9 Fakta Menarik Batik yang Belum Banyak Orang Tahu!

9 Fakta Menarik Batik yang Belum Banyak Orang Tahu!

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Rabu, 02 Okt 2024 14:28 WIB
Membuat batik atau membatik
Ilustrasi batik (Foto: Pexels/esrageziyor)
Bandung -

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia. Dengan motif yang beragam dan makna filosofis yang mendalam, batik telah menjadi salah satu kekayaan bangsa yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tahun 2009. Setiap helai batik tidak hanya sekadar kain bercorak, melainkan juga menyimpan cerita panjang tentang sejarah, nilai seni, dan budaya yang kompleks.

Namun, di balik keindahan motif dan teknik pembuatannya, ada banyak hal tentang batik yang mungkin belum banyak orang ketahui. Dari asal-usul kata "batik" hingga fakta-fakta unik tentang pembuatannya, batik memiliki beragam sisi yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Artikel ini akan mengajak Anda untuk menelusuri lebih dalam 7 fakta menarik tentang batik yang mungkin tidak banyak orang tahu.

Baik sebagai pakaian sehari-hari, busana formal, hingga kain hiasan, batik kerap ditemui dalam berbagai kesempatan. Tetapi, tahukah Anda bahwa setiap motif batik memiliki makna khusus? Atau bahwa batik pernah menjadi alat tukar? Temukan jawaban dan cerita menarik lainnya dalam pembahasan berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta Menarik Batik

1. Batik Adalah Singkatan

Banyak yang mengira bahwa kata "batik" berasal dari bahasa Jawa atau bahasa kuno lainnya. Namun, ternyata kata "batik" adalah sebuah singkatan yang terbentuk dari dua kata: "amba" yang berarti menulis, dan "tik" yang berarti titik. Secara harfiah, batik bisa diartikan sebagai seni menulis dengan titik. Istilah ini merujuk pada teknik pembuatan batik dengan menggunakan canting, di mana pengrajin menggambar pola di kain menggunakan lilin panas yang diletakkan secara hati-hati, seolah-olah sedang menulis dengan titik-titik kecil.

Dari makna ini, kita bisa melihat bagaimana teknik batik benar-benar melibatkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi. Setiap garis dan titik-titik kecil tersebut menjadi bagian dari motif yang akhirnya membentuk sebuah pola yang indah. Hal ini juga menjelaskan mengapa batik tradisional biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan, karena setiap detailnya harus dikerjakan dengan sangat presisi.

ADVERTISEMENT

2. Batik Ada Sejak Zaman Majapahit

Sejarah batik di Indonesia tidak lepas dari pengaruh kerajaan-kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara. Salah satu jejak tertua dari batik ditemukan pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13. Pada masa itu, batik digunakan sebagai pakaian kebesaran raja-raja dan bangsawan. Bahkan, beberapa motif batik yang berkembang di Jawa Tengah hingga saat ini masih mempertahankan pola dan warna yang mirip dengan motif-motif dari masa Majapahit.

Pengaruh kebudayaan Hindu dan Buddha yang kuat pada zaman Majapahit juga tercermin dalam pola-pola batik klasik, seperti motif-motif wayang, flora, dan fauna yang terinspirasi dari cerita-cerita epos besar seperti Ramayana dan Mahabharata. Fakta ini menunjukkan bahwa batik bukan sekadar produk kain, tetapi juga mencerminkan bagaimana nilai-nilai estetika dan religius berbaur dalam seni visual masyarakat Jawa.

3. Batik Dijadikan Alat Tukar

Batik tidak hanya dihargai sebagai pakaian atau kerajinan tangan. Pada zaman dulu, batik bahkan pernah digunakan sebagai alat tukar atau barang barter. Nilai sehelai kain batik bisa setara dengan hasil pertanian, rempah-rempah, atau barang dagangan lainnya. Di beberapa daerah, batik dengan motif tertentu memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, sehingga dijadikan barang tukar dalam perdagangan antar pulau.

Selain itu, batik juga kerap dijadikan sebagai mahar atau persembahan dalam upacara adat. Tradisi ini masih bertahan di beberapa daerah, di mana kain batik diberikan sebagai simbol penghormatan atau sebagai tanda penghargaan kepada tamu kehormatan. Ini membuktikan bahwa nilai batik tidak hanya terletak pada estetika, tetapi juga memiliki makna ekonomi dan simbolis yang mendalam.

4. Ada Batik yang Dibuat di 3 Daerah (Batik Tiga Negeri)

Batik Tiga Negeri adalah salah satu jenis batik unik yang tidak dibuat di satu tempat saja. Sesuai namanya, proses pembuatan batik ini melibatkan tiga daerah yang berbeda, yaitu Solo, Lasem, dan Pekalongan. Masing-masing daerah ini memberikan sentuhan warna dan motif khas yang mencerminkan keunikan budaya dan teknik batik di setiap wilayah. Biasanya, Solo memberikan motif utama dengan warna biru atau sogan (cokelat), Lasem menambahkan warna merah khas, dan Pekalongan menyempurnakannya dengan warna cerah lainnya.

Proses pembuatan Batik Tiga Negeri membutuhkan waktu yang lama dan keterampilan yang sangat tinggi. Setiap tahapan pewarnaan harus dilakukan dengan hati-hati agar warna-warna yang dihasilkan tidak saling bercampur. Keindahan batik ini terletak pada harmoni warna dan motif yang mencerminkan perpaduan budaya dan teknik dari ketiga wilayah tersebut.

5. Batik Bukan Benda

Seringkali, orang menganggap batik sebagai produk kain dengan corak tertentu. Namun, secara terminologi, batik sebenarnya bukanlah sebuah benda melainkan sebuah proses. Proses ini melibatkan berbagai tahapan yang detail, mulai dari menggambar motif di atas kain dengan malam (lilin panas), pewarnaan, hingga penghilangan malam untuk menampilkan motif yang diinginkan.

Karena batik adalah sebuah proses, hasil akhirnya bisa berupa apa saja-bisa menjadi kain, pakaian, atau bahkan dekorasi dinding. Keindahan batik justru lahir dari ketelitian dalam proses pembuatannya. Setiap tahapan harus dilakukan dengan cermat agar motif yang dihasilkan tidak cacat atau rusak.

6. Batik Digemari Tokoh-tokoh Dunia

Popularitas batik tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Sejumlah tokoh dunia pernah terlihat mengenakan batik dalam berbagai kesempatan. Salah satu contohnya adalah Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan, yang dikenal sering mengenakan kemeja batik dalam acara formal maupun kasual. Bahkan, kemeja batik yang dikenakannya dikenal sebagai "Mandela Shirt" di Afrika Selatan.

Selain Mandela, tokoh-tokoh lain seperti Ratu Elizabeth II, Bill Gates, hingga desainer ternama Oscar de la Renta juga pernah menunjukkan kekaguman mereka terhadap batik. Kehadiran batik di panggung internasional ini tidak hanya menunjukkan keindahan batik, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai warisan budaya yang dihargai oleh masyarakat global.

7. Perajin Batik Berpuasa Sebelum Membatik

Di beberapa daerah, terutama di Yogyakarta dan Solo, para perajin batik memiliki tradisi unik sebelum mulai membatik. Mereka biasanya berpuasa atau melakukan ritual khusus untuk membersihkan diri dan memusatkan pikiran. Hal ini dilakukan agar proses membatik berjalan lancar dan motif yang dihasilkan sempurna.

Puasa atau laku spiritual ini dianggap sebagai bagian dari penghormatan terhadap seni batik itu sendiri. Bagi sebagian pengrajin, batik bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga sebuah ekspresi spiritual dan estetika yang membutuhkan kesucian hati dan ketenangan jiwa.

8. Motif Batik Menunjukkan Status Sosial

Di masa lalu, motif batik bukanlah sekadar hiasan pada kain, melainkan simbol status sosial seseorang. Beberapa motif batik hanya boleh dikenakan oleh keluarga kerajaan atau kaum bangsawan, seperti motif Parang dan Kawung. Bahkan, ada larangan khusus bagi masyarakat umum untuk mengenakan motif-motif tertentu, karena motif tersebut dianggap sakral dan hanya boleh dipakai dalam upacara-upacara tertentu.

Misalnya, motif Parang Rusak, yang melambangkan kekuasaan dan keberanian, hanya diperbolehkan bagi raja dan keluarga istana. Sedangkan motif Kawung, yang melambangkan kesucian dan keadilan, kerap dikenakan oleh para pemimpin spiritual atau pemuka masyarakat.

9. Batik Menjadi Salah Satu Penyumbang Devisa Terbesar Indonesia

Selain menjadi identitas budaya, batik juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri batik menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Melansir dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, batik juga memiliki nilai ekspor tinggi yang tumbuh pada semester I tahun 2020 di masa pandemi.

Nilai ekspor batik pada Januari hingga Juli 2020 mencapai US$21,54 juta, sedangkan dalam periode Januari hingga Juni 2019 angka tersebut berada di posisi US$17,99 juta. Pertumbuhan nilai ekspor batik ini disebabkan oleh semakin banyak diversifikasi dari produk batik. Berdasarkan potensi itulah industri kerajinan dan batik didukung sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi penopang agenda Pemulihan Ekonomi Nasional.

Negara yang menjadi pasar utama batik Indonesia antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Melihat potensi yang sangat besar, Pemerintah berkomitmen untuk terus berupaya membuka pasar-pasar baru pada skala global.

Tingginya permintaan batik di pasar internasional tidak hanya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi jutaan pengrajin batik di seluruh Indonesia. Ini membuktikan bahwa batik bukan hanya warisan budaya, tetapi juga aset ekonomi yang berharga bagi Indonesia.

Batik lebih dari sekadar kain bercorak indah. Ia adalah simbol identitas, warisan sejarah, dan refleksi nilai-nilai budaya yang mendalam. Dengan beragam motif dan filosofi yang melekat, batik akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Memahami fakta-fakta unik tentang batik bukan hanya membantu kita menghargai keindahannya, tetapi juga menjaga dan melestarikan warisan ini untuk generasi yang akan datang.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads