Gelagat tak biasa dirasakan Mimih (63), saat terakhir bertemu dengan cucunya, Neng Laras (22). Pada Sabtu (12/10/2024), Laras seperti biasa pulang ke rumah neneknya setelah bekerja. Tak ada yang menyangka, lima hari kemudian Laras akan ditemukan tak bernyawa.
"Anak ini pulang kerja tidak mandi, tidak makan, masuk ke kamar langsung dikunci, kata saya neng geura dahar (neng segera makan), salat dulu. Saat itu dia nurut wudhu, selepas Isya dia matikan lampu kamar, tidak bilang apa-apa, tidak ada cerita apa-apa," kenang Mimih saat ditemui detikJabar pada Senin (21/10/2024).
Baca juga: Sikap Misterius Neng Laras Sebelum Tewas |
Paginya, Mimih kembali menangkap hal tak biasa dari sang cucu. Menurutnya, mata Neng Laras terlihat sembab, seperti habis menangis. Laras masih saja diam, dia menggoreng nasi untuk sarapan, sementara Mimih berpamitan untuk pengajian mingguan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tanya neng kenapa mata sembab carindul (bengkak) kitu, dia diam saja, goreng nasi. Saya pergi minggonan (pengajian mingguan), dia sempat bilang pamitan mau olahraga dengan teman-temannya. Dia berangkat dari rumah jam 09.00 WIB hari Minggu (13/10/2024)," ucap Mimih.
Saat itu tidak ada pikiran apapun terbersit di kepala Mimih. Hingga akhirnya cucunya itu tidak pulang ke rumah. Neng Laras hilang, lalu antara satu sampai dua hari kemudian seorang pria datang mengetuk pintu rumah. Mimih mengenalnya sebagai pacar cucunya, sudah 8 tahun mereka menjalin hubungan dekat.
"Pacaran itu selama 8 tahunan, dari SMP mau dinikahkan, Laras selalu menolak alasannya menunggu ibunya. 'Moal sugema euweuh mamah mah, sok sedih' (Tidak akan bahagia kalau tidak ada mamah, suka sedih)," cerita Mimih menirukan ucapan Neng Laras kala diminta untuk segera menikah.
"Sekitar dua hari selepas cucu saya hilang, pacarnya itu datang, masih orang sini juga, dia menjelaskan katanya sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Neng Laras, sudah putus," sambung Mimih, kala itu pria itu juga menduga Neng Laras mungkin pergi bersama lelaki lain.
Saat itu, Mimih langsung bersikap kurang respek terhadap pria itu. Pernyataan itu menjawab kecurigaannya tentang kondisi cucunya yang sembab. Putus dengan pacar membuat sikap cucunya itu sedikit ketus di hari terakhir pamit dari rumah.
Mimih pun jadi makin paling resah dan meminta keluarganya untuk melapor polisi atau melakukan pencarian. Siapa sangka, gadis pekerja garmen itu akhirnya ditemukan tewas dengan kondisi sudah membusuk pada Kamis 17 Oktober 2024, sekitar pukul 16.00 WIB.
Neng Laras di saluran air kering di pinggir Jalan Ciheulang Tonggoh - Cirendeu, tepatnya tidak jauh dari kawasan permukiman warga di Kampung Palasari, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Luka yang kasat mata ditemukan pada wajah yang sudah membusuk. Lalu ditemukan kaki kiri yang sudah membusuk, dan tidak ada luka-luka lain di bagian badan.
"Saya ke bapaknya bilang suka teriak urusin lapor polisi atau ke mana, kata bapaknya itu (bilang) kumaha abi we (gimana saya saja). Saya tidak tahu dilaporkan atau tidak, samai akhirnya pulang-pulang cucu saya itu sudah meninggal, pulang memang, tapi kondisinya seperti itu," lirih Mimih, air mata menggenang di sudut matanya.
Mimih terpukul bukan main. Bagaimana tidak, ia dan suaminya mengurus Neng Laras sejak masih kecil. Ia tidak ingat usia gadis itu saat mulai tinggal bersama mereka, antara 3-5 tahun. Namun yang pasti kedua orang tuanya bercerai. Ibunya berangkat bekerja sebagai buruh migran.
"Anaknya lebih banyak bercerita masalah pribadinya ke teman-temannya, kalau ke kami dia orangnya tertutup. Kalau soal uang dia tidak pernah berhitung, kami tidak pernah meminta, dia lebih banyak inisiatif sendiri, sabun mandi, sabun cuci habis kalau gajian dia belanja. Kadang suka kasih uang, jadi tanpa dimintapun dia begitu sendiri," tuturnya.
Motor matic biru yang ditemukan bersama jasad Neng Laras teronggok di sudut ruangan dalam rumah, sesekali Mimih mengusap motor itu. "Ini nggak ada yang rusak, hanya seidkit di bagian depan," imbuhnya.
Pengamatan detikJabar dari lokasi penemuan jasad, hingga kediaman korban di Kampung Cirendeu Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak hanya berjarak sekitar 2-3 kilometer. Kuat dugaan, kondisi saat itu Laras dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, hal itu juga terungkap dari keterangan Mimih, sang nenek.
Sampai kemudian cerita bersambung selepas Neng Laras ditemukan tidak bernyawa, salah satu temannya yang datang melayat menceritakan pertemuan terakhir dengan gadis itu pada hari Minggu (13/10/024).
"Katanya main bulutangkis, bersama teman perempuannya (inisial U). Pada hari itu (Minggu), saat istirahat temannya itu sudah curiga kondisi cucu saya yang terlihat pucat. Setelah jam 12.00 WIB istirahat lalu pamit untuk pulang, sekitar jam 13.00 WIB, katanya jam 14.00 WIB sudah ada di rumah," ujar Mimih mengungkap kembali obrolan teman cucunya itu.
Ucapan Neng Laras ke temannya sempat menyinggung nama sang pacar. "Katanya hayu (ayo) pulang takut si (menyebut nama pacarnya) menjemput, katanya sedang main futsal. Cucu saya dan temannya itu pulang bareng, sampai daerah Karang Tengah berpisah di pertigaan Cirendeu selepas itu tidak melihat lagi," ucap Mimih.
Tidak ada barang yang hilang saat jasad Neng Laras dan motornya ditemukan di dalam selokan air kering itu. Laras juga memang jarang sekali menggunakan perhiasan ketika keluar rumah. Ponselnya masih ada di kantor polisi dan sedang dalam penyelidikan.
Kini, Mimih memilih untuk mengubur jasad Neng Laras tanpa diautopsi. Ia sudah terlalu terpukul dengan kematian cucunya.
"Saat ditanya kondisi saya tidak stabil, kemudian banyak yang bilang kasihan ke jasadnya akhirnya kami menolak dan memilih memakamkan Neng Laras," ujarnya.
Diyakini Alami Kecelakaan
Selain video saat korban ditemukan, kabar hilangnya korban ternyata juga tersebar di media sosial. Informasi diperoleh detikJabar, pihak keluarga dan kenalan korban mengunggah informasi hilangnya korban di media sosial.
Dari foto semasa hidupnya, korban terlihat cantik dengan hijab yang membalut kepalanya. Korban sendiri diketahui sebagai buruh di salah satu perusahaan garmen di wilayah Cibadak.
"Korban sempat dikabarkan hilang pada hari Minggu (13/10) sore, keluarga juga sempat laporan ke pemerintah desa, kita sempat lakukan pencarian bahkan ke teman-temannya namun tidak ada jejak," kata Ujang Sihab, Kades Girijaya.
"Korban ini karyawan garmen, saat kejadian hari Minggu itu korban pamitan jalan-jalan, kalau melihat posisinya diduga korban dalam perjalanan pulang. Dugaan kan karena kecelakaan tunggal, ada luka benturan di kepala ke batu di selokan. Kondisi jalan itu memang agak sepi ketika malam, dengan sedikit tanjakan," tutur Ujang menambahkan.
Di lain sisi, Satlantas Polres Sukabumi turut mengungkap teka-teki kematian Neng Laras. Berdasarkan pemeriksaan TKP, gadis pekerja garmen itu meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.
Dalam keterangan yang diberikan, Kasat Lantas Polres Sukabumi, AKP Fiekry Adi Perdana membeberkan kronologi peristiwa tersebut, termasuk kondisi jenazah dan motor yang sudah dievakuasi oleh pihak keluarga, saat ditemukan pada Kamis (17/10/2024) sekitar pukul 16.00 WIB.
"Penemuan mayat ini pertama kali dilaporkan oleh warga setempat. Menurut keterangannya, warga tersebut mencium bau tidak sedap saat pulang dari warung. Ketika mencari sumber bau tersebut, ia menemukan sesosok mayat perempuan dalam posisi tertelungkup dan tertimpa sepeda motor Honda Beat berwarna biru di dalam selokan air yang terletak di bahu jalan," kata Fiekry dalam keterangannya, Kamis (24/10/2024).
Setelah penemuan tersebut, warga tersebut kemudian melaporkan kejadian kepada ketua RT, dan seorang guru ngaji setempat. Keduanya kemudian memeriksa lokasi penemuan bersama-sama dan menghubungi keluarga korban.
"Paman dari korban, datang ke lokasi dan mengonfirmasi bahwa sepeda motor tersebut milik keponakannya, Neng Laras, yang telah hilang kontak sejak Minggu, 13 Oktober 2024. Korban kemudian diidentifikasi sebagai Neng Laras (22), warga Kampung Cireundeu, diduga menjadi korban kecelakaan lalu lintas tunggal," ujar Fiekry.
Saat ditemukan kondisi jasad korban dalam posisi tertelungkup dan tertimpa sepeda motor Honda Beat berwarna biru di dalam selokan air yang terletak di bahu jalan.
"Pihak keluarga langsung melakukan evakuasi dan menolak dilakukan autopsi terhadap jenazah korban dan menerima kejadian tersebut sebagai musibah. Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), diduga Neng Laras mengalami kecelakaan tunggal saat sepeda motornya kehilangan kendali dan terjatuh ke selokan yang berada di tepi jalan dengan kedalaman sekitar 4 meter," ungkap Fiekry.
Meski ditemukan luka membusuk pada wajah dan kaki korban, tidak ada indikasi luka serius lainnya di bagian tubuh korban, menguatkan dugaan bahwa insiden ini murni kecelakaan lalu lintas tunggal.
"Jenazah Neng Laras kemudian dibawa oleh keluarga ke rumah duka di Kampung Cireundeu untuk segera dimakamkan di pemakaman umum setempat," pungkasnya.
(aau/orb)