Potensi gempa megathrust mendorong banyak pihak di Kota Tasikmalaya membenahi sistem mitigasi bencana.
Salah satunya adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Belakangan animo untuk membenahi kesiapsiagaan bencana meningkat.
Hal ini diapresiasi oleh BPBD Kota Tasikmalaya, dengan memfasilitasi pembenahan kesiapsiagaan bencana di sekolah-sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu ini kami sambut baik, kesiapsiagaan dan mitigasi bencana sangat penting, terutama di sekolah-sekolah, dimana ada banyak orang yang beraktivitas di sana," kata Koordinator Unit Reaksi Cepat BPBD Kota Tasikmalaya, Harisman, Selasa (17/9/2024).
Meski animo meningkat, tapi masih banyak sekolah di Kota Tasikmalaya yang belum memperhatikan kesiapsiagaan menghadapi bencana di sekolahnya.
"Tak lebih dari separuh lembaga pendidikan di Kota Tasikmalaya yang sudah menerapkan SPAB (satuan pendidikan aman bencana), jadi memang masih banyak yang belum," kata Harisman.
Dia mengatakan penerapan SPAB menjadi kewajiban setiap lembaga pendidikan. Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun 2019.
"SPAB ini tujuannya meningkatkan kemampuan sumber daya di satuan pendidikan dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana. Selain itu untuk memberikan perlindungan dan keselamatan bagi peserta didik dan tenaga kependidikan," kata Harisman.
Menurut dia, sekolah harus sudah paham apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Selain terkait kesiapan SDM, kondisi sarana prasarana juga harus sudah disiapkan.
Dia mencontohkan banyak bangunan sekolah dua lantai yang akses tangganya dianggap kurang memadai, sehingga bisa membahayakan saat melakukan evakuasi. Selain itu tak jarang pula, area titik kumpul evakuasi justru dijadikan area parkir. "Hal-hal teknis semacam ini harus diperhatikan," kata Harisman.
Terkait isu atau prediksi potensi gempa megathrust, Harisman mengatakan, hasil penelitian para ahli itu harus disikapi dengan bijaksana.
"Kita tak tahu kapan itu terjadi dan semoga saja itu tak terjadi, tapi kita harus bijaksana menyikapinya, yakni dengan cara melakukan upaya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana," kata Harisman disela melakukan pemeriksaan fasilitas peringatan darurat di SLB Bahagia Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
"Ya sengaja kami undang BPBD untuk melakukan pemeriksaan sistem peringatan dini di sekolah kami," kata Tarlan, Pembina Yayasan SLB Bahagia Tasikmalaya.
Dari hasil inspeksi diketahui salah satu lampu tanda bahaya di salah satu ruangan kelas tak berfungsi. Selain sirine, di SLB juga dipasang lampu tanda bahaya. Lampu ini bertujuan untuk memberi tanda bahaya kepada siswa tuna rungu.
"Anak-anak kami ini kan anak-anak luar biasa, sehingga penanganan atau kesiapsiagaannya pun harus luar biasa. Misalnya yang tuna rungu kan tidak bisa mendengar sirine, sehingga diberi lampu bahaya," kata Tarlan.
Dia menambahkan dengan inspeksi yang dilakukan oleh BPBD ini, pihak sekolah diingatkan kembali terkait apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana.
"Jangan sampai kita dan guru-guru bingung atau gagap ketika terjadi bencana," kata Tarlan.
(mso/mso)