Jembatan Astana Jawa Sungai Citarik yang menghubungkan Kampung Karapiak di Desa Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek dan Pamoyanan di Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung menjadi saksi bisu bagaimana bantaran sungai berubah dari semula penuh sampah menjadi resik penuh tanaman.
Tanah bantaran Sungai Citarik yang airnya bersumber dari hutan Gunung Kareumbi dan mengalir ke Sungai Citarum bertahun-tahun dijadikan tempat pembuangan sampah.
Tidak teridentifikasi siapa dan warga mana yang membuang sampah ke sisi sungai, namun buktinya area itu selalu dipenuhi sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada subuh hari, orang melintas dengan sepeda motor sambil melemparkan kantong plastik berisi sampah rumah tangga. Sampah menggunung. Sampah plastik dan organik bercampur. Bau tak sedap menyengat hidung.
Siang hari, sering ada orang yang membakar gunungan sampah itu. asap pekat mengepul. Terkadang asap tebal menghalangi pandangan peseda motor yang melintas. Pada sore hari, sampah menipis habis terbakar.
Malam tiba. Keesokan pagi, sampah tahu-tahu sudah kembali menggunung di bantaran itu. Kejadian demikian berulang setiap hari.
Jika musim banjir, sampah itu akan hilang dengan sendirinya tersapu air yang melimpas dari Sungai Citarik. Kocap tercerita, ketika Sungai Citarik mengamuk pada April 2016, gunungan sampah itu tersapu banjir bandang dan 'kembali' ke rumah-rumah warga.
"Yang mendapat kiriman sampah itu yang terdampak banjir, yang rumahnya berada di sekitar sungai. Tapi ya sebagian dari mereka juga membuang sampah ke situ, waktu itu," kata Indra Gazi Ahmad Maraghi, Tokoh Pemuda Pamoyanan kepada detikJabar, Selasa (24/12/2024).
Upaya pemerintah setempat bukan tidak ada. Berulangkali plang imbauan dilarang buang sampah di bantaran sungai itu dipasang, namun tak ada yang mengindahkan. Plang berbunyi, sampah 'terisi'.
Melawan Sampah dengan Tanaman
detikJabar melintasi area Astana Jawa pada Selasa (24/12/2024). Sebuah plang bertuliskan imbauan dilarang membuang sampah membentang pada tiang bambu. Namun, ada yang beda.
Lihatlah, di bawah plang berisi ancaman pidana itu, tak ada sampah menggunung. Memang ada sisa-sisa sampah yang bercampur tanah, tapi bantaran itu secara keseluruhan sudah berubah menjadi asri.
Tanaman hias berbagai macam ditanam di situ. Tanaman itu tumbuh dengan baik. Ada yang berbunga, ada lidah buaya, ada 'lompong', dan tanaman lainnya. Rumput-rumput juga ikut tumbuh. Seolah-olah tanaman itu menjadi perlawanan terhadap sampah.
Indra mengatakan, wilayah tersebut masuk ke Desa Nanjungmekar. Kepala Desa Nanjungmekar, Rancaekek menginstruksikan agar ada upaya pelestarian bantaran sungai.
"Digarap oleh warga Karapiak, instruksi dari kades untuk melestarikan alam. Merubah dari tempat sampah menjadi area penuh tanaman, jadi semacam taman," kata Indra.
Wajah baru bantaran Sungai Citarik di sekitar Astana Jawa itu menurut Indra sudah berlangsung sekitar 4 bulan. Seiring dengan perbaikan jalan terusan jembatan. Sambil membenahi jalan, warga juga membenahi bantaran supaya bersih dari sampah.
"Sekarang tidak boleh lagi warga, baik warga Karapiak maupun Pamoyanan yang membuang ke tempat itu. Sampah ditarik oleh masing-masing wilayah ke TPS3R masing-masing," katanya.
(yum/yum)