Tugas Ayah Nggak Cuma Cari Nafkah

Tugas Ayah Nggak Cuma Cari Nafkah

Averus Kautsar - detikJabar
Selasa, 17 Des 2024 02:30 WIB
Mother carries the child in her arms. Little boy lies in his mothers shoulder. Sad son hugs mom.
Ilustrasi anak. Foto: iStock/urzine
Bandung -

Fenomena anak yang tumbuh tanpa kehadiran peran ayah atau fatherless kini menjadi perhatian serius banyak kalangan. Di Indonesia, pandangan lama yang menganggap bahwa tugas ayah sebatas mencari nafkah, sementara urusan anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab ibu, masih cukup banyak ditemukan. Persepsi ini dinilai sebagai salah satu faktor yang memicu persoalan pengasuhan anak.

Mengutip dari detikHealth, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menekankan pentingnya keseimbangan dalam pengasuhan anak, yang harus melibatkan peran aktif ayah dan ibu secara bersama-sama. Peran ayah sangat penting dalam pengasuhan, bukan hanya tugas ibu.

Ia mencontohkan pentingnya keselarasan antara kedua orang tua dalam memberikan nasihat kepada anak. Jika hanya satu pihak, misalnya ibu, yang dominan dalam memberikan arahan, anak berisiko mengalami kebingungan ketika menghadapi berbagai perspektif di masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apabila hanya satu orang tua yang menasihati, anak akan tetap merasa kebingungan. Karena di luar sana ada banyak perspektif yang lain gitu ya. Itu yang dibantu orang tua memberikan validasi itu kepada anak dengan nasihat-nasihat searah," kata Sari ketika dihubungi detikcom, Senin (16/12/2024).

Ia menambahkan, konsistensi dalam pola asuh dari kedua orang tua dapat memberikan anak pondasi yang kuat untuk menghadapi perbedaan pandangan di luar rumah. "Sehingga anak bisa menggunakan pedoman tersebut dan apabila ada banyak perbedaan sudut pandang di luar sana, dia tidak gampang goyah karena kedua peran orang tuanya memberikan arahan satu suara," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Sari, anggapan bahwa tugas ayah hanya sebatas mencari nafkah berasal dari era lampau, ketika peluang perempuan untuk bekerja masih sangat terbatas. Akibatnya, peran ayah cenderung terfokus pada urusan finansial, sementara ibu mengurus rumah tangga. Namun, di era modern ini, dengan meningkatnya partisipasi perempuan dalam dunia kerja, pandangan tersebut sudah tidak relevan lagi.

"Kedua orang tua seharusnya bisa menjalankan tugas pengasuhan secara bersama-sama," ujar Sari. Ia juga menjelaskan bahwa meskipun ada pembagian peran antara ayah dan ibu, kedua peran ini saling melengkapi.

"Misalnya, ibu memberikan rangsangan tumbuh kembang emosi anak, bagaimana berempati, bersimpati pada orang lain, merasa dan menjelaskan emosi-emosi yang dirasakan oleh anak, membantu mengarahkan coping pada semua sensasi rasa itu disalurkan dengan cara seperti apa, bisa lewat ibu," jelasnya.

Sementara itu, ayah lebih berperan dalam aspek sosial dan kognitif anak. "Sedangkan ayah juga membantu dalam mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi di masyarakat, pertemanan, bagaimana cara berpikir, berstrategi, mengambil keputusan, bersikap. Itu bisa lebih mudah digambarkan oleh ayah karena faktor ketegasan dan faktor logika diharapkan jauh lebih terlihat atau nampak pada sosok laki-laki," tandasnya.

Sari berharap agar para orang tua menyadari pentingnya peran kolaboratif dalam pengasuhan, karena keduanya memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk masa depan anak yang tangguh dan percaya diri.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.

(avk/sud)


Hide Ads