Menakar Kesiapsiagaan Sukabumi Hadapi Potensi Megathrust dan Tsunami

Menakar Kesiapsiagaan Sukabumi Hadapi Potensi Megathrust dan Tsunami

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 15 Sep 2024 15:00 WIB
Alat peraga waspada tsunami di wiayah pesisir Pantai Kecamatan Cikakak, Kbupaten Sukabumi
Alat peraga waspada tsunami di wiayah pesisir Pantai Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Berbagai alat peraga kewaspadaan terhadap potensi tsunami tersebar di sejumlah titik di wilayah Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tiap tanggal 26 setiap bulannya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi juga melakukan uji coba Early Warning System (EWS), alat deteksi tsunami.

Puluhan Desa Tanggap Bencana (Destana) dibentuk di beberapa desa, sosialisasi juga digelar hingga ke sekolah-sekolah. Terkini BPBD juga menyebar edaran kewaspadaaan, edaran itu melanjutkan surat serupa dari pemerintah Propinsi Jawa Barat yang berasal dari BNPB.

"Soal kesiapsiagaan menghadapi potensi Megathrusrt kemudian tsunami, bahwa prediksi waktu tidak bisa diprediksi hanya bagaimana kita mengedukasi bahwa itu mungkin akan terjadi tetapi kita sudah waspada setidaknya dan mengetahui langkah-langkah mitigasi kebencanaan jadi masyarakat bisa menggambarkan bahwa ini memang akan terjadi walaupun waktu kejadiannya belum bisa ditentukan," kata Deden Sumpena kepada detikJabar, Minggu (15/9/2024) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait surat edaran yang baru-baru ini disebar pihaknya untuk para camat, Deden menjelaskan bahwa surat itu bertujuan untuk merespon informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Terkait kesiapsiagaan beberapa wilayah Zona Megathrust Indonesia yang diperkirakan berpotensi terjadinya gempa besar dan tsunami.

"Sebatas kewaspadaaan, kita dasarnya informasi itu dari pusat dari BNPB, kita melanjutkan informasi yang disampaikan pak gubernur," ungkap Deden.

ADVERTISEMENT

Deden mengatakan meskipun kapan waktu bencana terjadi tidak bisa diprediksi, pihaknya secara masif terus melakukan langkah-langkah yang diperlukan. Poin-poin soal itu juga tercantum dalam edaran tersebut, diantaranya EWS sebagai lat peringatan dini, tempat atau titik berkumpul dan secara rutin melakuan edukasi.

"Hari ini sudah di 60 desa melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP), desa-desa tersebut sudah berstatus Destana semua. Kemudian melalui program BNPB banyak desa di sempadan pantai melalui program-program yang ada," ujar Deden.

"Kebetulan hari ini juga kita sosialisasi di sekolah-sekolah, sudah ada di 30 sekolah berbagai tingkatan kita masif melakukan sosialisasi kesiapsiagaan menghadapi bencana di 2 bulan terakhir ini," sambungnya.

EWS sebagai informasi dini akan terjadinya tsunami dijelaskan Deden juga rutin diuji coba setiap satu bulan satu kali di wilayah pesisir. Menurutnya semua dalam kondisi baik.

"Hari ini kita tambah lagi, alat pendeteksi ketinggian air di sungai. Untuk EWS tiap tanggal 26 kita lakukan uji coba di beberapa titik. Memastikan semuanya berfungsi dengan baik," pungkas Deden.

DIketahui, beberapa waktu lalu Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sukabumi, Agung Saptaji mengatakan peneliti ahli kegempaan sudah memperkirakan potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan wilayah lainnya.

Untuk wilayah Sukabumi, BMKG mengungkapkan bahwa terdapat dua segmen megathrust di selatan Sukabumi, yaitu megathrust Selat Sunda dan Central West Java. Megathrust Selat Sunda memiliki periode ulang sekitar 297 tahun tanpa kejadian gempa merusak yang mengakibatkan tsunami.

"Ini penting untuk diketahui masyarakat. Meskipun ada potensi gempa besar, warga tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa," ujar Agung Saptaji.

BMKG juga menjelaskan bahwa setiap daerah memiliki karakteristik gempa dan tsunami yang berbeda-beda. Tingkat kerusakan dan jarak masuknya tsunami ke daratan bergantung pada karakteristik pesisir pantai dan jarak dari pusat gempa.

"Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Semakin dekat dengan pusat gempa, semakin besar tingkat kerusakannya. Tsunami juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada pesisir pantainya. Pantai yang landai biasanya akan membuat tsunami masuk lebih jauh ke daratan, sedangkan pantai yang curam akan membatasi jarak masuknya tsunami," papar Agung.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads