Neng Laras (22) ditemukan tak bernyawa di saluran air kering di pinggir jalan Ciheulang Tonggoh - Cirendeu, tepatnya tidak jauh dari kawasan permukiman warga di Kampung Palasari, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.
Pengamatan detikJabar dari lokasi penemuan jasad hingga kediaman korban di Kampung Cirendeu Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak hanya berjarak sekitar 2 sampai 3 kilometer. Kuat dugaan, kondisi saat itu Laras dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, hal itu juga terungkap dari keterangan Mimih, sang nenek.
"Semua tentang cucu saya akhirnya terungkap dari pacar dan temannya, karena ke saya ataupun kakeknya dia tidak cerita apapun, setiap pulang kerja masuk kamar alasannya capek," lirih Mimih, Senin(21/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita dimulai saat pada Minggu (13/10/2024), hari terakhir Mimih bertemu cucu kesayangannya itu. Ia melihat ada hal tak biasa, mata cucunya itu sembab, seolah seperti habis menangis. Mimih kala itu tidak bertanya lebih jauh karena seperti kebiasaan, Neng Laras tidak akan bercerita kepadanya. Neng Laras hanya berpamitan untuk bermain bersama teman-temannya.
Selepas itu, Neng Laras hilang, antara satu sampai dua hari kemudian seorang pria datang mengetuk pintu rumah. Mimih mengenalnya sebagai pacar cucunya, sudah 8 tahun mereka menjalin hubungan dekat.
"Pacaran itu selama 8 tahunan, dari SMP mau dinikahkan, Laras selalu menolak alasannya menunggu ibunya. 'Moal sugema eweh mamah mah, sok sedih' (Tidak akan bahagia kalau tidak ada mamah, suka sedih)," cerita Mimih menirukan ucapan Neng Laras kala diminta untuk segera menikah.
Diketahui, ibunda Neng Laras sendiri bekerja sebagai buruh migran, selepas bercerai dengan suaminya. Sejak usia sekitar 3 tahun, Neng Laras dibesarkan oleh pasangan Endud dan Mimih, kakek dan neneknya.
"Sekitar dua hari selepas cucu saya hilang pacarnya itu datang masih orang sini juga, dia menjelaskan katanya sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Neng Laras, sudah putus," sambung Mimih, kala itu pria itu juga menduga Neng Laras mungkin pergi bersama lelaki lain.
Saat itu, Mimih langsung bersikap kurang respek terhadap pria itu, pernyataan itu menjawab kecurigaannya tentang kondisi cucunya yang sembab. Putus dengan pacar membuat sikap cucunya itu sedikit ketus di hari terakhir pamit dari rumah.
![]() |
Sampai kemudian cerita bersambung selepas Neng Laras ditemukan tidak bernyawa, salah satu temannya yang datang melayat menceritakan pertemuan terakhir dengan gadis itu pada hari Minggu (13/10/024).
"Katanya main bulutangkis, bersama teman perempuannya (inisial U). Pada hari itu (Minggu), saat istirahat temannya itu sudah curiga kondisi cucu saya yang terlihat pucat. Setelah jam 12.00 WIB istirahat lalu pamit untuk pulang, sekitar jam 13.00 WIB, katanya jam 14.00 WIB sudah ada di rumah," ujar Mimih mengungkap kembali obrolan teman cucunya itu.
Ucapan Neng Laras ke temannya sempat menyinggung nama sang pacar. "Katanya hayu (ayo) pulang takut si (menyebut nama pacarnya) menjemput, katanya sedang main futsal. Cucu saya dan temannya itu pulang bareng, sampai daerah Karang Tengah berpisah di pertigaan Cirendeu selepas itu tidak melihat lagi," beber Mimih.
Tidak ada barang yang hilang saat jasad Neng Laras dan motornya ditemukan di dalam selokan air kering itu. Laras juga memang jarang sekali menggunakan perhiasan ketika keluar rumah.
"Ponselnya ada masih di polisi, tidak ada barang - barang yang hilang, dia memang jarang pakai perhiasan, uang semuanya ada, surat motor ada, dokumen pabrik ada," tutur Mimih.
Mimih juga mengungkap alasan kenapa menolak autopsi kala itu. "Saat ditanya kondisi saya tidak stabil, kemudian banyak yang bilang kasihan ke jasadnya akhirnya kami menolak dan memilih memakamkan Neng Laras," pungkas Mimih.
(sya/yum)