Bercak Darah Ungkap Pembantaian Sekeluarga di Kediri

Bercak Darah Ungkap Pembantaian Sekeluarga di Kediri

Andhika Dwi - detikJabar
Kamis, 05 Des 2024 17:23 WIB
Warga melihat rumah sekeluarga di Kediri yang tewas bersimbah darah dan sudah dipasangi garis polisi.
Warga melihat rumah sekeluarga di Kediri yang tewas bersimbah darah dan sudah dipasangi garis polisi. (Foto: Istimewa)
Kediri -

Peristiwa berdarah terjadi di Ngancar, Kediri. Sekeluarga yang terdiri dari 4 orang ditemukan bersimbah darah. Tiga orang dinyatakan meninggal, sedangkan satu korban lain kritis.

Mengutip dari detikJatim, tiga orang yang meninggal dunia itu yakni ayah, ibu dan satu anaknya. Identitasnya sang ayah Agus Komarudin (38), sang ibu Kristina (34), anak sulung mereka CAW pelajar SMP.

Kemudian satu korban lagi yakni anak kedua pasangan Agus dan Kristina bernama SPY yang duduk di bangku SD. Kondisinya kritis dan sedang menjalani perawatan di RS Bhayangkara Kediri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ditemukan tadi pagi," ujar salah satu tetangga korban bernama Karsiman kepada detikJatim, Kamis (5/12/2024).

Karsiman menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menemukan bahwa keluarga ini bersimbah darah di dalam rumah justru rekan kerja Agus.

ADVERTISEMENT

Rekan kerja Agus yang menurut Karsiman bernama Supriono itu pagi ini bermaksud menengok keadaan Agus yang sempat absen sehari tidak masuk kerja.

Supriono datang ke rumah Agus yang berada di Dusun Gondanglegi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Saat mengetuk pintu, dia tidak mendapat jawaban.

Warga melihat rumah sekeluarga di Kediri yang tewas bersimbah darah dan sudah dipasangi garis polisi.Warga melihat rumah sekeluarga di Kediri yang tewas bersimbah darah dan sudah dipasangi garis polisi. Foto: Istimewa)

Dia pun mengintip melalui jendela rumah dan melihat bercak darah. Di dapur, dia juga melihat tangan tergeletak. Supriono pun melaporkan hal itu ke perangkat desa.

Karsiman mengatakan, lokasi rumah Agus dan keluarganya memang berada di gang. Hanya ada satu akses ke rumah itu, sedangkan di sekitarnya banyak pepohonan dan bambu.

Keluarga itu juga dikenal cukup tertutup dan jarang berinteraksi dengan tetangga. Hanya pada momen-momen tertentu bersilaturahmi.

"Kalau hari-hari blas ndak pernah srawung. Cuma kalau tahun baru, dolan-dolan gitu," ungkap Karsiman.

Artikel ini telah tayang di detikJatim

(yum/yum)


Hide Ads