Tanda Tanya Kematian Sri Erni di Suriah

Round-Up

Tanda Tanya Kematian Sri Erni di Suriah

Tim detikJabar - detikJabar
Rabu, 02 Okt 2024 07:30 WIB
The dead womans body. Focus on hand
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Sukabumi -

Tak ada yang menyangka, kepergian Sri Erni Juniarti (42) dua tahun lalu untuk pergi bekerja di Suriah, bakal berakhir tragis. Warga asal Kampung Cimaja, Desa Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi itu dilaporkan tewas di tempat kerjanya.

Hal ini menyisakan tanda tanya besar bagi keluarga yang ditinggalkannya. Terlebih sejak keberangkatannya, Erni baru mengabari suami dan tiga anaknya, 8 bulan kemudian.

"Berangkatnya tahun 2022, tepatnya kapan tanggal dan bulannya saya kurang tahu. Dengan keluarga saya, dia tidak pamitan, hanya ke keluarga ibunya. Saya sendiri baru tahu bahwa dia di Suriah setelah setahun keberangkatannya," kata Bambang Permadi (34), keponakan Erni, kepada detikJabar, Sabtu (28/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bambang mendapatkan kabar tewasnya korban pada 19 September. Ia dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai petugas KBRI di Suriah. "Dikabari petugas KBRI pada tanggal 19 atau 20 bulan ini, bahwa dia meninggal dunia. Katanya meninggal karena terjatuh saat bekerja hingga mengalami pendarahan di otak," ujar Bambang.

Penyebab kematian Erni juga memicu kecurigaan keluarganya. Terlebih setelah membaca informasi terbaru mengenai penyebab kematiannya, yang diterima dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

ADVERTISEMENT

"Kabar pertama yang saya terima dari Pak Baehaki, pihak Kemenlu, mengatakan bahwa Sri Erni meninggal dunia pada tanggal 14 (September) karena pecah pembuluh darah akibat terjatuh saat bekerja. Terbaru, saya menerima surat dari Kemenlu yang menyatakan bahwa Sri Erni meninggal akibat pecah pembuluh otak karena tekanan darah tinggi yang parah dan tidak sempat ditangani atau diobati dengan baik," kata Bambang kepada detikJabar, Selasa (1/10/2024).

Bambang menambahkan bahwa di hari sebelum meninggal, Sri Erni sempat curhat melalui pesan WhatsApp bahwa ia dianiaya oleh majikannya. "Mbak Sri pernah bilang kalau dia dipukul majikannya pakai panci di kepala hingga berdarah. Ini yang membuat kami semakin yakin ada yang janggal dengan kematiannya," ungkap Bambang.

Bambang menunjukkan surat dari Kemenlu yang memiliki kop resmi dengan logo dan tulisan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Surat itu bersifat terbatas dan memuat informasi termasuk kronologi kematian Sri Erni.

"Ini sangat janggal karena setahu saya, Mbak Sri selama hidupnya tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Harapan kami agar ini diusut tuntas, dan hak-hak almarhum bisa dipenuhi karena dia meninggalkan tiga anak yang masih kecil," ujar Bambang.

Dalam surat yang ditanda tangani oleh Fajar Nuradi, Pelaksana Harian (Plh) Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Erni meninggal dunia pada 14 September 2024 setelah mengalami sakit kepala hebat dan pingsan saat bekerja di rumah majikannya.

Sri Erni Santi diketahui lahir di Sukabumi pada 14 Juni 1982 dan bekerja di Suriah sejak beberapa tahun terakhir. Meski telah mendapatkan pertolongan pertama dan pemeriksaan oleh dokter, nyawa Sri tidak terselamatkan.

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan forensik di Rumah Sakit Al-Qardaha, Lattakia, menunjukkan penyebab kematiannya adalah pendarahan hebat di otak yang menyebar ke ventrikel otak. Kondisi ini diduga dipicu oleh tekanan darah tinggi yang parah atau pecahnya aneurisma otak yang tidak tertangani. Jenazahnya kemudian dibawa ke Rumah Sakit Al-Qardaha untuk pemeriksaan lebih lanjut sebelum pemakaman atau pemulangan dilakukan.

"KBRI Damaskus telah melakukan konfirmasi langsung dengan mendatangi rumah majikan almarhumah. Berdasarkan informasi yang diperoleh, almarhumah sering mengeluhkan sakit kepala sebelum peristiwa tersebut terjadi," demikian tertulis dalam surat tersebut.

Sementara itu, Laras Pratiwi, adik dari Bambang, menyebut almarhumah terakhir kali berkomunikasi pada tanggal 14 September 2024, sekitar pukul 16.08 WIB. Dalam surat dari Kemenlu disebutkan bahwa Sri Erni meninggal dunia pada hari yang sama, sekitar pukul 16.30 waktu setempat.

Berdasarkan pengecekan detikJabar, pukul 16.30 waktu Suriah berarti pukul 20.30 WIB di Indonesia, mengingat ada selisih waktu 4 jam antara Suriah dan Indonesia. Suriah berada di zona waktu EEST (Eastern European Summer Time) atau UTC+3, sementara Sukabumi berada di zona waktu WIB (Waktu Indonesia Barat) atau UTC+7. "Setelah pukul 16.08 , Mbak Sri menghilang, tidak ada lagi pesan atau komunikasi," tutur Laras.

"Saya sangat syok mendengar kabar itu, apalagi setelah mendengar dari kakak (Bambang) bahwa terakhir kali Mbak Sri diduga disiksa. Beberapa hari kemudian, kami mendapat kabar bahwa ia meninggal dunia," tambah Laras.

Selain curiga ada kejanggalan dalam kematian Sri Erni, keluarga juga berharap sponsor yang membawa Sri Erni bekerja di luar negeri bertanggungjawab. Pihak keluarga bahkan disebut sudah membuat laporan polisi terkait hal itu.

"Harapan keluarga, yang membawa sponsornya itu bisa ditangkap. Terus, jenazah almarhum juga bisa segera dipulangkan ke Indonesia, kami sudah melapor ke polisi," kata Laras kepada detikJabar, Selasa (1/10/2024).

Laras menyebut, informasi mengenai sponsor yang memberangkatkan Sri Erni masih simpang siur. Keluarga hanya mendengar dari beberapa teman Sri bahwa sponsor berasal dari wilayah Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Namun, kepastian soal kebenaran informasi itu belum jelas.

"Dengar-dengar sih, katanya sponsornya dari Cikembar. Tapi saya belum tahu pasti, belum jelas apakah informasi itu benar atau tidak. Soalnya sempat ada cerita dari teman-temannya bahwa almarhumah sempat menginap di rumah sponsor itu," ungkap Laras.

Selama ini, menurut Laras, Sri Erni tidak pernah bercerita mengenai siapa sponsornya ataupun bagaimana ia bisa berangkat ke Suriah. Sebelumnya, Sri Erni pernah bekerja di luar negeri. Laras mengingat bahwa saat itu almarhumah pernah bekerja di Arab Saudi sekitar belasan tahun lalu, saat anak-anaknya masih kecil.

Keluarga merasa sangat kehilangan, apalagi hubungan mereka dengan almarhumah sangat dekat. Laras mengakui bahwa dia juga pernah mengurus anak pertama Sri Erni yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. "Kami memang dekat, tapi karena saya sibuk, kami sempat lost contact. Saya juga pernah mengurus anak pertamanya. Jadi anak pertamanya itu seperti adik saya sendiri," ungkap Laras.

Selain berharap sponsor yang memberangkatkan Sri Erni segera ditangkap, keluarga juga ingin agar kasus ini cepat ditangani oleh pihak berwenang. "Keluarga berharap kasus ini bisa segera ditangani dengan cepat dan tuntas. Kami ingin keadilan bagi almarhumah," tutup Laras.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP Ali Jupri membenarkan adanya laporan yang dibuat oleh keluarga almarhumah Sri Erni. "Kami sudah menerima laporan pengaduan, selanjutnya kami akan mengundang sejumlah pihak untuk dimintai keterangan," singkat Ali.

(aau/iqk)


Hide Ads