Angka stunting di Indonesia masih tinggi, dari data Kemenkes tahun 2023 angka stunting mencapai 21,5 persen, angka itu turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yakni 21,6 persen.
Bahkan di Jawa Barat sendiri angka stunting masih ada di atas prevalensi nasional yakni 21,7 persen di tahun 2023. Bahkan angka itu naik 1,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 20,2 persen.
Seorang dokter asal Kota Bandung Dr Theresia Monica Raharjo mengatakan, penanganan stunting bisa dilakukan dengan cara sederhana, salah satunya dengan memanfaatkan daun kelor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua bagian dari pohon kelor bisa dimanfaatkan, tapi yang paling banyak dan bagus komposisi nutrisinya ada di daun kelor," kata Theresia kepada detikJabar di Bandung, Sabtu (28/9/2024).
Theresia atau karib disapa Dok Mo yang juga merupakan penulis buku 'Daun Kelor, Stunting dan Ketahanan Nasional' ini mengungkapkan, mengapa daun kelor disebut jitu untuk menekan angka stunting karena sudah banyak dilakukan penelitian terhadap daun kelor itu sendiri.
"Daun kelor banyak nutrisi dan anti oksidan, berdasarkan penelitian daun kelor ini bisa membantu kondisi stunting dan juga untuk sumber nutrisi, banyak penelitian lain tengah melakukan penelitian untuk cancer, hingga penyakit degeneratif. Jadi manfaatnya luar bisa," ungkap Dok Mo.
Dok Mo menyebut, penelitian daun kelor untuk atasi stunting sudah banyak dilakukan. Penelitian di dalam negeri sendiri ada satu penelitian di Yogyakarta dengan sasaran anak kurang gizi, suplemen dari kelor dapat meningkatkan berat badan dan juga mengatasi kondisi kurang darah, kurang sel darah merah atau anemia.
"Saya juga sudah melakukan penelitian terhadap pasien kritis saya dan saat ini penelitian baru saya lakukan terhadap pasien pre diabetes," tuturnya.
"Pre diabetes adalah, sebelum orang itu menderita diabetes, orang itu ada pada periode kadar gulanya di atas normal, tetapi belum menunjukam gejala seperti orang diabetes. Bila pasien diabetes kita berikan kelor serbuk dengan dosis tertentu maka kadar gula bisa terjaga dengan baik dan harus dibarengi dengan asupan makanan yang baik," terang Dok Mo.
Konsisten Sosialisaikan Daun Kelor untuk Stunting
![]() |
Dok Mo menjelaskan, sebagai dokter tidak hanya menyembuhkan orang sakit saja, dokter jebolan FK Maranatha dan FK Unpad ini menyarankan agar daun kelor dimasukkan pada penanganan stunting dan jadi perogram pemerintah.
"Pohon kelor ini mudah tumbuh, terutama di daerah tropis di mana ada musim kemaraunya. Pada saat panas justru nutrisi yang dihasilkannya itu sangat banyak," tuturnya.
Selain mudah tumbuh, pohon kelor juga sangat bandel, dalam setahun pohon ini bisa tumbuh 1-3 meter pada ketinggian 600 Mdpl, semakin panas suhunya, pohon kelor semakin senang meski tumbuh di wilayah yang suhunya mencapai 33 derajat Celcius
"Kandungan anti oksidan dan nutrisi yang dihasilkan semakin besar jika semakin panas terpapar matahari," tuturnya.
Dok Mo mengaku, karena angka stunting nasional masih tinggi, sehingga membuat dirinya tergerak terus sosialisasikan daun kelor untuk menekan angka Stunting.
"Pertama saya sangat konsen karena angka stuunting di Indonesia sangat tinggi, pada tahun 2022 sekitar 21,6 persen dan penurunan masih sedikit di 2023 masih di 21 persen sedangkan target di 2024 ada di angka 14 persen dan belum tercapai," tuturnya.
Dok Mo juga mengungkap, mengapa dirinya konsen dalam hal ini, karena kita ketahui jika stunting tidak hanya berefek pada tinggi badan yang lebih rendah, tapi stunting juga dapat menyebabkan kecerdasan tidak maksimal.
"Angka IQ anak stunting 10 poin lebih rendah dari anak-anak yang normal, sehingga mempengaruhi nanti cita-cita indonesia emas 2024, akan terjal kita mencapainya," tuturnya.
Cara Mengolah Daun Kelor
![]() |
Banyak cara yang bisa dilakukan mayarakat dalam mengolah daun kelor, salah satunya dapat digunakan sebagai bahan makanan. Bahkan juga bisa menjadi tanaman ekonomis dan bernilai jual tinggi jika sudah diolah menjadi produk UMKM.
Pohon kelor dapat tumbuh di lahan terbatas, bahkan bagi Dok Mo sendiri dia dapat menanam pohon ini di pojok halaman rumah dan di dua pot berukuran besar dan disimpan di belakang rumahnya. Jika daun kelor itu digunakan sebagai bahan makanan, kita tinggal memetiknya.
"Kita dapat langsung mengambil daun dan diolahnya, ibu-ibu rumah tangga bisa mengolahnya jadi sayur bening kelor, di dalam daun itu memiliki kandungan vitamin C dan E," ujarnya.
Jika digunkan untuk sayur bening, Dok Mo meminta jika daun kelor ini dimasukkan ke dalam sayur setelah air mendidih. Hal itu dilakukan supaya nutrisi dari daun kelor itu tidak berkurang.
"Daun itu dimasukkan setelah air mendidih, jangan sampai terpapar suhu tinggi yang lama. Bisa dicampur juga misalnya, kita suka makan mie atau makanan kuah lainnya itu bisa dicampur, kita masukan setelah airnya panas," ucapnya.
Daun kelor ini juga bisa dijadikan teh, biasanya air yang digunakan untuk membuat teh bisa mencapai 90 derajat Celcius, simpan air panas itu selama satu menit lalu dimasukkan daun kelornya.
"Dibuat lalapan juga bisa, tapi kalau terlalu banyak akan sedikit pahit, tapi untuk anak bisa dikeringkan dulu bisa di sinar matahari asal diberi penutup supaya tidak ada lalat atau binatang kotor yang menclok di atasnya, setelah itu dikeringkan dan setelah kering dihaluskan, kita masukan entah buat teh atau makanan lainnya," tutur adik Mo.
Daun kelor juga bisa dimanfaatkan sebagai ketahanan pangan keluarga, di mana ketahanan pangan, sangat erat dengan stunting. "Indonesia negara kepulauan, mungkin Stunting sulit diatasi atau sulit turun adalah akses makanan bergizi bagi masyarakat masih sulit," ujarnya.
Dok Mo mengajak kepada seluruh mayarakat Indonesia menanam pohon kelor, minimal satu rumah satu pohon kelor.
"Okelah, keluarga itu sudah ada makan bergizi, berarti bisa menyimpan dan membelikan makanan lebih baik, kalau kurang daun kelor bisa mencukupi kebutuhan gizi tinggal petik di halaman rumah, jadi," tuturnya.
"Kalau tak ada tanah di rumah bisa gunakan tamah komunal milik desa, tinggal dibagi, bahkan kalau tanahnya luas itu bosa dibuat jadi produk UMKM," pungkasnya.
(wip/yum)