Perjuangan Lutfie, Bocah Sukabumi Harus Cuci Darah gegara Idap Talasemia

Perjuangan Lutfie, Bocah Sukabumi Harus Cuci Darah gegara Idap Talasemia

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 16 Agu 2024 18:14 WIB
Dialysis machine is working. Acting as a substitute for the kidneys to drive waste from the body.
Ilustrasi cuci darah (Foto: Getty Images/iStockphoto/saengsuriya13).
Sukabumi -

Lutfie Sakhie Zaidan, bocal asal Kabupaten Sukabumi harus melawan getirnya kehidupan. Di usianya yang masih 8 tahun, ia sudah harus berulangkali cuci darah di rumah sakit akibat penyakit talasemia yang diidapnya sejak lahir.

Lutfie merupakan anak ketiga dari pasangan Dede Erwan (34) dan Dede Suherti (30), warga Kampung Mekarjaya, Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.

Dikutip dari detikHealth, Talasemia atau Thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik yang mempengaruhi produksi hemoglobin dan sel darah merah. Penderita thalasemia akan memiliki sel darah merah dan hemoglobin dengan kadar yang terlalu sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, pengidap thalasemia akan mengalami sejumlah gejala seperti penyakit kuning, nyeri dada hingga masalah pernapasan. Berbagai komplikasi lainnya juga bisa timbul.

Kepala Desa Nyalindung Asep Supriyadi mengatakan, Lutfie mengidap Talasemia sejak lahir. Biasanya ia harus cuci darah sebulan sekali, namun beberapa waktu terakhir intensitas cuci darah pun menjadi lebih sering tiap dua minggu sekali.

ADVERTISEMENT

"Anak itu mengidap penyakit Talasemia sejak lahir. Sekarang sekolah kelas 2 sekolah SD yang ada di Kecamatan Nyalindung," kata Asep saat ditemui di Kantor Desa Nyalindung, Jumat (16/8/2024).

"Jika terlambat melakukan transfusi darah, biasanya terlihat lemas. Kalau nggak bagian kuku tangannya terlihat berubah warnanya jadi kuning," sambungnya.

Asep menuturkan, keluarga Lutfie berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Sang ayah disebut bekerja sebagai buruh bersih-bersih di kantor kecamatan.

"Bapaknya itu kerja sebagai OB di kantor kecamatan. Jadi penghasilan ekonominya masih kurang," kata dia.

Biaya pengobatan untuk cuci darah Lutfie selama ini sudah ditanggung oleh BPJS. Meski demikian, keluarga Lutfie masih membutuhkan uluran tangan untuk biaya akomodasi ke rumah sakit. Terlebih jarak dari rumah Lutfie ke rumah sakit mencapai 83 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam.

"Bantuan dari pemerintah untuk biaya pengobatan sudah ditanggung BPJS. Jadi kalau cuci darah itu ke RS Bhayangkara atau RS Setukpa Polri di Kota Sukabumi. Kalau dulu, biasanya transfusi darahnya sebulan sekali. Nah, sekarang kata orang tuanya dua minggu sekali," jelasnya.

Selain kesulitan biaya, stok darah bagi Lutfie pun seringkali kurang. Asep menuturkan, biasanya dia berkoordinasi dengan komunitas PMI Sukabumi dan media sosial untuk kebutuhan darah Lutfie.

"Lutfie itu golongan darahnya AB, setiap ada kebutuhan darah kita share ke teman-teman. Hari ini kita dua minggu sekali kewalahan, karena memang stok darah di Kabupaten Sukabumi agak susah ya, menipis stoknya. Tadi juga saya nanya ke PMI, memang untuk kebutuhan darah di Sukabumi sangat banyak, khususnya bagi penderita thalasemia," ungkapnya.

Atas kondisi tersebut, pihaknya berharap agar ada uluran tangan bagi keluarga Lutfie. "Karena mungkin dari gaji honor bulanan juga nggak begitu mencukupi, sedangkan dia juga ada beban ketika kekurangan darah, harus mencari kemana-mana," kata dia.

"Memang itu yang jadi persoalan kadang-kadang hampir tiap dua minggu sekali, dia keluh kesah dengan stok darah di Sukabumi. Kadang-kadang dia membayar mereka yang memang minta uang bensin, kadang-kadang minta transport kan jauh. Kemampuan Pemdes terbatas, saya berharap adanya uluran tangan dari para dermawan untuk proses pengobatan Lutfie ini," tutupnya.




(mso/mso)


Hide Ads