Bendungan yang Pernah Dibersihkan Pandawara Dipenuhi Sampah Lagi

Bendungan yang Pernah Dibersihkan Pandawara Dipenuhi Sampah Lagi

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 24 Nov 2024 17:15 WIB
Sampah di Bendungan Bugel.
Sampah di Bendungan Bugel. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Masih ingat dengan aksi Pandawara Group berkolaborasi dengan Pemkab Bandung, TNI, Polri, BPBD, BBWS, berbagai mahasiswa, hingga komunitas lingkungan di Bandung Raya membersihkan tumpukan sampah di Bendungan Bugel yang berada di aliran Sungai Cikeruh, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung pada 2023?

Kini Bendungan Bugel yang berada di Jalan Sukarame Ranca Bango, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi kembali dipenuhi sampah. Tumpukan sampah yang didominasi sampah rumah tangga itu menumpuk di bendungan itu.

Pantauan detikJabar, Minggu (24/11/2024), selain menimbulkan pemandangan kumuh dan jorok, tumpukan sampah itu menimbulkan bau busuk menyengat. Selain itu, keberadaan sampah itu menghambat aliran sungai tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, aliran sungai itu berasal dari wilayah Rancaekek, Cileunyi hingga Sumedang. Sampah dari wilayah itu tertahan di bendungan tersebut.

"Kalau musim hujan sudah biasa seperti ini," kata Heri, salah satu pengendara yang melintas di jalan tersebut.

ADVERTISEMENT

Heri mengaku miris melihat penampakan tersebut. "Miris sekali, kalau banjir jangan nyalahin pemerintah, saya yakin sampah ini berasal dari warga," ujarnya.

Menurut Heri, biasanya sampah di bendungan tersebut suka dibersihkan. Namun karena volumenya cukup besar, akhirnya sampah menumpuk di bendungan itu.

"Kesadaran masyarakat sih, ya mungkin mereka menganggap membuang sampah meskipun sedikit merupakan hal yang biasa, namun jika jumlahnya banyak dampaknya akan seperti ini," jelas Heri.

Terpisah, seorang warga bernama Saeful (65) mengatakan, bendungan sungai itu sudah jadi langganan penumpukan sampah. Dia menilai, percuma dibersihkan jika pemikiran warganya masih belum sadar akan kebersihan.

"Ya balik lagi jadi PR pemerintah, meskipun terus sosialisasi, tapi masih banyak warga buang sampah ke sungai, buktinya seperti ini," ujarnya.

Sementara untuk Gubernur Jabar mendatang dan Bupati Bandung mendatang, dia memiliki harapan agar permasalahan sampah dan solusi menangani sampah diprioritaskan.

"Saya berharap kepada gubernur dan bupati baru, siapapun itu, bisa atasi permasalahan sampah di wilayah Kabupaten Bandung khusunya di aliran sungai ini dan umumnya di Sungai Citarum," pungkasnya.

Jalan Sapan Terendam Banjir, Yayan Harus Tempuh 1,5 Jam Gunakan Jalur Alternatif

Sementara itu, musim hujan tiba, banjir pun tak terelakkan. Akibatnya, para pengendara yang datang dari wilayah Bandung Timur, Majalaya dan sekitarnya yang hendak berpergian ke Kota Bandung harus mencari jalur alternatif untuk menghindari genangan banjir, salah satunya banjir yang terjadi di Jalan Raya Sapan-Bandung.

Tiga hari sudah, genangan banjir di Kawasan Sapan Gudang, Kecamatan Bojongsoang belum surut. Pengendara yang datang dari arah Majalaya dan sebaliknya harus mencari jalan alternatif untuk menghindari genangan banjir itu.

Salah satu jalan alternatif yang biasa digunakan yakni Jalan Sempadan Sungai Citarik via Jalan Sempadan Sungai Cikeruh dan nantinya tembus ke Jalan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Jalur alternatif ini digunakan karena ada dua titik genangan banjir yakni di Jalan Sempadan Sungai Cikeruh yang ada di Kawasan Tegalluar dan Kawasan Sapan Gudang.

Jalan alternatif ini kerap digunakan warga yang tinggal di wilayah Bandung Timur seperti Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Ibun, Pacet dan lainnya. Jalan ini dipilih warga karena jika menggunakan jalur utama Majalaya-Rancaekek tembus ke Cileunyi-Cibiru jaraknya cukup jauh dan perjalannya bisa dua kali lebih lama.

Jika Anda ingin menggunakan jalur alternatif ini, bila Anda sudah ada di jalur Jalan Sempadan Sungai Citarik yang berada di wilayah Kecamatan Solokanjeruk, Anda tinggal mengambil Jalan Sindangwangi, terus mengarah ke Jalan Cilisungan, Bugel dan Jalan Sukarame Rancabango. Setelah ada di jalan itu Anda tinggal ambil jalur Jalan Sempadan Sungai Cikeruh yang ada di sebelah kanan dan nantinya akan tembus ke kawasan Cimincrang, Gedebage.

Jalan alternatif itu dapat digunakan untuk kendaraan roda dua, roda empat dan tidak dianjurkan untuk kendaraan jenis truk dan bus karena lebar jalannya cukup sempit, hanya dapat digunakan satu kendaraan roda empat dan jika berpapasan harus mencari ruang jalan yang cukup luas.

Selain via Cimincrang, Gedebage, Anda juga bisa menggunakan jalur alternatif via Stasiun Kereta Cepat, namun jalan tersebut tidak diperuntukkan untuk kendaraan roda empat dan hanya dapat digunakan kendaraan roda dua. Jika ingin mengambil jalur ini, setelah di Jalan Sukarame Rancabango arahkan kendaraan Anda ke jalur Jalan Sukarame dan nanti akan keluar di Jalan Jembatan Cibiru Baru yang ada di dekat Stasiun Kereta Cepat. Petunjuk jalan ini juga berlaku bagi kendaraan yang datang dari arah Kota Bandung ke Kabupaten Bandung via jalur alternatif tersebut.

Meski kondisi jalan itu dikeluhkan, para pengendara terpaksa gunakan jalur alternatif ini karena tidak ada pilihan jalan lain. Meskipun memakan waktu cukup lama, para pengendara harus legowo karena jalan alternatif ini satu-satunya untuk cepat sampai ke Kota Bandung.

"Kalau ke Rancaekek muternya jauh, bisa dua jam. Kalau pakai jalan alternatif ini yang biasanya normal 45 menit sampai 1 jam dari Majalaya ke Gedebage, pakai jalan alternatif ini bisa 1,5 jam," kata Yayan (26) warga Majalaya kepada detikJabar ditemui di jalan alternatif tersebut.

Yayan yang bekerja di salah satu minimarket yang ada di Panyileukan, Kota Bandung itu mengaku, jika sudah memasuki musim hujan menjadi hal berat baginya, terutama untuk mencari akses jalan.

"Kalau musim hujan gini bingung sudah pulang, apalagi pas masuk siang, pulang malam. Kan hujannya selalu dari sore ke malam," ujar Yayan.

Menurut Yayan, jika banjir di wilayah Kawasan Sapan Gudang dan Tegalluar dia bisa menggunakan jalur alternatif ini. Tapi ketika banjirnya besar, terutama setelah ada kiriman air dari kawasan Gedebage dan Cileunyi, jalur alternatif itu juga kerap banjir.

"Kalau udah gitu bingung, tapi biasanya saya gunakan jalur Cileunyi-Rancaekek dan Majalaya. Tapi jalan itu juga sama ada titik banjirnya, di dekat Masjid Agung Rancaekek dan Rancabatok, kalau udah gitu saya suka menginap di kosan teman. Karena ke Bojongsoang-Ciparay juga enggak mungkin, kalau Sapan aja udah beberapa hari terendam, apalagi di Jalan Bojongsoang," jelas Yayan.

Jalan alternatif ini digunakan warga Kabuaten Bandung yang memiliki tujuan ke Kota Bandung dan sebaliknya.Jalan alternatif ini digunakan warga Kabuaten Bandung yang memiliki tujuan ke Kota Bandung dan sebaliknya. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Minim PJU

Untuk jalur alternatif Sempadan Sungai Citarik via Sempadan Sungai Cikeruh, para pengendara juga harus berhati-hati karena jika di malam hari jalan tersebut gelap karena tidak ada penerangan jalan umum (PJU).

Pemandangan di sepanjang jalan akan nampak indah di siang hari, namun di kala malam jalan itu cukup gelap, karena pemukiman warga masih jarang dan notabene sepanjang jalan itu merupakan kawasan pesawahan.

Hal itu juga dikeluhkan Yayan, karena PJU di jalan alternatif itu minim. Dia berharap pemerintah memperhatikan juga kelengkapan infrastruktur yang ada di jalan itu.

Yayan menyebut, di momen Pilkada 2024 ini, permasalahan itu harus menjadi perhatian pemerintah, karena yang dirugikan adalah masyarakat sebagai pengguna jalan tersebut.

"Harapan kepada gubernur, bupati dan pemerintah pusat bisa perhatikan masalah banjir di Kabupaten Bandung dan perbaikan infrastruktur agar dampak banjir bisa dikurangi," pungkas Yayan.

(wip/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads