya lama," paparnya.

ADVERTISEMENT

Getaran gempa bumi itu juga membuat ratusan pasien yang dirawat di RSUD Sumedang juga turut berhamburan. Pada waktu kejadian ada 331 pasien RSUD Sumedang harus dievakuasi, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Akibat kejadian itu juga, ada tiga bangunan rumah sakit yang retak meliputi gedung Paviliun, VIP dan Sakura.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan 331 pasien yang dievakuasi terdiri dari 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IDG dievakuasi ke halaman gedung dan lima tenda yang ditempatkan di jalan raya.

Tak hanya itu, dampak kerusakan akibat gempa berdampak pada dinding Cisumdawu twin tunnel yang alami retak, lalu jumlah rumah rusak akibat gempa tercatat 1.004 unit. Rumah-rumah yang rusak berada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Cimalaka.

Sementara itu Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman menegaskan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa gempa yang mengguncang Sumedang. Namun ada tiga orang yang mengalami luka ringan. "Kami pastikan tidak ada korban jiwa namun ada korban luka ringan sebanyak tiga orang dan kini sudah ditangani petugas," tegasnya.

Hasil penelusuran BMKG, penyebab gempa di Sumedang dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. Wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasi yang berdekatan dengan beberapa jalur sesar aktif seperti sesar lembang, sesar baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa bumi di Sumedang tergolong gempa bumi dangkal. Hasil analisis menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike slip.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang dipicu aktivitas sesar aktif. Namun, untuk hasil akhir lebih mendalam yang didukung oleh data lapangan. hasil analisis mekanisme menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," kata Dwikorita.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, tim Badan Geologi menemukan fenomena penting terkait penyebab gempa Sumedang. Menurutnya, sesar baru itu berada di aliran Sungai Cipeles.

"Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menemukan segmen patahan/sesar baru, yaitu Patahan Cipeles dengan lokasi tipe di Sungai Cipeles, arah segmen patahan ini barat daya-timur laut relatif ke arah utara. Segmen Patahan Cipeles berada di ujung timur laut Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Diduga segmen patahan ini penyebab gempa bumi yang berpusat di daerah Babakan Hurip, Sumedang Utara," ujarnya.

Braga Bandung Diterjang Banjir Bandang

Braga dikenal sebagai kawasan wisata yang ramai dikunjungi di Kota Bandung. Di balik keindahan Braga, kawasan ini juga tak luput dari kejadian bencana alam yakni banjir bandang yang terjadi akibat luapan Sungai Cikapundung. Banjir yang tepatnya melanda Gang Apandi, Kamis, 11 Januari 2024 itu, merendam 600 unit rumah warga.

"Dampak 600 unit rumah, RW 8 250 rumah, RW 4 250 rumah, RW 3 dan 7 100 rumah," kata Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi kepada detikJabar.

Selain 600 unit rumah warga terendam, banjir bandang ini berdampak pada 857 jiwa dari 400 KK. Warga juga mengungsi di tempat-tempat yang aman dan Pemkot Bandung juga mendirikan dapur umum.

Salah satu warga Iyep mengatakan, luapan Sungai Cikapundung sempat merendam rumahnya setinggi satu meter. "Segini nih, sekitar satu meter," kata Iyep sambil menunjukkan bekas genangan yang masih ada di tembok rumahnya.

Iyep menyebut, kawasan pemukiman yang ada di Braga dan berdiri di bantaran Sungai Cikapundung memang selalu menjadi langganan banjir di kala musim hujan. Namun, menurutnya genangan banjir yang terjadi kali ini lebih parah dari pada sebelum-sebelumnya. "Kalau sekarang sangat mengkhawatirkan," ujarnya.

Iyep menyebut, luapan Sungai Cikapundung kali ini sangat dahsyat sekali. Bahkan saking besarnya aliran air di sungai, dia dan keluarga langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman.

"Dahsyat, kurang lima menit air sudah masuk ke rumah, banjir di sini bukan satu kali tapi tidak sebesar kemarin, karena di atasnya ada yang jebol, kencang banget airnya," tuturnya.

Kejadian banjir bandang ini disebabkan tanggul Sungai Cikapundung yang jebol. Pj Wali Kota Bandung yang saat itu dijabat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, tanggul tersebut terakhir kali diperbaiki pada 2004. Karena kondisi itu lah, tanggul sudah tidak mampu menampung debit air Sungai Cikapundung yang meluap.

"Tanggul 2004 diperbaiki. Jadi kalau kalau dapat laporan dari warga, tanggul itu sudah overfall, sudah melewati (ambang batas debit aliran Sungai Cikapundung)," ungkapnya.

Pascakejadian itu Pemkot Bandung juba melakukan perbaikan tanggul dan meninggikan struktur dari tanggul itu agar ketika aliran sungai sedang tinggi tidak meluap lagi ke pemukiman warga.

kejadian banjir bandang ini mendapatkan perhatian dari Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung Heri Andreas. Menurutnya, diperlukan sejumlah langkah untuk mengatasi banjir di Kota Bandung. Menurutnya, penanganan banjir mesti dilakukan oleh satu lembaga khusus.

"Pengelolaan volume air yang meningkat saat hujan deras dapat dilakukan dengan infiltrasi (penguatan daya serap) maupun run off (penguatan daya tampung)," kata Andreas.

Andreas mengungkapkan, jika infiltrasi diutamakan sebagai solusi, maka lahan terbuka hijau harus sangat banyak sehingga daya serap air semakin besar. Namun sayangnya kata dia, wilayah di Kota Bandung khususnya bagian utara, yang mestinya menjadi daerah serapan sudah dipenuhi dengan permukiman. Adapun pilihan lainnya, yakni penguatan daya tampung yang dapat dilakukan dengan normalisasi area sungai, naturalisasi, maupun kolam retensi. Tapi hal ini pun memiliki tantangan karena kondisi kota yang sudah padat.

"Realitasnya, apakah daya tampung dapat disiapkan secara maksimal karena di lapangan sudah padat sehingga sulit untuk pelebaran sungai. Kolam retensi pun sulit dilakukan. Akhirnya yang memungkinkan di tanggul setinggi mungkin. Persoalannya, ketika tanggul tersebut jebol bencananya juga luar biasa," ujarnya.

Longsor Cipondok Subang buat 2 Nyawa Warga Melayang

Oom Komariah (50) dan Dana (30) dinyatakan tewas dalam insiden bencana alam longsor yang menerjang Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupateb Subang, Minggu, 7 Januari 2024. Jasad Oom terlebih dahulu ditemukan, sedangkan jasad Dana, baru ditemukan petugas SAR gabungan dengan posisi tertindih material longsor keesokan harinya.

Dalam kejadian ini, tubuh Oom ditemukan sejauh 12 meter dari lokasi warung kelontongnya mencari nafkah saat longsor menerjang Subang. "Ada sekitar 12 meter ditemukannya dari saung kopi. Memang korban setiap hari berjualan di situ. Apalagi kalau misalkan hari Sabtu atau Minggu udah pasti jualan soalnya rame juga. Kondisi hujan deras jadi diem di warung," kata Ajat, salah satu rekan korban kepada detikJabar di rumah duka.

Ajat mengisahkan, Oom sempat dicari warga setelah longsor itu menerjang. Jasad Oom baru bisa ditemukan karena setengah tubuhnya tertimbun tanah longsoran. Saat kejadian, menantu dan anak Oom juga sempat terbawa tanah longsor. Tapi keduanya bisa menyelamatkan diri dan terhindar dari marabahaya bencana tersebut. "Mantu sama anaknya juga sempat terseret, cuman Alhamdulillah selamat dua-duanya," ujarnya.

Setelah jasad Oom yang ditemukan. petugas SAR gabungan kembali tubuh Dana yang tewas tertimbun longsor. Jasad Dana ditemukan dengan posisi tertindih material bencana alam tersebut.

"Pukul 10.20 WIB tim SAR gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi satu korban atas nama Dana. Kami berbela sungkawa korban ditemukan dengan kondisi sudah meninggal dunia," kata Kepala Basarnas Kantor Bandung Hari Marantika.

Dengan ditemukannya jasad dua korban ini, upaya pencarian pun ditutup dan petugas memfokuskan tahap rehabilitasi serta rekonstruksi di Kampung Cipondok yang terkena bencana longsor.

"Untuk pencarian dinyatakan selesai, karena memang sudah tidak ada laporan lagi kehilangan orang. Kenapa kita segera selesaikan karena agar kita bisa masuk ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, jadi kita sudah berkoordinasi dengan Pemkab Subang operasi SAR dihentikan," ujar Kalak Harian BPBD Jabar, Dani Ramdan di lokasi kejadian.

Dani menyampaikan, meski operasi SAR dihentikan, petugas pun akan tetap disiagakan di lokasi terjadinya longsor. Rencananya, kata Dani, tahap pemulihan akan dilakukan esok hari. "Tapi kita tim SAR tetap standby jika ada informasi lanjutan yang menyusul, dan mulai besok kita sudah masuk dalam tahap rekon dan memulihkan terutama kondisi penyaluran air terhadap warga," katanya.

Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, meninjau langsung lokasi longsor dan pengungsian untuk memastikan kondisi warga, dalam kejadian ini puluhan warga sempat mengungsi. Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu juga menerjunkan anggota dari Polwan Polres Subang maupun petugas lainnya untuk melakukan trauma healing kepada para pengungsi.

Angin Besar yang Terjang Rancaekek

Jarang terjadi, bencana alam angin tornado terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Rabu, 21 Februari 2024. Akibat kejadian ini ratusan rumah alami kerusakan dan sebagian warga harus mengungsi.

Yati, warga Kampung Pangsor, Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek tak pernah menyangka angin kencang menyapu daerah tersebut. Sebelum angin datang, awalnya doa mendengar suara gemuruh angin. Lalu setelah itu angin tersebut berputar dengan kencang menyapu beberapa rumah.

"Saya lagi mandi, sore jam 16.00 WIB. Terus awalnya cuma dengar suara gemuruh angin dari belakang PT Sonotex. Eh gak taunya angin puting beliung. Pas kita keluar ya udah lah," kata Yati.

Sementara itu, Lusi (29) salah satu pemilik bengkel di Jalan Garut-Bandung mengatakan, kios miliknya rusak akibat tertimpa pohon dan material bangunan yang berterbangan, akibatnya dia alami kerugian. "Jutaan mah ada, karena harus dibangun dari awal," kata Lusi kepada detikJabar.

Pada waktu kejadian, posisi pekerja berlindung di dalam kios, meski genting ikut berterbangan dan tembok ambrol, mereka tetap bertahan di dalam kios. Beruntung tak ada korban dalam kejadian ini. "Posisi mekanik di dalam, merangkak semua, kalau di luar nggak tau seperti apa," ujarnya.

Kapolresta Bandung Kombes Kusworo Wibowo mengatakan, di wilayah Rancaekek terdapat 497 rumah yang rusak dalam bencana tersebut. "Ada 223 rumah yang kategori rusak berat. Kemudian ada 208 rumah yang kategori rusak sedang dan 66 yang rusak ringan," katanya.

Dalam kejadian itu, BPBD Kabupaten Bandung sempat mendirikan tenda darurat, pasalnya banyak rumah warga yag terdampah dan atapnya rontok disapu angin.

Kasi Darurat Logistik BPBD Kabupaten Bandung Asep Mahmud mengatakan, sejumlah warga alami luka dalam kejadian ini. "Dari hasil asesmen tadi malam itu dari 19 orang, Itu ada yang dirujuk ke RSUD 10 orang dan 9 diantaranya ke puskesmas terdekat," ujarnya.

Lalu apakah benar angin besar yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Sumedang ini merupakan Tornado?

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap kejadian itu merupakan angin tornado. Hal itu diungkap peneliti BRIN, Erma Yulihastin. Menurutnya dari analisa BRIN terhadap fenomena alam yang melanda perbatasan Bandung dan Sumedang kemarin, bukanlah fenomena angin puting beliung.

"Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," kata Erma.

Erma mengungkapkan ada beberapa faktor pembeda antara angin puting beliung dan tornado, salah satunya yakni dari kecepatan angin. Dia menuturkan, tornado memiliki kecepatan rata-rata 65-66 kilometer per jam.

"Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan," ungkapnya.

Faktor lainnya soal skala radius. Angin tornado memiliki skala radius mencapai 2 kilometer. Kemudian faktor ketiga dan keempat yakni dampak dan durasi. Selama ini kata Erma, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah mempunyai dampak terlalu merusak dengan durasi yang cenderung singkat.

"Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Gak ada yang melampaui durasinya 10 menit," ujarnya.

Lain dengan BRIN, BMKG menegaskan jika bencana itu belum termasuk kategori tornado. Kepala Kantor Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan, angin puting beliung memiliki kecepatan kurang dari 70 kilometer per jam. Sementara tornado, memiliki kecepatan di atas 70 kilometer per jam. Sedangkan angin yang menerjang Kabuoaten Bandung dan Sumedang itu memiliki kecepatan 36,8 kilometer per jam.

"Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat di AAWS Jatinangor 36.8 Km/jam," ucap Rahayu.

Rahayu menjelaskan, selain dari parameter kecepatan, parameter luasan dampak juga mencatat bahwa tornado memiliki dampak yang cukup dahsyat. Menurutnya terjangan angin tornado dapat berdampak luas hingga 10 kilometer. "Kalo tornado pasti dampaknya lebih dari 10 km, sedang kemarin saya rasa 3 sampai dengan 5 kilometer dampaknya," jelasnya.

Menurutnya, masyarakat Indonesia lebih mengenal istilah puting beliung ketimbang tornado. Padahal puting beliung sendiri kata dia juga bisa dikatakan sebagai small tornado. "Puting beliung itu adalah small tornado. Jadi kalAu masyarakat di Indonesia, small tornado sering disebut puting beliung," tutur Rahayu.

Tol Bocimi Longsor

Bencana longsor terjadi di ruas jalan Tol Bogor-Cianjur-Sukabumi (Bocimi), tepatnya di KM 64 dari arah Jakarta menuju Sukabumi pada Rabu, 3 April 2024. Akibat kejadian ini, polisi memutuskan menutup sementara tol yang digunakan secara fungsional untuk keperluan mudik Lebaran 2024.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Jules Abraham Abast mengatakan, satu unit mobil terperosok ke jurang. Namun menurutnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

"Dari petugas kepolisian yang telah berada di lokasi longsor, memang benar ada 1 unit mobil yang terperosok yaitu kendaraan Xenia yang masuk lubang dan masih dalam penanganan. Namun menurut informasi petugas kepolisian, tidak ada korban jiwa," tuturnya.

Kapolres Sukabumi yang dijabat AKBP Tony Prasetyo menduga peristiwa itu dipicu intensitas hujan cukup lebat yang terjadi sejak siang hingga malam ini. Ia juga menyebut penutupan Exit Tol Parungkuda dilakukan sesaat setelah kejadian.

"Pada dasarnya tadi sore curah hujan dengan intensitas hujan cukup lebat. Sesaat setelah petugas menerima laporan langsung ditutup dialihkan exit tol ke arah Cigombong," ujarnya.

Berdasarkan Analisa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, longsor di Tol Bocimi terjadi akibat lokasi tersebut berada di wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang agak curam. Kemudian, terjadi tanah pelapukan cukup tebal dari endapan batuan gunung api.

"Secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai agak curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 465 meter di atas permukaan laut. (Dan) terdapat sungai Ci Leuleuy di sebelah tenggara dari lokasi bencana," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan.

"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (A.C. Effendi, dkk, 2011), daerah bencana diperkirakan merupakan batas satuan batuan endapan Batuan Gunungapi Gunung Pangrango (Qvpy) yang merupakan endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit," tambahnya.

PVMBG juga menyatakan, berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah pada April 2024 di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Ciambar termasuk dalam zona potensi gerakan tanah dengan skala menengah-tinggi.

"Artinya, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) yang dijabat Muhadjir Effendy mengatakan, penanganan pascakejadian longsor sudah dilakukan dengan baik. Mulanya, ia menduga jika jalan tol itu tidak dapat digunakan untuk arus mudik. Namun dia bersyukur jalur B masih dapat difungsionalkan selama musim mudik Lebaran 2024.

"Saya terus terang saja kemarin sudah terlanjur membuat statement karena berdasarkan laporan yang masuk tidak mungkin digunakan. Tapi alhamdulillah kesigapan Menteri PUPR masih bisa digunakan walaupun satu jalur," kata Muhadjir.

Muhadjir menyebutkan, peristiwa bencana alam longsor itu sangat disayangkan karena bertepatan dengan momen tingginya mobilitas masyarakat. Pihaknya juga meminta maaf kepada masyarakat karena Tol Bocimi Seksi III tidak bisa digunakan maksimal saat mudik Lebaran.

"Kita sayangkan karena ini dibutuhkan mobilitas orang dalam rangka mudik ternyata ada kendala yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu saya memohon maaf kepada para pemudik yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas yang luar biasa ini karena ada peristiwa ini," ujarnya.

"Alhamdulillah dari Menteri PUPR yang saya perkirakan ini tidak bisa digunakan sama sekali oleh pemudik tetapi ada upaya dari Waskita Karya dan Pemkab untuk membuat pencegahan sedemikian rupa, sehingga masih ada satu jalur yaitu Sukabumi-Jakarta yang masih bisa digunakan untuk dilalui sehinga kemarin kemacetan-kemacetan yang sangat serius di jalur arteri, yang sangat kita khawatirkan bisa terkurangi," terangnya.

Gempa 6,5 M yang Guncang Garut

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang Kabupaten Garut, pada 27 April 2024 malam. Akibatnya, puluhan rumah warga hingga fasilitas umum mengalami kerusakan. BMKG mencatat, gempa berkekuatan M 6.5 ini berpusat di 151 KM Barat Daya Garut, pada kedalaman 10 kilometer.

Getaran gempa ini juga dirasakan ke wilayah diluar Garut dan juga menimbulkan kerusakan rumah. Dalam kejadian ini, sebanyak 110 rumah dilaporkan rusak akibat guncangan gempa. Rinciannya 3 unit rumah rusak berat (RB), 21 unit rumah rusak sedang (RS), 34 unit rumah rusak ringan (RR), 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak.

"Total rumah yang terdampak mencapai 110 unit dari yang sebelumnya hanya 27 unit," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

Kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Garut sebanyak 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi sebanyak 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Tasikmalaya sebanyak 5 unit rumah.

Gempa itu juga merusak sejumlah fasilitas publik, di antaranya tempat ibadah, sekolah, perkantoran, dan sarana kesehatan atau rumah sakit. Sementara itu, korban luka akibat gempa berjumlah 8 orang dan 75 kepala keluarga (KK) terdampak. Jumlah tersebut bertambah dari yang sebelumnya hanya berjumlah 27 KK.

Gempa berkekuatan M 6,2 ini sempat dikaitkan dengan gempa megathrust.BMKG mengungkap gempa di Garut bukan gempa megathrust. Gempa ini dipicu oleh pecahnya batuan dalam lempeng Indo-Australia. Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan bahwa gempa ini bukan gempa megathrust. Gempa ini merupakan intraslab earthquake.

"Gempa selatan Jabar M 6,2 bukan gempa megathrust yang berpusat di bidang kontak antar lempeng, tapi gempa ini dipicu pecahnya batuan dalam lempeng Indo-Australia yang menunjam/tersubduksi ke bawah lempeng Eurasia di selatan Jabar," kata Daryono.

"Gempa ini populer disebut sebagai intraslab earthquake," tambahnya.

Dia juga menjelaskan, gempa intraslab earthquake ini memiliki karakteristik tersendiri. Yakni gempa ini biasanya 'miskin' gempa susulan. "Karakteristik batuan slab Lempeng Samudra Indo-Australia yang elastik/ductile menjadi penyebab gempa Jabar M 6,2 ini 'miskin' gempa susulan (lack of aftershock)," ujarnya.

Puting Beliung di Cimahi

Angin puting beliung terjadi di Kota Cimahi, pada Sabtu, 9 November 2024 hal tersebut menyebabkan perjalanan kereta cepat Whoosh harus terganggu akibat dari cuaca buruk yang melanda kawasan tersebut.

Tak tanggung-tanggung, sebuah atap rumah warga berupa seng terjatuh di jalur Whoosh. Akibatnya, perjalanan kereta cepat itu alami keterlambatan.

"Mulai pukul 13.00 WIB sejumlah perjalanan Whoosh dari dan menuju Halim mengalami keterlambatan karena tim prasarana KCIC harus melakukan evakuasi pada atap seng dari perumahan warga yang terjatuh di jalur rel kereta Whoosh KM 118+500 karena terbawa angin kencang," kata Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa dalam keterangan resminya.

Eva memastikan keselamatan dan keamanan penumpang serta operasional kereta, tim prasarana KCIC juga kembali melakukan pemeriksaan seluruh jalur untuk memastikan tidak ada benda asing lain dan jalur telah steril serta aman untuk dilalui.

Menurut keterangan warga kepada petugas KCIC yang melakukan pengecekan lokasi, sebelumnya di kawasan itu memang terjadi hujan besar yang disertai dengan puting beliung.

Pihak KCIC pun memberikan kompensasi tersendiri bagi para calon penumpang yang sempat terhambat keberangkatannya. "Bagi penumpang yang mengalami keterlambatan dan harus menunggu di stasiun mendapatkan service recovery berupa makanan dan minuman," jelas Eva.

Meski sempat terhambat, perjalanan kembali normal. Sebab, 'benda asing' sudah dikeluarkan dari jalur dan jalur dinyatakan dalam kondisi aman. Whoosh pun bisa melaju dengan kecepatan terbatas dan akan ditingkatkan secara bertahap.

Sukabumi-Cianjur Diterjang Banyak Bencana di Akhir Tahun

Pada awal Desember 2024, wilayah Kabupaten Sukabumi hingga Cianjur diterjang banyak bencana alam, dari mulai banjir bandang, longsor hingga pergerakan tanah. Bencana alam ini terjadi di 39 kecamatan dan 176 desa. Selain itu, ribuan warga mengungsi, 10 orang meninggal dunia dan dua dinyatakan hilang.

BPBD Jawa Barat mengungkap dampak kejadian bencana alam ini yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta gangguan akses komunikasi dan listrik di banyak wilayah. Seperti di Sukabumi, korban meninggal dunia tercatat lima orang, yang tersebar di Kecamatan Simpenan dan Ciemas. Selain itu, empat orang dilaporkan hilang di Simpenan, Gegerbitung, Tegal Buleud, dan Pabuaran.

Kemudian sebanyak 1.487 KK atau 3.497 jiwa terdampak, 389 KK atau 1.400 jiwa mengungsi, rumah rusak sebanyak 589 unit. Kondisi diperburuk dengan akses jalan dan jembatan yang putus sehingga alat berat sulit masuk ke lokasi bencana.

Lalu di Cianjur, bencana melanda 15 kecamatan, termasuk Kadupandak, Takokak, Agrabinta, dan Campaka. Data sementara mencatat 185 rumah rusak, 381 rumah terendam, dan 75 rumah terancam. Sebanyak dua orang meninggal dunia dan satu orang luka-luka. Lebih dari 1.375 jiwa terdampak, dengan 31 jalan di wilayah tersebut mengalami kerusakan.

Plt Kepala BPBD Jabar Anne Hermadianne mengatakan, prioritas saat ini adalah membuka akses menuju wilayah terdampak agar evakuasi dan distribusi bantuan dapat segera dilakukan. "Sekarang fokus penanganan pertama kita data pengungsi, kita upayakan logistik permakanan bisa masuk ke daerah pengungsi contohnya mungkin ke daerah Simpenan kan putus," kata Anne.

"Ini kita upayakan menggunakan perahu, kita nggak bisa ngakses walaupun kita gunakan perahu, kita kerja sama dengan relawan, BPBD, kabupaten kota, TNI dan Polri," tambahnya.

Selain dampak yang merusak, akses komunikasi dan listrik di lokasi bencana Sukabumi dan Cianjur ada yang masih terputus. "Ini yang menjadi permasalahan ketika ada listrik yang putus ini otomatis kita belum mendapatkan data yang sangat akurat," ujarnya.

Menurutnya, bencana alam yang terjadi di Kabupaten Sukabumi merupakan terparah dalam 10 tahun terakhir. "Betul, kenapa? Karena sudah banyak alih fungsi lahan terutama kita kembali introspeksi diri apakah kita menjaga alam, apakah kita mengubah alam kita ini menjadi katakanlah kegiatan ekonomis yang justru mengubah alam tersebut," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas BMPR Jabar Bambang Tirtoyuliono mengatakan, pihaknya masih melakukan perbaikan jalan hingga jembatan pascakejadian bencana alam yang menerjang Kabupaten Sukabumi. Sebanyak seratusan ruas jalan dan dua jembatan rusak akibat bencana alam.

"Ada 30 titik bencana, ada 42 ruas jalan amblas, 2 jembatan putus, ada 58 tebing longsor, jika ditotalkan ada 130 ruas termasuk yang kena banjir," kata Bambang di Gedung Sate, Bandung.

Selain itu, menurut Bambang ada tujuh ruas jalan putus akibat diterjang bencana alam. Dari 7 ruas yang terputus, semuanya sudah bisa dilalui kecuali satu ruas jalan dari Loji ke arah Puncak Darma Ciletuh karena ada jembatan putus.

Menurut Bambang, untuk dua jembatan yang putus diperbaiki dengan dipasang jembatan sementara. Hal itu dilakukan agar aktivitas masyarakat tidak terganggu. "Jembatan ini sedang dibangun jembatan sementara, on progres, mudah-mudahan satu minggu ini bisa selesai. Satu lagi jembatan yang putus di ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten-Tegalbuleud, itu juga akan dipasang jembatan sementara," jelasnya.

Menteri Lingkungan Hidup RI Hanif Faisol Nurofiq meninjau lokasi bencana banjir bandang dan pergerakan tanah di Desa Lembursawah, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. Dalam kunjungannya dia menyebutkan jika penyebab bencana alam ini diakibatkan, vegetasi hutan di kawasan Pabuaran sudah hilang sebanyak 65 persen.

"Kami sangat prihatin dengan kondisi di Kecamatan Pabuaran. Dari citra satelit, hampir 65 persen tutupan hutan di daerah ini hilang, sementara topografi lerengnya cukup curam. Ditambah curah hujan yang tinggi, potensi tanah longsor, pergerakan tanah, hingga banjir bandang menjadi ancaman serius," katanya.

Hanif menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperbaiki lanskap, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikaso yang kondisi lahannya tidak stabil. Upaya ini, kata dia, bisa dilakukan melalui metode vegetatif dan teknis sipil. "Kami akan mendukung penghijauan dengan tanaman jenis multi-strata dan tanaman keras seperti jabon, mahoni, serta jati yang sudah dikembangkan masyarakat setempat," ujarnya.

Dia menyebutkan tanaman hortikultura yang mendominasi daerah tersebut tidak mampu menahan erosi. Sehingga limpasan permukaan (surface runoff) menjadi tinggi. "Kami akan mendukung kegiatan vegetasi dan teknis sipil untuk mengurangi risiko bencana seperti ini," ucap Hanif.

Sedangkan menurut, Direktur Eksekutif Walhi Daerah Jawa Barat, Wahyudin mengatakan, dari hasil pemantauan citra satelit, sedikitnya terdapat beberapa kawasan hutan yang telah hancur. Kehancuran hutan itu diduga kuat karena aktivitas pertambangan emas dan tambang galian kuarsa. Seperti di wilayah Kecamatan Waluran Jampang yang terjadi degradasi hutan yang diduga kuat karena adanya pembukaan lahan untuk proyek Hutan Tanaman Energi (HTE) guna pasokan serbuk kayu ke PLTU Pelabuhanratu.

"Dari lapangan ditemukan fakta bahwa tidak hanya Kawasan Guha dan Dano saja yang telah terdegradasi. Di tempat lain juga terdapat kerusakan hutan dan lingkungan akibat tambang emas, dan tambang galian kuarsa untuk bahan pendukung pembuatan semen," kata Wahyudin.

Wahyudin juga mengungkapkan beberapa nama perusahaan yang diduga terlibat dalam perusakan lingkungan hingga menyebabkan bencana alam. "Tidak salah jika kawasan hutan berubah fungsi dan dapat meningkatkan run oleh kegiatan ini, malah kecenderungan kami, bahwa tanaman kaliandra dan gamal hanya menjadi kedok untuk menutupi tambang-tambang yang illegal dan setelahnya di panen untuk kebutuhan suplai serbuk kayu ke PLTU," jelasnya.

Bukan hanya itu, Walhi juga telah menemukan adanya operasi tambang emas di kawasan hutan. Di Ciemas, beroperasi sebuah perusahaan dengan luas konsesi 300 hektare dan juga di Kecamatan Simpenan beroperasi kegiatan tambang. "Kawasan perhutanan sosial tidak luput pula dari objek tambang sebagaimana terdapat di petak 93 Bojong Pari dan Cimanintin dengan luas 96,11 hektar," tuturnya.

Menanggapi pernyataan WALHI, Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, pemulihan dampak lingkungan akibat tambang harus menjadi tanggung jawab perusahaan tambang melalui program reklamasi dan Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurutnya perusahaan tambang memiliki kewajiban memulihkan kondisi lingkungan apabila terbukti menimbulkan dampak bencana. Hal ini diatur dalam regulasi terkait reklamasi pascatambang yang harus ditanggung oleh pihak perusahaan.

"Ketika mereka menambang, reklamasi harus dilakukan oleh mereka dengan biaya sendiri. Namun, dalam konteks kebencanaan, memang tidak ada klausul yang mewajibkan perusahaan tambang membantu langsung. Tapi melalui CSR, mereka seharusnya bisa membantu masyarakat terdampak," ujar Marwan.

Dia juga menyoroti kendala terkait perizinan tambang yang saat ini berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi dan pusat, bukan daerah. "Kewenangan amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) itu ada di provinsi, meskipun kami di daerah bisa memberikan rekomendasi terkait potensi tambang. Tapi kajian lingkungan itu harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat," tambahnya.

Marwan menjelaskan bahwa sejak program Online Single Submission (OSS) berlaku, izin tambang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya memiliki kewenangan terkait tata ruang. "Selama jadi bupati, izin tambang itu lewat OSS. Posisi kami hanya memeriksa kesesuaian tata ruang. Namun, terkadang izin keluar lebih dulu tanpa kajian mendalam," ungkapnya.

Halaman 2 dari 2
(wip/iqk)


Hide Ads