Berbagai upaya dilakukan berbagai pihak untuk tetap mempertahankan profesi petani tetap ada. Salah satunya yang dilakukan Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (Jamtani).
Saat ini, profesi petani di wilayah Pangandaran mulai berkurang. Meski demikian mereka (petani) masih didominasi kalangan tua.
Untuk mempertahankan keberlanjutan dunia pertanian, Jamtani menggandeng pemuda di Pangandaran untuk mempertahankan profesi sebagai petani. Di samping itu, melakukan inovasi agar para petani tidak hanya berfokus pada menanam padi agar ketahanan pangan terjaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama (Dirut) Jamtani Kustiwa Adinata, mengatakan saat ini kondisi pertanian di Indonesia cukup mengkhawatirkan, sehingga harus ada inovasi dan menggandeng petani muda untuk menjadi agen perubahan. Terlepas bagaimana bisa melibatkan pemuda khususnya dalam konteks dampak negatif perubahan iklim.
"Nah, salah satu kegelisahan kami bahkan pemerintah di seluruh dunia adalah krisis pangan akan terjadi dengan berbagai persoalan-persoalan yang muncul pada hari ini," kata Kustiwa, Kamis (12/9/2024).
Persoalan-persoalan yang muncul, kata dia, diantaranya tentang peningkatan permukaan air laut, temperatur yang semakin tinggi.
"Bahkan, Presiden Jokowi beberapa Minggu lalu sudah menyatakan dengan menyebut jika kondisi iklim yang tidak baik akan mengancam kekurangan air. Dimana, suhu sampai 50 derajat, beberapa negara sudah mengalami hal itu," terangnya.
Menurutnya, jika seandainya para pemuda ini tidak terlibat dan selama ini ketertarikan pemuda semakin rendah di sektor pertanian. Maka, itu sangat memprihatinkan.
"Untuk itu, kami melakukan suatu ide untuk bagaimana mereka terlibat dengan mempunyai nilai yang menarik buat mereka. Tentu, hal ini dalam konteks ekonomi," ucapnya.
Ia mencontohkan, keterlibatan pemuda di dunia pertanian akan sangat berpengaruh. Apalagi, menurut dia, pasca panen, termasuk panen dan pasar. Sehingga, nilai rantainya bisa dipahami mereka dan di situ bisa mengambil kesempatan.
Dengan demikian setelah mereka tertarik, satu aktivitasnya adalah bagaimana mereka memikirkan di sektor hulu. Untuk sektor hulu, jika melihat saat ini yang petani bergulat dengan panas, berlumpur dan sebagainya itu tentu bakal tidak menarik buat mereka.
"Akhirnya, kita kemas dalam bentuk seperti sektor hulu digitalisasi pertanian. Kemudian keterlibatan dalam teknologi - teknologi yang sifatnya lebih ke tepat guna seperti salah satunya dengan menggunakan drone untuk penyemprotan," ucapnya.
"Nah, ini yang ingin kita promosikan ke para pemuda. Tidak perlu malu menjadi petani karena petani akan membanggakan," sambung dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana di Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Restu Gumilar mengatakan, peran pemuda tani ini memang sangatlah diharapkan dalam perkembangan pertanian ke depan.
"Apalagi, kita dihadapkan dengan realita bahwa ke depan pertanian itu dihadapkan dengan tantangan global perubahan iklim, dan potensi terjadinya darurat pangan," katanya.
Makanya, peran pemuda tani ini sangat diperlukan untuk memberikan inovasi - inovasi untuk bagaimana merubah pertanian itu menjadi lebih menarik.
"Tentu di antaranya dengan terobosan - terobosan penggunaan teknologi dan jejaring sosial. Karena, pemuda biasanya lebih melek teknologi dan lebih kekinian," ucap Restu.
Baca juga: Jelajah Surga Ikan Nila Rangu di Ciamis |
Ia mengatakan profesi petani di Pangandaran memang saat ini mulai berkurang. Bahkan, kata dia, orang yang punya garapan sawah di wilayah Parigi, mereka meminta bantuan garapan kepada kecamatan sebelah.
"Ya gitu, misalkan saya punya sawah di Parigi, untuk membantu menggarap meminta ke daerah lain beda kecamatan untuk petaninya. Sekarang sudah gitu," katanya.
Padahal, menurut dia, permintaan tanah garapan sawah di Pangandaran cukup banyak. Tetapi tak banyak yang bisa menggarap semuanya. "Yah yang menggarapnya sedikit," katanya.
(yum/yum)