Bandung kembali menjadi saksi kemeriahan Cinefuture 2024, acara bergengsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dengan tema besar "Representasi Tubuh dalam Sinema", acara ini tidak hanya menyoroti seni gambar bergerak, tetapi juga membawa dimensi akademik dan artistik ke tingkat yang lebih mendalam.
Acara ini dimulai pada 9-13 Desember 2024, atmosfer UPI dipenuhi oleh semangat para seniman, akademisi, dan pecinta sinema dari berbagai belahan dunia. Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD), Prof. Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., membuka acara ini dengan penuh antusiasme, menandai dimulainya perjalanan lima hari yang dipenuhi inspirasi.
"Melalui simposium ini, saya berharap kita dapat memperluas pemahaman tentang bagaimana tubuh berfungsi sebagai medium komunikasi yang kompleks dalam sinema. Ini adalah peluang penting untuk menjelajahi pendekatan akademik sekaligus artistik dalam seni gambar bergerak," ujar Dedi Warsana seperti rilis yang diterima detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain simposium, Cinefuture 2024 juga menampilkan pameran karya seni yang menggugah. Sebanyak 35 karya dari studio film, 20 dari studio animasi, 2 dari studio televisi, dan 1 dari studio kajian media mengisi ruang pameran dengan beragam perspektif kreatif. Pengunjung diajak untuk merenungkan beragam cara tubuh direpresentasikan dalam media visual, baik secara estetis maupun konseptual.
Acara ini semakin spesial dengan kehadiran para pembicara internasional di antaranya Mr. Wang Liang (Tiongkok), Prof. Ulrich Martin Plank (Jerman), Muchammad Zaenal Al Ansory, M.Sn. (Telkom University), dan Mr. Christophe Dreyer, Direktur Institut Français Indonesia (IFI).
Dalam wawancaranya, Christophe Dreyer menggarisbawahi pentingnya sinema sebagai medium untuk menjembatani dialog antarbudaya. "Sinema memiliki kekuatan untuk menyatukan berbagai perspektif budaya dan sejarah. Dengan simposium seperti ini, kita dapat menciptakan dialog global yang lebih inklusif," ungkapnya.
Sementara itu, Prof. Ulrich Martin Plank menyoroti dimensi multidisiplin dari tema yang diusung. "Kita tidak hanya membahas tubuh secara fisik, tetapi juga tubuh sebagai representasi identitas, politik, dan sosial dalam sinema. Ini adalah topik yang sangat relevan dalam sinema kontemporer," jelasnya.
Sebagai hasil simposium, buku bunga rampai yang disusun oleh akademisi dari berbagai institusi akan diterbitkan, menawarkan analisis mendalam mengenai tema "Representasi Tubuh dalam Sinema".
Acara ini turut dihadiri perwakilan dari institusi pendidikan dan seni ternama, seperti Universitas Padjadjaran (UNPAD), Telkom University, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, ISI Surakarta, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Maranatha, Universitas Widyatama, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), dan Politeknik Tempo Jakarta.
Ketua Program Studi Film dan Televisi UPI, Dr. Hery Supiarza, M.Pd., menyampaikan apresiasinya terhadap antusiasme peserta dan kolaborasi lintas institusi. "Cinefuture adalah wujud nyata bagaimana program studi kami tidak hanya menghasilkan karya kreatif, tetapi juga menciptakan ruang akademik untuk membahas isu-isu penting dalam seni gambar bergerak," ungkapnya.
Cinefuture 2024 bukan sekadar acara tahunan, tetapi menjadi agenda biennial yang akan terus diperbarui dengan berbagai kegiatan, seperti pemutaran film, diskusi panel, workshop, serta pameran karya dari mahasiswa, dosen, komunitas, dan mitra internasional.
Acara ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga mempererat hubungan antara akademisi, praktisi, dan pelaku industri seni gambar bergerak. Cinefuture 2024 menjadi langkah nyata untuk mengangkat seni gambar bergerak ke tingkat yang lebih tinggi sekaligus membuka peluang kolaborasi global di masa mendatang.
(iqk/iqk)