Liku Hidup Juju di Balik Manisnya Es Serut Gula Jawa

Serba-serbi Warga

Liku Hidup Juju di Balik Manisnya Es Serut Gula Jawa

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 16 Nov 2024 14:30 WIB
Juju Jueriyah.
Juju Jueriyah. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Sudah 17 tahun lebih, Juju Jueriyah berjualan jajanan tradisional, berupa es serut gula Jawa. Setiap hari, Juju, panggilan akrabnya, berjualan di sekitar Jalan Ciremai Raya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Juju yang kini berusia 57 tahun bercerita, usaha es serut gula jawanya merupakan usaha turun-temurun yang sudah dilakoni ayahnya puluhan tahun lalu. Kala itu, ayahnya berjualan di Pasar Mambo, Kota Cirebon, sekitar tahun 1960-an.

"Saya jualan dari mulai tahun 2007, saat itu daerah sekitar sini masih sepi, masih sedikit yang jualan. Dulunya itu dari almarhum bapak saya yang jualan. Namanya bapak Emon, lalu diteruskan oleh anaknya, yakni saya dan kakak saya," tutur Juju belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juju sendiri mulai berjualan es serut setelah suaminya meninggal. Saat itu, ia dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Akhirnya, tercetuslah ide berjualan es serut seperti kakaknya. Juju memaparkan, di tahun-tahun pertama berjualan, es serutnya laris dibeli pembeli.

"Paling ramai-ramainya itu tahun 2010 sampai tahun 2016. Ditambah saat itu bahan bakunya masih murah," ungkap Juju.

ADVERTISEMENT

Kala itu, dalam sehari, paling banyak, Juju bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 400.000. Bahkan, lanjut Juju, dari hasil berjualan es serut, ia bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang perguruan tinggi.

"Anaknya dua, alhamdulillah yang satu ada sampai kuliah, saya juga nggak nyangka dari jualan ini bisa kuliahkan anak, kadang bingung sendiri tapi nyatanya emang bener, bisa kuliahkan anak. Apalagi saya mulai jualan semenjak suami meninggal, " tutur Juju.

Juju Jueriyah.Es serut gula Jawa. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Namun itu dahulu, sekarang pendapatan Juju menurun drastis. Dalam sehari, paling banyak hanya mendapatkan omzet sekitar Rp 100.000. Menurut Juju, salah satu faktor penyebabnya, adalah karena banyaknya minuman es jenis baru yang bermunculan. Meski begitu, Juju percaya, es serut miliknya masih tetap disukai orang, walaupun tidak sebanyak dulu.

"Dulu pendapatan Rp 200.000 itu paling sedikit, beda kayak sekarang pendapatan Rp 100.000 itu udah paling banyak, padahal es kayak gini kan jarang yang jualan. Tapi yah sampai sekarang masih ada saja yang suka mah, " tutur Juju.

Menurut Juju, karena resep pembuatanya diajarkan secara turun temurun, baik dulu ataupun sekarang, es serut gula jawanya tidak banyak berubah, masih memakai bahan-bahan alami, seperti es batu yang sudah dihancurkan, santan, gula jawa serta cendol. Sebagai topping-nya ditambah kan gula merah cair dan juga tape.

"Dulu pakainya roti tawar, sekarang pakainya tape ketan, paling itu bedanya," tutur Juju.

Untuk penyajiannya, pertama es batu yang sudah hancur diberi gula merah dan cendol, lalu diaduk sampai warna es berubah menjadi kecoklatan dan cendol menjadi beku, karena ditaruh di dalam es. Setelah itu, es serut disajikan dalam sebuah gelas, lalu ditambahkan gula merah cair dan juga tape atau roti.

Rasa es serut yang lembut, ditambah dengan kenyalnya cendol dan manisnya gula merah, menciptakan sensasi rasa segar manis di mulut. Untuk satu gelas es serut gula jawa milik Juju, dihargai Rp 5.000. Dan untuk waktu bukanya sendiri, dimulai pukul 07:00 - 14:00 WIB.

(orb/orb)


Hide Ads