Belajar dari Kasus Pacar Toxic Rekam dan Sakiti Wanita Sumedang

Belajar dari Kasus Pacar Toxic Rekam dan Sakiti Wanita Sumedang

Tim detikJabar, Tim detikEdu - detikJabar
Minggu, 15 Des 2024 10:00 WIB
Jajaran Polres Sumedang saat menggelandang seorang pria yang diduga menganiaya pacarnya sambil direkam
Jajaran Polres Sumedang saat menggelandang seorang pria yang diduga menganiaya pacarnya sambil direkam (Foto: Dwiky Maulana Velayati/detikJabar)
Bandung -

Belakangan kasus seorang pria merekam sambil menganiaya seorang wanita asal Sumedang, viral di media sosial. Lelaki tersebut dinarasikan 'toxic', karena melakukan kekerasan verbal dan non verbal ketika si wanita meminta putus.

Kabar terbaru, pria tersebut diamankan jajaran Polres Sumedang di Semarang, Jawa Tengah. Sementara kejadian yang viral saat wanita dimarahi, terjadi di wilayah Cihampelas, Kota Bandung.

Dikutip dari detikEdu, saat ini kata toxic kerap digunakan untuk melambangkan seseorang atau sebuah hubungan yang dianggap sudah tidak sehat lagi. Indikasi untuk menyebutkan seseorang toxic biasanya didasarkan pada perilaku atau sifat orang tersebut yang dianggap merugikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendefinisian terhadap kata toxic sangat beragam tergantung dengan konteks yang sedang diperbincangkan. Beberapa orang menggunakan kata toxic untuk menilai karakter seseorang sedangkan yang lainnya akan menggunakan toxic untuk melambangkan hubungan yang sudah tidak baik.

Kata toxic merupakan sebuah kata kiasan yang diambil dari bahasa Inggris. Melalui terjemahan langsung kata toxic memiliki arti beracun. Namun, kata toxic yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan bahasa gaul yang mengadaptasi dari arti sesungguhnya.

ADVERTISEMENT

Menurut kamus bahasa Inggris, bahasa gaul dari toxic dapat diartikan sebagai kata sifat yang mendeskripsikan seseorang. Deskripsi ini akan diberikan apabila orang tersebut memiliki perilaku yang buruk atau sifat negatif.

Sedangkan menurut psikiater Abigail Brenner, 'toxic' bukan istilah psikologi formal melainkan deskriptif tentang bagaimana perasaan orang ketika berhadapan dengan individu tertentu. Toxic menggambarkan interaksi di mana batasan (boundaries) sering kabur, di mana individu itu sendiri dan/atau perilaku mereka dirasa sulit, menantang, menuntut, seringkali cenderung bermusuhan.

Hubungan yang beracun alias toxic relationship, tulis Brenner, tidak didorong oleh kepedulian dan dukungan timbal balik, tetapi seringkali condong untuk mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan individu. Tak perlu dikatakan lagi, ini bukanlah hubungan yang sehat dan seringkali, baik bermakna atau tidak, perilaku beracun alias toxic behaviour menggerogoti kesetaraan dan merusak apa pun yang bisa baik dalam suatu hubungan.

Tetapi yang harus disadari bahwa tidak mudah untuk menilai seseorang sebagai 'toxic person' atau 'orang beracun' hanya karena mereka menunjukkan sifat-sifat ini. Harus dipahami pula bahwa sifat-sifat toxic/beracun sering kali berakar pada trauma masa lalu atau tantangan kesehatan mental mendasar yang membutuhkan pengobatan bukan penghukuman atau penghakiman/judgment.

Baca selengkapnya di detikEdu

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads