10 Puisi Kemerdekaan RI, dari Chairil Anwar hingga Penyair Terkini

10 Puisi Kemerdekaan RI, dari Chairil Anwar hingga Penyair Terkini

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Jumat, 16 Agu 2024 14:00 WIB
Ilustrasi puisi kemerdekaan
Ilustrasi puisi kemerdekaan (Foto: Dok. iStock)
Bandung -

Setiap tanggal 17 Agustus, segenap rakyat Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan negeri ini. Lagu-lagu digemakan, puisi dibacakan, semuanya bertujuan untuk meneguhkan semangat kebangsaan agar terus berkobar, meski kini rakyat telah tepaut waktu yang jauh dari peristiwa perjuangan tahun 1945.

Sering terdengar teriakan nyanyi: "Tujuh belas Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita!", lirik lagu berbasis puisi yang ditulis komponis kenamaan Indonesia, Sayyid Husein Mutahar. Lagu berjudul "Hari Merdeka" itu seakan menjadi mantra wajib saat peringatan hari kemerdekaan, hingga kini.

Ada banyak seniman, penyair, penulis lagu, yang menulis puisi tentang kemerdekaan Indonesia. Selain Sayyid Husein Mutahar yang menulis "Hari Merdeka", ada pula penyair ternama Chairil Anwar yang menulis berkaitan dengan masa-masa perjuangan rakyat Indonesia meraih kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak yuk! 10 puisi kemerdekaan yang cocok yang dihayati untuk memaknai kembali kemerdekaan di zaman ini.

10 Puisi Kemerdekaan RI

1. Hari Merdeka

(Husein Mutahar)

ADVERTISEMENT

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia

Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita

2. Di Bawah Kibaran Sarung

(Joko Pinurbo)

Di bawah kibaran sarung anak-anak
berangkat tidur
Ke haribaan malam. Tidur mereka seperti
tidur yang baka.
Tidur yang dijaga dan disambangi seorang
lelaki kurus
Dengan punggung melengkung, mata yang
dalam dan cekung
―Hidup orang miskin!‖ pekiknya sambil
membentangkan sarung.

3. Nyanyian Kebangkitan

(Ahmadun Yosi Herfanda)

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu
Tak mampu lagi menyebut namamu
Berikan suaramu, kemerdekaan
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negerinya

Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka
―Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar dari
genggaman itu.

Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia!
(Matahari yang kita tunggu
Akankah bersinar juga
Di langit kita?).

4. Diponegoro

(Karya Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju
Ini barisan tak bergederang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berati
Sudah itu mati

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

5. Merdekalah Negeriku

(Niza Ulhusni, dalam "Antologi Literasi Merdeka", 2021)

Suatu pagi
Di bulan suci
Sang penjajah negeri
Tersungkur ngeri
Kekalahan telah pasti
Pemimpin Ibu Pertiwi
Mengumandangkan proklamasi

Tanda merdekanya negeri
Sang penjajah harus angkat kaki
Seluruh bumi persada
Menyambut gegap gempita
Sang pusaka berkibar
Di langit Ibu Kota

Dalam masa ini
Di negeri yang merdeka
Air dibeli
Kemakmuran tinggal mimpi.

6. Merah Putih

(Prawiro Sudirjo, dalam "Antologi Literasi Merdeka", 2021)

Merah darahku untukmu negeri
Etos juang kita naikkan
Raga kita kuatkan
Agar kemerdekaan tetap terjaga
Hancurkan semua hambatan dan rintangan

Putih tulangku untuk bangsa
Upayakan segala daya untuk merdeka
Tekad kuat selalu di dada
Indonesia Raya jadi digdaya
Harum mewangi seluruh negeri.

7. Cinta Merdeka

(Rita Herawati, dalam "Antologi Literasi Merdeka", 2021)

Wanginya harum semerbak wahai pahlawan
Kisahnya indah selalu melekat di sanubariku
Sang pahlawan pembela nusa dan bangsa
Merelakan nyawa, harta, jiwa dan raga di medan laga
Rela dadanya terhembus peluru
Meskipun tergeletak di tanah penuh darah
Namun kau tetap cinta tanah air

Bayang bayang para pahlawan bangsa
Kita nampak menembus era
Dan kau saksikan kami di alam surga sana
Kita generasi penerus perjuangan mu
Yang cinta tanah air
Akan selalu mempertahankan negeri ini
Itulah do`a dan harapan kami
Semoga tetap jaya negeriku.

8. Sajak Sebotol Bir

(W.S Rendra)

Menenggak bir sebotol,
menatap dunia,
dan melihat orang-orang kelaparan.
Membakar dupa,
mencium bumi,
dan mendengar derap huru-hara.

Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari
industri,
tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri
asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan
alam

Kota metropolitan di sini,
adalah sarana penumpukan bagi Eropa,
Jepang, Cina, Amerika,
Australia, dan negara industri lainnya.

Kita telah dikuasai satu mimpi
untuk menjadi orang lain.
Kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar
mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar
mimpi
dan menghamba kepada Jepang,
Eropa, atau Amerika.

9. Kangen

(WS Rendra)

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.

Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api.

10. Kemerdekaan

(Wiji Thukul, 1998)

Kemerdekaan
mengajarkan aku berbahasa
membangun kata-kata
dan mengucapkan kepentingan

kemerdekaan
mengajar aku menuntut
dan menulis surat selebaran
kemerdekaanlah
yang membongkar kuburan ketakutan
dan menunjukkan jalan

kemerdekaan
adalah gerakan
yang tak terpatahkan
kemerdekaan
selalu di garis depan.

Itulah 10 Puisi Kemerdekaan RI, dari Chairil Anwar hingga penyair terkini. Semoga informasi ini membantu dan membuat semangat cinta tanah air detikers semakin berkobar. Merdeka!!!

(iqk/iqk)


Hide Ads