Beredar sebuah video yang memperlihatkan sejumlah siswa berseragam SMP melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan beralaskan plastik terpal berwarna biru.
Dalam video itu, tidak ada kursi atau pun meja untuk mereka belajar. Mereka duduk lesehan untuk mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
Video siswa melakukan KBM beralas akan plastik terpal itu disebutkan ada di salah satu SMP negeri yang ada di Kota Bandung yakni SMPN 60 Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJabar mencoba mengecek kebenaran video tersebut. Setelah ditelusuri video itu benar adanya dan merupakan siswa SMPN 60 Bandung. Namun sayang detikJabar tidak melihat para siswa belajar langsung karena jadwal masuknya di siang hari.
"Benar, video itu siswa kami," kata Rita Nurbaini, Humas SMPN 60 Bandung saat ditemui detikJabar, Jumat (27/9/2024).
Sebetulnya, kata Rita, bukan tidak ada kursi dan meja untuk para siswa ini belajar. Kursi dan meja bantuan dari Disdik Kota Bandung ada tersimpan di teras sekolah. Kursi dan meja itu tidak digunakan karena siswa SMPN 60 Bandung menumpang di bangunan sekolah SDN 192 Ciburuy, Regol, Kota Bandung.
"Siswa ada 9 rombel, tapi kelas ada 7 rombel, jadi mau tidak mau ketika pembelajaran 7 (rombel) masuk yang diluar 2 (rombel), 7 ini semua ruangannya milik SD. Kecuali kursi meja kita dikasih dinas, kursi meja, barang kaya laptop ada, cuman ruangan saja enggak ada," ungkap Rita.
![]() |
Rita mengatakan, kondisi seperti ini terjadi sejak 2018 atau sejak sekolah ini didirikan. "Sekolah ini didirikan karena keinginan masyarakat, di sini masyarakat padat dan banyak, jadi zonasi sudah berlaku untuk mengikuti zonasi dari sini ke SMP yang sudah ada seperti SMPN 11, 3 dan 10, jaraknya bisa 3-5 KM," ungkapnya.
Rita sebut saat ini ada sekitar 270 siswa SMPN 60 Bandung yang terbagi pada dua rombel untuk kelas 7, empat kelas untuk kelas 8 dan kelas 9 tiga.
"Siswa kurang lebih 270an ya," ujarnya.
Rita mengatakan selama ini orang tua dan juga murid kerap menanyakan kapan gedung sekolah dibangun. Beberapa pihak juga sudah menyatakan akan mengupayakan pembangunan.
"Mereka memang menuntut kapan sekolahnya dibangunkan, tapi kalau kunjungan dinas sama sarpras sudah ke sini dan mengatakan siap mengupayakan," terangnya.
"Mungkin karena harga, harganya memang kalau di Kecamatan Regol cukup mahal, sudah ada yang dibidik cuman deal atau tidaknya saya tidak tahu," kata dia menambahkan.
Tak hanya itu, ruangan guru, kepala sekolah, TU pun dijadikan satu. Hal terjadi karena tidak ada lagi ruangan yang bisa ditempati.
"Semua ruangan milik SD, ini ruang kepala sekolah, ruang TU, rumah guru dan barang. Perpustakaan kita gunakan perpustakaan digital, karena mau disimpan di mana gak ada ruangan," pungkasnya.
(wip/dir)