Tak biasanya Neng Laras begitu ketus terhadap Mimih (63) neneknya, seusai pulang kerja pada Sabtu (12/10/2024). Gadis pekerja garmen itu langsung mengurung diri di kamarnya, kala itu tidak ada sepatah katapun terucap.
Biasanya, Laras lebih dahulu menyapa sang nenek dengan manis, membersihkan diri dan makan. Selepas itu salat tanpa perlu diingatkan, namun malam itu Neng Laras berbeda tidak seperti biasanya.
"Anak ini pulang kerja tidak mandi tidak makan, masuk ke kamar langsung dikunci, kata saya neng geura dahar (neng segera makan), salatdulu' saat itu dia nurut wudhu, selepas isya dia matikan lampu kamar, tidak bilang apa-apa tidak ada cerita apa-apa," kenang Mimih saat ditemui detikJabar pada Senin (21/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keesokan paginya, Laras keluar kamar. Hari itu, Minggu (13/10/2024) mata gadis itu terlhat sembab seperti habis menangis. Laras masih tidak banyak bicara, seusai membuat nasi goreng ia berpamitan.
"Saya tanya neng kenapa mata sembab carindul kitu, dia diam saja, goreng nasi. Saya pergi minggonan (mingguan), dia sempat bilang pamitan mau olahraga dengan teman-temannya. Dia berangkat dari rumah jam 09.00 WIB, hari Minggu (13/10/2024).
Kala itu Mimih tidak mengira jika cucunya itu hilang dan akhirnya ditemukan tidak bernyawa. Mimih sempat panik saat hari itu cucunya itu tidak pulang, bahkan ia paling resah dan meminta keluarganya untuk melapor polisi atau melakukan pencarian.
"Saya ke bapaknya bilang suka teriak urusin lapor polisi atau kemana, kata bapaknya itu kumaha abi we (gimana saya saja). Saya tidak tahu dilaporkan atau tidak, samai akhirnya pulang-pulang cucu saya itu sudah meninggal, pulang memang tapi kondisinya seperti itu," lirih Mimih, air mata menggenang di sudut matanya.
Mimih bercerita, ia dan suaminya mengurus Neng Laras sejak masih kecil. Ia tidak ingat usia gadis itu saat mulai tinggal bersama mereka, antara 3 sampai 5 tahun. Namun yang pasti kedua orang tuanya bercerai. Ibunya berangkat bekerja sebagai buruh migran.
"Anaknya lebih banyak bercerita masalah pribadinya ke teman-temannya kalau ke kami dia orangnya tertutup. Kalau soal uang dia tidak pernah berhitung, kami tidak pernah meminta dia lebih banyak inisiatif sendiri, sabun mandi, sabun cuci habis kalau gajian dia belanja. Kadang suka kasih uang, jadi tanpa dimintapun dia begitu sendiri," tuturnya.
Motor matic biru yang ditemukan bersama jasad Neng Laras teronggok di sudut ruangan dalam rumah, sesekali Mimih mengusap motor itu. "Ini nggak ada yang rusak, hanya seidkit di bagian depan," imbuhnya.
Serupa dirasakan Endud, kakek Neng Laras, ia kerap diberi uang oleh sang cucu tanpa diminta. "Setiap gajian kasih uang, dia selalu berbisik jangan kasih tau nenek katanya. Saya tertawa kalau ingat itu, padahal uangnya saya kasihkan juga ke neneknya," kata Endud.
"Saya sendiri jarang ngobrol sama Neng, karena dia kerja saya sudah di luar, kadang kalau pulang dia juga sudah istirahat katanya capek pulang kerja," lirihnya.
(sya/sud)