Bandung Melawan DBD, 28 Kasus Kematian Sepanjang 2024

Bandung Melawan DBD, 28 Kasus Kematian Sepanjang 2024

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 03 Des 2024 14:30 WIB
ilustrasi DBD
ilustrasi DBD. Foto: ilustrasi/thinkstock
Bandung -

Dinas Kesehatan Kota Bandung mengungkap penyebab tingginya angka kematian akibat DBD. Meski masih di bawah normal, namun kematian akibat DBD tidak bisa dianggap sepele.

Diketahui, kasus DBD di Kota Bandung hingga November 2024 mencapai 7.146 kasus dengan angka kematian mencapai 28 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan Case Fatality Rate (CFR) DBD di Kota Bandung ada di angka 0,4 persen.

"Menghitung tingkat kematian itu membandingkan antara yang meninggal dengan jumlah kasus, Kota Bandung itu 28 yang meninggal. Pada tahun 2024 itu 0,4 persen, 28 dibagi 7.146, standar nasionalnya disebut normal di bawah 1 persen, jadi wajar ada 28 yang meninggal karena kasusnya ada 7 ribu sekian," kata Anhar, Selasa (3/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski di bawah normal, namun Anhar menyebut angka kematian akibat DBD di Kota Bandung tidak bisa disepelekan. Menurutnya, ada kebiasaan buruk masyarakat yang mengganggap sepele DBD hingga pasien akhirnya tidak tertolong.

"Tapi tentu itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Saya mencurigai, dari beberapa pengamatan kami penyebab kematian itu karena keterlambatan mengakses fasilitas kesehatan. Jadi keluarga terlambat membawa pasien ke rumah sakit," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, jika datang ke fasilitas kesehatan sejak dini, besar kemungkinan pasien bisa diselamatkan karena tindakan medis yang cepat dilakukan. Sebaliknya, kebanyakan pasien yang meninggal kata Anhar, datang dalam kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS).

"Tapi ketika terlambat datang dan ketika datang sudah dalam keadaan dengue shock syndrome, kemungkinan meninggalnya lebih besar," tegasnya.

Anhar juga mengungkapkan, ada beberapa alasan masyarakat tidak cepat membawa pasien DBD ke fasilitas kesehatan, salah satunya karena tidak munculnya ciri khas dari DBD yang mudah dikenali yakni bintik merah pada pasien yang terkena DBD.

"Di beberapa kasus yang kami temukan, bintik merahnya tidak ada jadi demam saja. Bayangkan kalau itu menimpa anak muda, curiga demam biasa aja kemudian hanya istirahat. Dengan itu membaik biasanya," ujarnya.

"Tapi ada fase tipuan di mana demam turun seakan mau sembuh padahal itu ancang-ancang, begitu gak ada intervensi besoknya naik lagi dan panasnya tinggi sekali," lanjutnya.

Karena itu, Anhar meminta masyarakat untuk berperilaku curiga jika ada anggota keluarga yang mengalami demam dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan. Dengan begitu, dia yakin angka kematian akibat DBD bisa ditekan.

"Jadi pesannya barangkali, siapapun yang mengalami demam mending curiga saja, jangan-jangan DBD. Bawalah ke dokter ataupun puskesmas. Jangan mengambil kesimpulan sendiri apalagi berpikir biasa, jadi mending berpikir curiga, antisipasi. Karena kebanyakan yang meninggal itu tadi, anggap enteng sehingga telat penanganan," tutup Anhar.

Lihat juga video: Vaksin DBD Masih Dikaji untuk Masuk Program Nasional

[Gambas:Video 20detik]



(bba/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads